Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Permainan Video sebagai Objek Apresiasi Seni dan Sastra
21 Desember 2022 9:25 WIB
Tulisan dari Denisa Putri Sabrinabila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Permainan Video Dikaji dari Sudut Pandang Kesenian dan Kesastraan
ADVERTISEMENT
Sebagai objek hiburan, permainan video—biasa lebih dikenal sebagai video games di ranah internasional—tidak lepas dari nilai-nilai seni dan sastra yang dikandungnya. Perkembangannya selama dua abad terakhir ini berbuah dalam bentuk terciptanya media seni dan sastra yang baru.
ADVERTISEMENT
Meski banyak yang belum mengetahui dan/atau mengakui, inovasi ini telah menjadikan permainan video sebagai sesuatu yang dapat ditilik seperti sebuah karya. Atas dasar ini, permainan video sebenarnya patut mendapatkan apresiasi layaknya karya seni maupun sastra pada umumnya.
Permainan video, gim video, atau permainan komputer adalah permainan elektronik yang melibatkan interaksi antarmuka pengguna atau perangkat masukan. Pada awalnya, permainan video memiliki rancangan yang sederhana. Game yang ada memiliki sedikit struktur, dan kebanyakan tidak menampilkan nilai seni maupun sastra yang signifikan. Seiring berjalannya waktu, video game berkembang dengan setiap game baru yang dibuat.
Para perusahan pengembang permainan video mulai melirik video game dan potensinya untuk menjadi media seni dan sastra. Dewasa ini, permainan video dalam pembuatannya tak luput dari ikatan nilai-nilai seni dan sastra; dengan cerita yang dalam, tampilan visual yang indah, dan iringan lagu yang mengesankan.
ADVERTISEMENT
Untuk bisa mendiseksi permainan video dan mengindentifikasi nilai-nilai seni dan sastranya, pertama harus diketahui hakikat-hakikat yang terkandung dalam permainan video. Hakikat-Hakikat tersebut meliputi platform, mode, dan genre.
Platform adalah perangkat keras yang digunakan untuk menjalankan permainan video. Platform berupa perangkat-perangkat seperti PC, console, dan smartphone. Beberapa game dapat dimainkan di berbagai platform.
Mode mengacu pada desain permainan video terhadap pemainnya. Mode permainan dibagi menjadi dua: pemain tunggal, dan multipemain. Pemain tunggal berarti game tersebut hanya bisa dimainkan oleh satu pemain. Multipemain berarti game tersebut dapat/harus dimainkan oleh beberapa pemain sekaligus. Mode sebuah permainan biasanya bergantung pada genre permainan itu juga.
Pengalaman bermain yang ditawarkan oleh sebuah permainan video akan bergantung pada genre game itu sendiri. Hal ini dikarenakan genre dalam permainan video berkaitan langsung dengan elemen gameplay dan berpengaruh terhadap elemen naratif sebuah permainan video. Genre permainan video di antaranya action game, roleplaying game, roguelikes, puzzle, party games, dan masih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Teks ini akan dengan spesifik berfokus pada genre roleplaying game, atau biasa disingkat menjadi RPG.
Setelah hakikat, permainan video juga memiliki elemen-elemen yang vital bagi eksistensinya. Berikut akan dikaji elemen-elemen permainan video beserta polanya dalam permainan video bergenre RPG.
Terdapat tiga elemen menonjol pada hampir setiap permainan video: elemen gameplay, elemen naratif, dan elemen pembangun.
Elemen gameplay atau jika diartikan ke dalam Bahasa Indonesia disebut dengan alur permainan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan interaksi pemain terhadap permainan tersebut. Jika dianalogikan dengan permainan catur, pola pergerakan pion, giliran, dan objektif yang harus dipenuhi untuk menang merupakan aspek-aspek gameplay permainan catur.
Alur permainan vital keberadaanya bagi sebuah permainan; setiap game harus memiliki semacam mekanika gameplay. Jika sebuah permainan tidak memiliki gameplay, maka media tersebut tidak bisa disebut sebagai permainan.
ADVERTISEMENT
Pada permainan video yang sentris berfokus pada cerita dan moral yang hendak disampaikan, elemen gameplay biasanya akan terintegrasi ke dalam narasinya. Interaksi pemain dengan permainan dapat dijelaskan dengan logika yang berlaku di dalam cerita permainan tersebut. Umumnya, pola ini ditemukan dalam RPG.
Elemen naratif, serupa dengan elemen naratif dalam media lainnya, mencakup plot, tema, sudut pandang, latar, karakter dan penokohan, serta amanat.
