Konten dari Pengguna

Fulan Fehan, Sabana Hijau di Batas Negeri

Puji Alphatehah Adiwijaya
Kadet Mahasiswa Program Studi Permesinan Kapal Fakultas Logistik Militer Universitas Pertahanan RI.
10 Oktober 2022 13:08 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Puji Alphatehah Adiwijaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Salah satu spot foto di Fulan Fehan (Sumber : pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu spot foto di Fulan Fehan (Sumber : pribadi)
ADVERTISEMENT
Beranjak sekitar 40 KM dari Ibukota Kabupaten Belu, Kota perbatasan Atambua, mengambil jalur keluar kota ke arah Fatubenao. Terus melaju melewati wilayah Tasifeto, Tobir, Wedomu, Halimodok dan seterusnya, mengambil jalur kearah desa weluli, melalui jalan yang berliku mulai dari aspal mulus jalan lintas nasional hingga jalan berbatu sebesar kepalan tangan, jalan datar hingga menanjak menurun.
Gapura desa Halimodok, salah satu desa yang dilewati saat menuju Fulan Fehan (Sumber : Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Gapura desa Halimodok, salah satu desa yang dilewati saat menuju Fulan Fehan (Sumber : Pribadi)
Jalan aspal mulus menuju Fulan Fehan (Sumber : Pribadi)
Jalan berbatu menuju Fulan Fehan (Sumber : Pribadi)
Jalan berliku menuju Fulan Fehan (Sumber : Pribadi)
Memakan waktu sekitar satu jam melalui perjalanan darat menggunakan sepeda motor yang lumayan menguras tenaga, ditambah dengan teriknya matahari di Pulau Timor didukung oleh langit biru tanpa awan. Lengkap rasanya untuk berkata Lelah, tapi seketika rasa lelah terbayarkan ketika mulai memasuki wilayah desa Maudemu, mulai menanjak, terlihat hamparan dataran hijau sedikit berbukit, tanda tempat tujuan mulai dekat.
Pemandangan dari sekitaran desa Maudemu (Sumber : Pribadi)
Telinga mulai mendengung, tanda memasuki dataran tinggi, ditambah semilir udara sejuk dingin dibawah terik matahari, tak berselang lama, tibalah di sabana hijau sedikit berbukit bernama Fulan Fehan. Seketika keadaan terasa seolah berada di Gargano, Italia, ditambah dengan derap Langkah sekawanan kuda liar yang menambah kesan “eropa”.
ADVERTISEMENT
Sabana hijau dan kuda liar di Fulan Fehan (Sumber : Pribadi)
Udara sejuk khas pegunungan bersemilir menyambut bantaran rumput hijau di kaki gunung Lakaan ini, mata air deras mengalir menjadi penyeimbang ekosistem di daratan NTT yang terkenal dengan teriknya matahari. Bahkan, panasnya matahari seolah tidak terasa ketika berada di Fulan Fehan apalagi saat udara sejuk gunung lakaan telah menghipnotis, tentu saja vibes NTT seketika sirna, berganti dengan vibes seolah berada di daratan Eropa. Kuda-kuda liar berlarian ditambah dengan kawanan sapi sedang sibuk melahap rumput hijau nan segar. Satu hal yang paling dirasakan ketika berada di Fulan Fehan, yaitu ketenangan, tidak ada riuh dan sangat tentram ditambah dengan penduduk sekitar yang sangat ramah terhadap siapapun.
Portal masuk kawasan Fulan Fehan (Sumber : Pribadi)
Gapura Batu di Fulan Fehan (Sumber : Pribadi)
Pemandangan gunung Lakaan dari Fulan Fehan (Sumber : Pribadi)
Fulan Fehan memberikan arti ketenangan yang sebenarnya, ketenangan hakiki yang tentu saja sulit dirasakan oleh para penduduk kota apalagi kota besar seperti Jakarta. Fulan Fehan memberikan obat bagi para pekerja yang setiap harinya berjibaku dengan hiruk-pikuk kota. Fulan Fehan menjadi solusi bagi masyarakat yang ingin merasakan sabana padang rumput Eropa namun terkendala biaya. Fulan Fehan terhampar luas sebagai sarana untuk mengobati segala luka dan memberikan obat bagi jiwa-jiwa yang butuh waktu rehat dari semrawutnya masalah kehidupan, Fulan Fehan memberikan makna dari ketentraman alam yang sejati, ketenangan alam hingga tentramnya membangkitkan jiwa yang seringkali merasa jenuh. Bahkan, dari aspek kerohanian, Fulan Fehan juga memberikan kita pandangan bahwasannya ciptaan-Nya adalah sangat luar biasa, dalam definisi singkat, Fulan Fehan membuat kita ingin selalu bersyukur atas segala keindahan ciptaan-Nya.
ADVERTISEMENT