news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pola Hidup Sehat dan Wisata Kuliner dengan Bahan Pangan Lokal

Puji Rianti
Dosen Biologi, IPB University. Peneliti, Konservasionis, dan Penulis. Climate Reality Leader alumni tahun 2016. Founder Komunitas sastra MaknaKata.
Konten dari Pengguna
27 Agustus 2020 6:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Puji Rianti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ragam hidangan tradisional Indonesia. Kiri-kanan: kolak pisang, lalapan khas sunda, tumis pete tempe kacang panjang, tape ketan, tape, dan semur jengkol (Sumber foto: berbagai laman internet)
zoom-in-whitePerbesar
Ragam hidangan tradisional Indonesia. Kiri-kanan: kolak pisang, lalapan khas sunda, tumis pete tempe kacang panjang, tape ketan, tape, dan semur jengkol (Sumber foto: berbagai laman internet)
ADVERTISEMENT
Pola hidup sehat saat ini menjadi hal yang paling krusial untuk dapat dijalani oleh setiap manusia di muka bumi, tidak terkecuali Indonesia. Sebagai masyarakat yang hidup di negara tropis dan berada di wilayah khatulistiwa, sudah seharusnya kita merasa sangat diuntungkan. Negara kita memiliki sumber pangan yang melimpah dan tentu saja kaya akan gizi dan nutrisi tinggi.
ADVERTISEMENT
Konsep empat sehat lima sempurna yang sudah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak tahun 1950an sudah tidak sesuai dengan kebutuhan nutrisi seimbang setiap manusia. Kebutuhan nutrisi manusia sangat dipengaruhi oleh pengaruh usia, jenis kelamin, kesehatan, dan aktivitas fisik harian. Konsep terbaru yang dinilai tepat dalam mencapai pola hidup sehat masyarakat Indonesia adalah Pedoman Nutrisi Seimbang. Konsep ini diadopsi dari hasil Konferensi Pangan Sedunia pada tahun 1992 di Roma dan Jeneva yang diselenggarakan oleh Organisasi Pangan Dunia.
Sayangnya pemahaman Pedoman Nutrisi Seimbang tidak mudah untuk dijalankan oleh masyarakat di Indonesia. Terbukti dengan semakin meningkatnya jumlah penyakit-penyakit tidak menular dalam dua dekade terakhir, seperti stroke, jantung koroner, diabetes melitus tipe 2, dan kanker.
ADVERTISEMENT
Jumlah masyarakat dengan kondisi tubuh mengalami obesitas terus meningkat dari 14,8 persen di tahun 2013 menjadi 21,8 persen di tahun 2018. Obesitas ini juga semakin mengancam kesehatan kelompok usia anak-anak (5-12 tahun). Di kelompok usia balita, ancaman kesehatan akibat kekurangan gizi juga masih cukup tinggi.
Apa yang menyebabkan kesehatan masyarakat Indonesia secara terus-menerus terancam dengan berbagai penyakit tersebut?
Ilustrasi rempah-rempah dalam makanan khas Indonesia Foto: Dok.Shutterstock
Walaupun negara Indonesia kaya akan sumber pangan yang tinggi nilai gizi dan nutrisinya, dalam beberapa dekade terakhir, kita telah terbiasa dengan menu-menu makanan cepat saji. Produk pangan tersebut umumnya kaya akan kandungan karbohidrat sederhana, protein dengan proses memasak dengan panas tinggi dan dalam waktu yang lama, tingginya lemak trans yang dikandung dalam suatu menu makanan dan minuman tinggi kandungan gula sederhana. Penambahan zat-zat artifisial dan kimiawi dalam produk-produk pangan industri skala besar juga dapat menimbulkan efek negatif pada tubuh apabila dikonsumsi secara terus menerus.
ADVERTISEMENT
Pedoman nutrisi seimbang tidak juga lantas hanya memperhatikan berapa banyak kalori yang masuk dan berapa banyak kalori yang keluar. Pedoman ini menitikberatkan pada apa yang kita konsumsi, seberapa tinggi dan baik nilai gizi serta mineral alami yang masuk ke dalam tubuh, yang kemudian akan secara perlahan mempengaruhi proses metabolisme tubuh.
