Konten dari Pengguna

Melejitkan Kualitas Pembelajaran di Sekolah

Hermanto Purba
Guru di SMP Negeri 2 Pakkat, Humbang Hasundutan
1 Oktober 2022 22:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hermanto Purba tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Suasana pembelajaran di Kelas (dokumen pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana pembelajaran di Kelas (dokumen pribadi)
ADVERTISEMENT
Pendidikan berkualitas adalah mimpi kita bersama. Banyak orang mengasosiasikan sekolah-sekolah unggul sebagai tempat di mana pendidikan terbaik berada. Sehingga tak sedikit orang tua yang rela merogoh kocek cukup dalam demi menyekolahkan anaknya di sana. Bahkan acap pula terdengar ada orang tua yang memilih cara kotor dengan menyogok pihak sekolah demi sebuah gengsi: anaknya diterima masuk di sebuah sekolah unggul.
ADVERTISEMENT
Sementara di tempat lain, ada banyak sekolah yang kualitas sarana dan prasarananya, kualitas manajemennya, serta kualitas pembelajarannya terpaut jauh dari sekolah-sekolah unggul itu. Kualitasnya pas-pasan. Bahkan tidak sedikit sekolah yang bak mati segan hidup tak mau. Ada banyak faktor yang memengaruhi kenapa hal semacam itu terjadi. Faktor apa saja dan solusinya apa? Beberapa di antaranya akan saya uraikan dalam tulisan ini.
Salah satu gagasan dari Ki Hadjar Dewantara adalah tri sentra pendidikan. Selain di sekolah, pendidikan juga dapat berlangsung di lingkungan keluarga dan masyarakat. Dan ketiga unsur itu harus saling mendukung satu sama lain. Hal ini yang kurang mendapat perhatian selama ini. Proses pendidikan hanya diserahkan kepada sekolah, sementara keluarga dan masyarakat seperti kurang terlibat di dalamnya atau seolah enggan melibatkan diri.
ADVERTISEMENT
Yang dimaksud keluarga di sini adalah orang tua murid. Dan masyarakat adalah pihak-pihak di luar orang tua murid, seperti komite sekolah, organisasi profesi guru, pengawas sekolah, pemerintah, dan para pengambil kebijakan lainnya. Selama ini, di banyak sekolah, jalinan kerja sama di antara ketiganya terasa kurang maksimal atau hanya seadanya saja. Berbeda dengan sekolah-sekolah yang sudah mapan, hampir tidak ada masalah dalam hal ini.
Peran Keluarga
Sekolah tidak dapat berdiri sendiri. Sekolah butuh dukungan dari pihak lain agar proses belajar-mengajar di dalamnya dapat terlaksana dengan baik. Orang tua murid menjadi salah satu pihak paling dekat dengan sekolah yang seharusnya turut serta memberikan dukungan penuh terhadap keberlangsungan pembelajaran di sekolah. Namun faktanya selama ini, ada banyak orang tua yang tak acuh, yang kerap alpa dalam mengikuti perjalanan sekolah.
ADVERTISEMENT
Ketika ada anak yang semangat belajarnya menurun, atau ketika ada anak yang memiliki sikap dan perilaku yang kurang baik, tidak semata-mata tugas sekolah untuk mengatasinya. Orang tua yang justru semestinya mengambil peran yang lebih besar. Seorang anak hanya sekitar enam sampai delapan jam dididik di sekolah. Selebihnya, anak-anak berada di rumah. Maka seharusnya, proses pendidikan harus berlanjut di rumah, oleh orang tua tentunya.
Namun pendidikan keluarga sering kali tidak berjalan dengan baik. Bahkan tidak sedikit anak yang minim kesempatan dididik di keluarga, seperti pendidikan karakter, misalnya. Karakter anak terbentuk sesuai dengan lingkungan tempat ia bertumbuh dan bersosialisasi. Ada anak yang beruntung: bertumbuh di lingkungan yang sehat, sehingga ia juga “sehat”. Namun sebaliknya, ada banyak anak yang bertumbuh di lingkungan yang tidak sehat.
ADVERTISEMENT
Anak-anak yang “tidak sehat” tersebut lalu bergaul dengan anak-anak lain di sekolah. Tipe anak seperti ini kerap kali menjadi “virus” di sekolah. Anak-anak lain yang masih rentan terpengaruh dengan hal-hal yang kurang baik, menjadi lahan empuk penyebaran “virus” tersebut. Pihak sekolah akhirnya akan kerepotan “memberantasnya”. Sehingga terjadilah pemberian sanksi disiplin, skorsing, bahkan sanksi dengan dikeluarkan dari sekolah.
Dan kian ke sini, kian banyak anak dengan karakter “tidak sehat” tersebut di sekolah-sekolah. Hal-hal semacam itu tentu menjadi salah satu penghambat terhadap peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah. Jika sudah begini, lantas siapa yang salah? Mencari-cari pihak yang salah tidak akan menyelesaikan masalah. Intinya, pihak sekolah dan orang tua harus sama-sama bertanggung jawab. Tidak boleh sepihak. Namun, harus satu derap langkah.