Plot adalah cerita yang membawa pemain melewati game tersebut. Struktur cerita yang terdiri dari pendahuluan, konflik, klimaks, dan resolusi biasanya dibagi menjadi banyak level permainan. Karena hal ini, jenis, panjang, dan pacing cerita yang hendak digunakan untuk sebuah permainan video bergantung pada genre permainan video tersebut.
ADVERTISEMENT
Pendahuluan biasanya mencakup level tutorial dan prolog game. Permainan dimulai dengan level tutorial yang relevan kondisinya dengan posisi kita dalam cerita pada saat itu. Umumnya, narasi dapat digunakan untuk menjelaskan keberadaan level tutorial tersebut. Setelah tutorial, biasanya terdapat level prolog.
Biasanya, di level prolog, akan ada rintangan dan/atau musuh yang menguji kemampuan dan pemahaman pemain atas berbagai mekanika permainan tersebut. Jika ditinjau dari lensa naratif, rintangan dan musuh yang ada di level ini umumnya menjadi daya penggerak; pendorong cerita memasuki konflik.
Setelah pendahuluan, pemain akan memasuki babak konflik. Transisi biasanya ditandai oleh kejadian yang membuat pemain tak bisa kembali ke keadaan sebelumnya jika ditinjau dari sudut pandang naratif. Bagian konflik dalam permainan video adalah bagian yang paling panjang layaknya dalam novel.
ADVERTISEMENT
Karena porsinya yang besar, konflik biasanya dibagi menjadi segmen-segmen yang saling berhubungan sebab-akibat dan klimaktik strukturnya. Di bagian ini juga biasanya tersedia sideplot yang dapat dikerjakan di balik kedok sidequest. Perlu diketahui bahwa tingkat kesulitan level ikut naik bersama dengan konflik.
Konflik akan terus meningkat hingga akhirnya sampai pada puncak yang bernama klimaks. Panjang babak ini bervariasi dari game ke game. Ada game yang membaginya menjadi tiga level sublim, ada yang membuatnya menjadi satu level panjang, ada juga yang membuatnya hanya satu level pendek. Pada babak ini, game akan menguji total kemampuan dan pengetahuan pemain atas segala mekanika permainan yang sudah pernah dilalui di para level sebelumnya.
Dari sisi naratif, babak ini memuat puncak tertinggi konflik. Di sini, biasanya para karakter utama akan berkonfrontasi dengan sang antagonis. Untuk RPG, umumnya pada titik ini akan ada plot-twist besar. Bisa berupa penyingkapan antagonis utama sebenarnya, sesuatu tentang masa lalu karakter utama, atau suatu kejadian yang mengubah pola pandang karakter utama.
ADVERTISEMENT
Resolusi merupakan penghujung game. Bagian ini berisi konklusi cerita. Ketegangan biasanya sudah pudar di sini. Dari sisi gameplay, level ini umumnya tidak lagi menuntut kemampuan pemain, melainkan hanya berisi cutscene yang mengikat plot cerita menjadi satu kesatuan yang utuh. Di beberapa game, ada level tambahan yang biasanya sangat sulit untuk menguji pemain sekali lagi.
Jika dilihat dari penjelasan di atas, maka struktur gameplay sebenarnya sangatlah memungkinkan untuk dijadikan media pendongengan (storytelling). Sejak dulu, banyak game yang sudah menggunakan fakta ini untuk memaksimalkan aspek naratif yang mereka sajikan.
Video game sebagai media narasi dan literatur memiliki banyak kelebihan dan hanya sedikit kekurangan khusus.
Dibaginya video game menjadi banyak level dapat dimanfaatkan menjadi kelebihan unik di tangan yang benar. Di mana banyak novel rentan menderita karena pacing yang tidak tepat, film mudah gagal dalam meninggalkan kesan emosional, dan drama teater yang dibatasi oleh keterbatasan fisik, video game dapat dengan mudah mengelakan hal-hal tersebut.
ADVERTISEMENT
Ukuran sebuah game hanya dibatasi oleh anggaran dan direksi sang direktur. Perihal durasi, tidak ada cetakan khusus yang memaksa sebuah game untuk memiliki durasi tertentu. RPG umumnya memiliki waktu bermain (playtime) hingga 40-70 jam. Rata-Rata tiga puluh jam dihabiskan pada gameplay, sedangkan sepuluh sampai dua puluh jam dialokasikan untuk narasi.
Jika dikembangkan dengan benar, sebuah game tidak akan menderita karena pacing. Perbedaan video game dari media narasi lainnya seperti film dan novel adalah derajat immersi yang dapat dicapainya: jauh, jauh lebih tinggi.