Pada hari Sabtu sore, 22 Agustus 2020, Tim Dosen Mengabdi dari IPB University yang terdiri dari Dr. Puji Rianti, staf pengajar di Departemen Biologi FMIPA, dan sepuluh mahasiswa program KKNT Kelompok Kabupaten Bogor untuk Kecamatan Tamansari Desa Pasir Eurih, menyelenggarakan seminar daring bertajuk “Pola Hidup Sehat dan Wisata Kuliner dengan Bahan Pangan Lokal”. Seminar ini dihadiri oleh Kepala Desa Pasir Eurih, Raup Obay; para ketua RT dan TW di Desa Pasir Eurih; Ketua karang Taruna Desa Pasir Eurih, Muhammad Alfi Nurwidiaswara; serta perwakilan perwakilan dari kelompok Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Pasir Eurih.
ADVERTISEMENT
Dalam seminar daring tersebut, Puji menjelaskan pemahaman umum seputar pedoman nutrisi seimbang serta pentingnya kemampuan dalam membaca dan memahami arti label komposisi bahan dasar yang digunakan dalam suatu produk kemasan cepat saji. Label komposisi penting untuk menjadi pedoman utama dalam bersikap bijak mengkonsumsi produk pangan kemasan.
Label komposisi menyatakan bahan dasar utama yang digunakan. Secara sistematis, label komposisi tersusun dari bahan yang paling dominan hingga bahan dalam jumlah terkecil yang digunakan pada setiap kemasan.
Sangat disarankan masyarakat secara kritis hanya memilih produk kemasan cepat saji dengan komposisi bahan dasar yang secara umum dipahami dan diketahui bentuk utuhnya, dari mana bahan-bahan tersebut berasal, serta bagaimana bahan-bahan tersebut ditanam, dirawat, dan dipanen.
ADVERTISEMENT
Label komposisi pada produk kemasan cepat saji dinilai lebih penting daripada label fakta nutrisi. Hal ini dikarenakan vitamin dan mineral yang tercantum pada fakta nutrisi dapat saja berasal dari penambahan vitamin mineral artifisial akibat proses pembuatan yang telah merusak atau menghilangkan kandungan vitamin-mineral alami dari bahan dasar yang digunakan. Selain itu, pemahaman saran penyajian dan jumlah penyajian per kemasan terkadang masih sangat membingungkan bagi masyarakat umum.
Pada seminar daring tersebut disampaikan juga bagaimana konsumsi karbohidrat, protein, dan lemak kompleks serta vitamin mineral yang berasal dari biji-bijian, ketela, umbi, sayur dan buah alami memiliki fungsi yang penting terutama dalam memenuhi kebutuhan nutrisi harian tubuh. Sangat disarankan agar masyarakat di Desa Pasir Eurih mengenal jenis tumbuhan-tumbuhan liar di pekarangan rumah yang memiliki potensi sebagai bahan pangan lokal dan tradisional yang memberi manfaat bagi tubuh. Beragam jenis bahan pangan lokal Indonesia tersebut kemudian diperkenalkan kembali dalam bentuk aneka ragam hidangan khas Sunda dan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Seyogianya, masyarakat Indonesia kembali mencintai dan menikmati hidangan lokal seperti gado-gado, asinan buah, semur jengkol, petai, taoge goreng, kolak pisang/ubi, tape, dan ragam jajanan pasar tradisional. Ada juga ragam minuman penyegar alami dan penghangat tubuh dengan menggunakan rempah-rempah tradisional, seperti setup/es buah dengan gula tebu/aren, teh sereh, jahe, bandrek, beras kencur, dan lain-lain.
Ragam aneka hidangan sehat Indonesia dengan bahan pangan lokal tidak saja akan mencukupi kebutuhan nutrisi harian tubuh, namun juga akan meningkatkan nilai kekeluargaan di dalam rumah kala hidangan tersebut disiapkan, dimasak, dan dinikmati oleh seluruh anggota keluarga.
Terlebih lagi, hidangan dengan resep tradisional menggunakan bahan pangan lokal juga dapat menarik rasa penasaran lidah dan indra perasa wisatawan lokal maupun internasional. Desa Pasir Eurih Kabupaten Bogor telah dikenal dengan Kawasan Kampung Budaya di dalamnya. Kawasan wisata ini dapat menawarkan dan memanfaatkan keunikan kekayaan hidangan pangan lokal sebagai salah satu daya tarik wisata kuliner.
ADVERTISEMENT