Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Peran Kurikulum Merdeka Dalam Mendukung Pendidikan Multikultural di Indonesia
28 Juni 2024 12:13 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Purnama Syari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Pendahuluan:
Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman yang sangat luar biasa. Mulai dari keberagaman suku, bahasa, budaya, hingga adat istiadatnya. Akan tetapi, keberagaman juga memiliki resiko dalam melahirkan sebuah konflik. Maka dari itu, diperlukan sebuah cara untuk mencegah terjadinya konflik yang dilatarbelakangi oleh kondisi masyarakat yang heterogen.
ADVERTISEMENT
Dalam mencegah terjadinya konflik tersebut, diperlukan membentuk masyarakat yang menjunjung tinggi akan arti perbedaan serta kemanusiaan. Untuk membentuk masyarakat seperti itu, maka diperlukan pendidikan sebagai kuncinya. Di dalam merespon keberagaman tersebut, muncul pendidikan multikultural sebagai jalan keluarnya. Pendidikan multikultural dapat diartikan sebagai pendidikan untuk atau keragaman kebudayaan dalam merespon perubahan demografi dan kultur lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan demi secara keseluruhan (Amin, 2018). Maka dari itu, sangat penting untuk menanamkan nilai-nilai yang ada di dalam pendidikan multikultural sejak bangku sekolah.
Di dalam sebuah sistem mengajar di sekolah, diperlukan kurikulum yang bertujuan guna dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembalajaran. Saat ini Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi mengeluarkan kurikulum terbaru untuk mengganti kurikulum sebelumnya yang dikenal dengan Kurikulum Merdeka. Penerapan Kurikulum Merdeka bukanlah tanpa suatu alasan, hal ini dikarenakan penelitian yang dilakukan oleh Programme for International Student Assesment (PISA) di tahun 2019 menunjukkan bahwa peserta didik di Indonesia menempati posisi keenam dari bawah dalam bidang matematika dan juga literasi. Konsep Kurikulum Merdeka ini ditujukan untuk menciptakan suasana belajar yang bahagia tanpa dibebani dengan pencapain skor atau nilai tertentu (Suntoro, 2020)
ADVERTISEMENT
Pembahasan:
Kurikulum Merdeka hadir untuk menjawab tantangan di Era Society 5.0 yang identik dengan semuanya digital. Akan tetapi, di dalam dunia yang serba digital ini tentunya memiliki dampak baik dari segi positif maupun segi negatif. Tindakan negatif yang patut diwaspadai khususnya yang dapat terjadi di lingkungan sekolah adalah perilaku perundungan. Perundungan yang terjadi di sekolah dapat terjadi dikarenakan salah satunya adalah perbedaan latar belakang antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya.
Dibutuhkan sistem pendidikan yang dapat memberikan rasa aman, rasa dihargai, serta rasa diterima oleh semua individu. Maka dari itu, dalam pendidikan multikultural memiliki tujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan saling menghargai perbedaan. Dalam penerapannya, Kurikulum Merdeka sangatlah berbasis terhadap pendidikan multikultural. Hal ini didasari dari tiga buah hal yakni pengembangan materi pembelajaran yang inklusif, beragamnya metode pembelajaran yang diterapkan, hingga turut sertanya guru juga berperan sebagai fasilitator.
ADVERTISEMENT
Menurut kajian sosiologi, inklusif merupakan proses pembangunan dengan menerapkan keterbukaan akan keberagaman sosial, ekonomi, dan jga budaya. Di dalam Kurikulum Merdeka seorang guru yang merupakan role model bagi peserta didiknya bebas untuk mengembangkan materi pembelajaran yang mencakup berbagai aspek sosial maupun budaya lokal hingga nasional. Pembelajaran yang memuat aspek-aspek tersebut membuat peserta didik dapat membangun sikap meghargai, menghormati dan menanamka sikap toleransi akan keberagaman. Hal ini juga dapat membuat berkurangnya prasangka dan stereotip di kalangan peserta didik yang diakibatkan kurangnya pemahaman akan budaya lain.
Dengan Kurikulum Merdeka juga dapat mendorong metode pembelajaran yang beragam, termasuk di dalamnya pendekatan kolabratif dan berbasis proyek.Dalam metode pembelajaran yang dapat memungkinkan siswa bekerja sama dengan teman-teman dari latar belakang yang berbeda. Hal ini turut serta membuat peserta didik saling menghargai, mengajarkan peserta didik untuk saling bekerja sama dan meningkatkan rasa empati siswa terhadap orang lain.
ADVERTISEMENT
Kurikulum Merdeka juga turut mendorong guru sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar. Guru diharuskan untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan menjunjung tinggi nilai persatuan. Maka dari itu, guru diharapkan dapat secara fokus mengembangkan karakter dan sikap peserta didik hingga dapat mendorong peserta didik aktif berdiskusi mengenai keberagaman sebagai contohnya.
Contoh dari penerapan pendidikan multikultural melalui kurikulum merdeka adalah melalui Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila atau biasa dikenal sebagai P5. Dalam penerapan P5 ini didasarkan pada kebutuhan masyarakat atau mengenai permasalahan yang ada di lingkungan satuan pendidikan. Dalam hal ini, para peserta didik diajak untuk lebih mengenali lingkungan sekitarnya. Dalam proyak P5 peserta didik memiliki kesempatan untuk mempelajari isu penting disekitarnya seperti isu keberagaman budaya.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan dan Saran:
Walaupun Kurikulum Merdeka memiliki banyak potensi dalam mendukung pendidikan multikultural, terdapat beberapa tantangan yang perlu diatasi. Salah satu tantangan adalah kesiapan guru dalam menerapkan kurikulum ini. Banyak guru yang masih membutuhkan pelatihan dan pendampingan untuk dapat mengembangkan materi dan metode pembelajaran yang sesuai dengan prinsip pendidikan multikultural. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah perlu menyediakan program pelatihan yang komprehensif dan berkelanjutan bagi para guru.
Tantangan lainnya adalah resistensi dari sebagian masyarakat yang masih memiliki pandangan sempit terhadap keberagaman budaya. Dalam menghadapi tantangan ini, diperlukan kerjasama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat untuk membangun kesadaran akan pentingnya pendidikan multikultural dalam menciptakan masyarakat yang harmonis dan inklusif.
Kurikulum Merdeka menawarkan peluang besar untuk mendukung pendidikan multikultural di Indonesia. Dengan memberikan kebebasan kepada sekolah dan guru dalam merancang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan lokal, kurikulum ini dapat menjadi alat yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai keberagaman dan toleransi kepada siswa. Meskipun demikian, keberhasilan penerapan Kurikulum Merdeka dalam mendukung pendidikan multikultural sangat bergantung pada kesiapan guru dan dukungan dari seluruh elemen masyarakat. Dengan kerjasama yang baik, Kurikulum Merdeka dapat menjadi langkah penting menuju terciptanya masyarakat Indonesia yang lebih inklusif dan harmonis.
ADVERTISEMENT
Referensi:
Amin, M. (2018). PENDIDIKAN MULTIKULTURAL. JURNAL PILAR: Jurnal Kajian Islam Kontemporer, Vol. 9(No. 1), 26.
Suntoro, R. (2020, 2 April-Juni). INTERNALISASI NILAI MERDEKA BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PAI DI MASA PANDEMI COVID-19. Jurnal MUDARRISUNA, Vol. 10, 143-165.