ADVERTISEMENT
Bagaimana caranya? Pertemuan antara sekolah dan orang tua harus secara rutin dilaksanakan. Bukan hanya sekadar bertemu. Namun, pertemuan-pertemuan yang diisi dengan serangkaian kegiatan yang tujuan utamanya untuk menyatukan visi dan persepsi tentang bagaimana seharusnya seorang anak dididik, baik di sekolah pun di keluarga. Segala permasalahan menyangkut karakter anak harus didiskusikan dan ditemukan jalan keluarnya.
Peran Masyarakat
Selain keluarga, peran serta masyarakat juga sangat dibutuhkan dalam melejitkan kualitas pembelajaran di sekolah. Salah satu unsur masyarakat yang hubungannya juga sangat dekat dengan sekolah adalah pengawas sekolah. Namun, selama ini, tugas dan fungsi pengawas sekolah kerap tidak berjalan maksimal. Sering terjadi, pengawas datang ke sekolah hanya sebagai rutinitas. Upaya untuk meningkatkan mutu sekolah hanya seadanya saja,
ADVERTISEMENT
Di sekolah, para pengawas itu hanya memeriksa kelengkapan perangkat mengajar guru. Bahkan, berdasarkan apa yang saya alami, ada pengawas yang terbiasa menitipkan lembar supervisi kelas kepada kepala sekolah untuk selanjutnya diisi oleh guru. Lembar isian itu selanjutnya diserahkan kembali kepada si pengawas. Jadi, seolah-olah, si pengawas hadir di sekolah. Saya tidak tahu apakah di daerah lain juga begitu. Namun di daerah saya, itu lazim.
Kalaupun supervisi kelas, sebuah tindakan pengamatan dan penilaian terhadap bagaimana seorang guru menyajikan pembelajaran di kelas, terlaksana, kerap berlangsung hanya sekadar ecek-ecek saja. Supervisi dilaksanakan hanya karena pengawas butuh bukti foto untuk laporannya. Pengawas masuk ke dalam kelas, foto sana foto sini dengan berbagai pose. Tak berselang lama, pengawas keluar ruangan kelas. Dan supervisi kelas selesai.
ADVERTISEMENT
Sebuah kejadian tak pantas pernah pula terjadi. Mungkin si pengawas harus melaporkan kegiatan supervisinya dalam jangka waktu tertentu. Oleh pengawas, kami lantas diminta untuk membawa beberapa jenis pakaian seragam: baju pakaian dinas harian (PDH), baju kemeja putih, dan baju batik. Dalam satu hari sekaligus, kami harus bergonta-ganti pakaian. Kami diminta mengajar dengan tiga jenis pakaian berbeda tersebut. Kami difoto. Lalu, selesai.
Permainan kotor seperti itu sangat lumrah terjadi. Semua hanya demi laporan ke dinas. Bukan untuk peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah. Parahnya, sebagian guru juga menjadi merasa nyaman dengan cara tidak baik tersebut. Dan kejadian semacam itu sudah menjadi seperti benang kusut yang teramat sukar diurai. Maka dibutuhkan kesungguhan dari pemerintah untuk menyelesaikan persoalan yang sudah bagai lingkaran setan itu.
ADVERTISEMENT
Tugas dan fungsi pengawas harus dioptimalkan. Secara berkala dan berkelanjutan, supervisi kelas harus dilaksanakan. Hasil supervisi tersebut selanjutnya menjadi bahan evaluasi dan refleksi bagi guru untuk perbaikan kualitas mendidik dan mengajar. Pengawas juga harus senantiasa memberi bimbingan dan dukungan kepada guru demi peningkatan kualitas pedagogis guru. Hal itu akan bermuara pada terciptanya pembelajaran yang berkualitas.
Selain peran pengawas, peran komite sekolah juga perlu dioptimalkan. Acap terjadi, setelah ketua dan anggota komite sekolah terpilih, mereka tidak berbuat apa-apa untuk peningkatan kualitas sekolah. Keberadaan mereka sering kali hanya simbolis saja. Seperti antara ada dan tiada. Padahal sesungguhnya, komite sekolah memiliki peran yang cukup sentral dalam pengembangan dan peningkatan mutu sekolah.
Komite sekolah seharusnya berperan dalam mendorong tumbuhnya komitmen dan perhatian masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Selain itu, komite sekolah juga dapat memberi masukan, pertimbangan, dan rekomendasi dalam penyusunan program dan rencana kegiatan dan anggaran sekolah, serta melaksanakan penggalangan dana masyarakat guna membantu mempercepat peningkatan kualitas sekolah.
ADVERTISEMENT
Satu hal lagi yang tidak kalah penting adalah peran pemerintah. Apa pun ceritanya, tanpa kehadiran pemerintah, pendidikan bermutu akan sulit tercapai. Maka pemerintah harus hadir dengan kebijakan, program, dan regulasi yang berpihak pada peningkatan kualitas guru, peningkatan kesejahteraan guru, peningkatan kualitas sarana dan prasarana sekolah, peningkatan kualitas manajemen sekolah, serta peningkatan kualitas pengawas sekolah.
Hermanto Purba, Guru Bahasa Inggris di SMP N 2 Pakkat Humbang Hasundutan, Calon Guru Penggerak