Dalam RPG, kita diterjunkan langsung ke sudut pandang protagonis, berperan langsung menjadi dirinya menjalani keseharian dan melewati rintangan yang dihadapinya. Berjalan ke sekolah, menghadapi musuh ilahi, menghadapi situasi suram hingga mengancam hidup, berinteraksi dengan pujaan hati—semua ini kita saksikan pada jarak yang lebih pribadi karena kendali langsung kita terhadap karakter utama.
ADVERTISEMENT
Di video game, kita dapat menangkap keunggulan detail yang ditawarkan oleh novel, serta keunggulan sinematis yang dimiliki film. Dalam RPG, jika dieksekusi dengan baik, maka kita akan dapat merasakan jelas atmosfir yang dirasakan karakter utama ketika berada di tempat tertentu, ketegangannya ketika dihadapkan oleh sejuta jenis perasaan, dan intimasi hubungannya dengan karakter lain. Poin terakhir akan lebih diperkuat jika game tersebut memberikan opsi dialog atau opsi aksi untuk dipilih sesuai pemain.
Sama seperti media narasi lainnya, video game juga mampu menyampaikan cerita yang mendalam, pendongengan yang puitis, dan bahkan menyebabkan katarsis pada pemain. Sebagai contoh, dalam Final Fantasy XIV: Endwalker, tema yang diusung adalah harapan di tengah gulita nihilisme.
ADVERTISEMENT
Dari sisi narasi, para penulis telah menerapkan teori-teori penulisan dengan benar yang berhasil menyampaikan gagasannya dengan tidak terpaksa; menggunakan momen-momen emosional yang sudah dibangun terlebih dahulu untuk menancapkan pesan moral jauh ke dalam hati pemain. Belum lagi penulisan dialog dan teks eksposisi yang tidak pernah lengah dan selalu memesonakan pemain dengan nilai puitisnya yang tinggi—tak heran jika game ini sukses laris pada rilisnya.
Tentunya, eksekusi sebuah game tidak hanya bergantung pada gameplay dan narasinya saja, namun juga elemen pembangunnya. Faktor pembangun video game meliputi grafik, desain, dan musik.
Grafik berhubungan dengan segala aspek visual yang ada dalam permainan. Grafik berhubungan dengan artstyle game tersebut. Biasanya, grafik yang digunakan tergantung pada budget, genre game, dan tema narasi. Grafik merupakan faktor pembangun yang rumit untuk dieksekusi dengan benar. Grafik dikatakan baik jika dapat mengisi ketiga kriteria di atas dengan tepat.
ADVERTISEMENT
Setelah grafik, terdapat desain yang sekilas mirip pengertiannya. Desain lebih condong ke segala tata visual dalam game tersebut. Desain meliputi hal-hal seperti tata latar dan desain karakter. Desain latar penting dilakukan dengan baik untuk menciptakan imersi dan nuansa bagi pemain. Dalam beberapa kasus, desain latar yang baik dan detil mampu menceritakan kisahnya sendiri.
Desain karakter sama pentingnya dengan desain latar. Desain karakter yang baik dan tematis, seperti desain latar, mampu menceritakan kisahnya sendiri dengan setiap detil kecilnya. Desain karakter yang dieksekusi dengan baik dan bagus akan meninggalkan kesan yang berbekas pada pemain karena mudah diingat. Dengan sendirinya, desain karakter adalah sebuah seni.
Desain, bersama dengan lore, adalah faktor-faktor yang membentuk worldbuilding.
ADVERTISEMENT
Musik dalam permainan video dewasa ini mulai tumbuh popularitasnya. Komposer-Komposer bertalenta mulai dikenal dan diakui karyanya melalui lagu-lagu yang mereka ciptakan untuk sebuah karya permainan video. Sama seperti film, musik adalah aspek yang membantu video game menetapkan mood yang pas baik dalam gameplay maupun story.
Terkadang, permainan video juga memfiturkan lagu berlirik di dalamnya yang tak kalah dengan lagu-lagu lain pada umumnya. Lagu berlirik biasanya lebih sedikit dibanding yang tidak berlirik. Lirik yang ada biasanya menceritakan tentang narasi atau tema yang dibawakan lagu tersebut, namun dalam beberapa kasus juga ditemukan lagu dengan lirik yang ambigu pengutaraannya.
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa permainan video mampu menampung nilai-nilai seni multidimensional. Sebagai media hiburan, nilai-nilai seni dan sastra dalam permainan video mampu memiliki kompleksitas pada derajat yang sama dengan karya seni konvensional pada umumnya. Meskipun demikian, dari sudut pandang umum, video game masih dianggap sekedar hiburan dan belum bisa diterima sebagai media seni selain dalam komunitasnya sendiri.
ADVERTISEMENT