Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Tari Tradisional atau Dance, Mana yang Bernilai?
20 Juni 2022 21:23 WIB
Tulisan dari Elly Purnama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Seni tari memiliki berbagai macam jenis. Perkembangan seni tari di masyarakat menurut buku Wawasan Seni Tari Pengetahuan Praktis bagi Guru Seni Tari karya Robby Hidajat dapat dibedakan menjadi tari tradisional dan tari modern.
ADVERTISEMENT
Muhammad Shahfiq Iqbal, laki-laki kelahiran tahun 2002 ini pernah menekuni keduanya. Baik tari tradisional maupun tari modern, Shahfiq mulai aktif menari semenjak 2018.
Laki-laki asal Madiun, Jawa Timur ini mengikuti dua ekstrakurikuler yaitu dance dan teater saat di sekolah SMA. Tidak hanya itu, dia juga bergabung ke komunitas Sanggar Tari Udaya Upasanta.
Mengikuti dua kegiatan ekstrakurikuler, Shahfiq melihat perbedaan antara dance dan melakukan tari tradisional di teater. Perbedaan terlihat dari jumlah anggota laki-laki di dalamnya.
Di ekstrakurikuler dance, hanya ada dua orang laki-laki termasuk dirinya. Sedangkan di teater, ada lebih banyak lagi anggota laki-laki.
Selain itu, perbedaan dapat dirasakannya ketika lingkungan sekolah kurang menerima kegiatan dance. Dia mendengar ucapan seperti dance itu tidak ada gunanya.
ADVERTISEMENT
“Tidak melestarikan budaya sendiri,” ucap Shahfiq, mengulang apa yang pernah didengarnya. Berbanding terbalik dengan tari tradisional yang cukup didukung.
Dukungan berupa disuplai kebutuhan konsumsi, transportasi, dan biaya lainnya. Shahfiq mengaku dirinya juga lebih nyaman melakukan tari tradisional. Hal itu dikarenakan teman-temannya juga melakukan tari tradisional.
Beberapa kejuaraan pernah diraih olehnya saat mengikuti lomba seni pertunjukan Pengembangan Pendidikan Seni Tradisi (PPST) se-Provinsi Jawa Timur. Ekstrakurikuler teaternya meraih juara kategori emas pada 2018 dan kategori perunggu pada 2020.
Shahfiq juga berpartisipasi ketika ada perlombaan di komunitas tari. Grupnya juga berhasil memboyong piala. Namun, dari kemenangan itu juga muncul masalah.
Grupnya sering dituduh menggunakan “orang dalam” untuk mendapat kemenangan. Shahfiq langsung membantah hal itu. Meskipun juri dalam acara itu merupakan salah satu koreografer di komunitasnya, tetapi ketika lomba yang melatihnya itu orang berbeda dan tidak ada campur tangan dari orang yang menjadi juri.
ADVERTISEMENT
Demi menghindari masalah, Shahfiq dan anggota grup tidak menanggapi dan hanya mendiamkan. Bagaimana pun, menurutnya kemenangan itu didapat karena tari yang ditampilkannya sesuai dengan tema dan memang bagus.
Dari pengalaman yang didapatnya, antara dance dan tari tradisional memiliki nilai masing-masing. Di komunitas tari, Shahfiq melakukan tari kontemporer yang mana hal itu lebih ke tari modern.
Apakah lebih bagus dance yang mengikuti perkembangan zaman atau tari tradisional yang diwariskan secara turun-temurun, setiap orang dapat memiliki penilaian yang berbeda. Tergantung lingkungan dan bagaimana cara menampilkannya, sesuatu akan dianggap bernilai di tempat yang tepat.
(Elly Purnama/Politeknik Negeri Jakarta)