Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Hilang dan Dikenang
31 Mei 2022 13:48 WIB
Tulisan dari Elly Purnama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Apa yang bukan untuk kita, akan selalu menjauh bagaimana pun caranya. Seperti aku yang pernah kehilangan smartphone setelah merasakan momen manis sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Pada salah satu hari di bulan Maret 2019, aku bersama teman-teman kelas berkunjung ke sebuah tempat wisata. Kami mengunjungi Situ Gunung yang terletak di Kabupaten Sukabumi.
Danau yang luas dengan air jernih memantulkan pepohonan di sekitarnya kami pilih untuk menjadi tempat pembuatan tugas video. Semuanya berjalan lancar, lensa kamera mulai menangkap setiap adegan. Senyuman dan raut wajah yang malu-malu terekam dalam benda berbentuk kotak kecil berwarna hitam itu. Aku senang karena kami berhasil mengabadikan potret semua siswa.
Menjelang sore, aku bersama teman-teman memutuskan untuk pulang. Kami berkumpul di dekat gerbang masuk menunggu angkutan umum datang.
Aku duduk di tepi tembok yang menahan tanah di atasnya. Di bawahku terdapat selokan dengan dedaunan coklat yang berserakan.
ADVERTISEMENT
Aku sempat mengambil smartphone di dalam tas. Namun, teman-teman di sebelahku asyik mengobrol dan aku memutuskan untuk bergabung. Kemudian, aku menaruh smartphone di dalam saku rok jeans yang aku pakai. Tiba-tiba sebuah motor menghampiri, itu temanku dan memberitahuku untuk hati-hati karena benda tipis yang ada di saku mulai menyembul keluar.
Aku mengangguk, mengambil benda tipis itu dari saku dan menaruhnya di atas paha. Setelah itu, aku tidak ingat dengan pasti, apakah aku memasukkan smartphone kembali ke dalam tas atau dibiarkan olehku begitu saja.
Angkutan umum datang, aku dan teman-teman bergegas memasukinya. Kami mengobrol hingga kendaraan berhenti karena kami sudah sampai.
Aku membuka tas berniat mengambil smartphone. Namun, aku tidak menemukan benda tipis itu. Terus berusaha mencari sampai aku mengeluarkan semua barang di dalam tas, tetapi tidak juga aku melihatnya.
ADVERTISEMENT
Temanku memperhatikan, aku menoleh dan berkata bahwa smartphone milikku tidak ada. Aku enggan untuk menggunakan kata “hilang” karena itu hanya akan membuat jantungku semakin berdebar. Nomorku juga saat dihubungi tidak ada respon.
Rintik hujan turun, langit sore bercampur dengan warna awan yang kelabu. Aku berbicara kepada teman kalau aku ingin kembali ke tempat tadi. Bahkan satu temanku ikut mencari dengan menaiki ojek online dan bertanya kepada setiap angkutan umum karena mungkin saja benda tipis itu tertinggal.
Aku pergi ke tempat di mana aku menunggu dekat gerbang. Saat aku sampai di sana hujan turun sangat deras, cahaya matahari pun telah sirna diganti gulita di sekelilingku.
Di tempat itu sudah tidak ada siapa-siapa. Hening, hanya ada suara jatuhnya air yang menghujam tanah. Aku mencari smartphone dengan pakaianku yang sudah basah dan dinginnya menembus kulitku. Tidak ada, aku tidak melihat benda tipis itu di mana pun.
ADVERTISEMENT
Aku memutuskan untuk pulang ke rumah, padahal awalnya aku akan membantu rekan lain untuk mengerjakan proses penyuntingan. Teman-teman mencoba menenangkanku. Namun, semakin mereka berucap, semakin air mataku mengalir deras.
Ternyata benda tipis itu benar-benar hilang. Aku teringat apa saja yang ada di dalamnya. Aku teringat momen terakhir kali menggenggamnya. Akan tetapi, aku berusaha menerima. Itu bukan untukku, semua yang ada di dalamnya pun bukan lagi hak aku untuk menyimpannya.
Bukan hanya aku yang mengingat kejadian itu, tetapi satu kelas. Ketika salah seorang dari kami berkunjung atau melewati tempat itu selalu terucap, ini adalah tempat smartphone milikku hilang.
(Elly Purnama/Politeknik Negeri Jakarta)