Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Apakah Program Magang Efektif Menekan Pengangguran Lulusan Pendidikan Tinggi?
12 Desember 2024 15:11 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Bilal Purwo Anggoro tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pengangguran terus menjadi salah satu penyebab utama meningkatnya angka kemiskinan di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2024, jumlah pengangguran di Indonesia tercatat sebanyak 7,47 juta orang (4,91%). Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 390 ribu dibandingkan tahun 2023. Meskipun demikian, angka tersebut masih jauh dari target yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024.
ADVERTISEMENT
Pengangguran di Indonesia berasal dari berbagai latar belakang pendidikan, mulai dari lulusan sekolah dasar, menengah, hingga perguruan tinggi. Ironisnya, sebagian besar pengangguran justru berasal dari lulusan perguruan tinggi. Menurut data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), sebanyak 13,33% lulusan perguruan tinggi masih menganggur, dan jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah setiap tahunnya. Meski memiliki pengetahuan dan keterampilan akademik yang baik, banyak lulusan perguruan tinggi tidak memiliki keterampilan dan pengalaman praktis yang diperlukan di dunia kerja. Akibatnya, banyak fresh graduate belum siap menghadapi dunia kerja yang semakin dinamis dan kompetitif.
Sebagai upaya menekan angka pengangguran dari lulusan perguruan tinggi, pemerintah melalui Kemendikbudristek meluncurkan berbagai program untuk meningkatkan keterampilan dan pengalaman praktis mahasiswa. Salah satu program unggulannya adalah Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) dari Kampus Merdeka. Program ini dirancang untuk mempersiapkan fresh graduate agar lebih siap menghadapi dunia kerja.
ADVERTISEMENT
Menurut Wachyu Hari Haji, Kepala Program MSIB Kemendikbudristek, seperti dilansir dari Antara, mahasiswa yang mengikuti program MSIB rata-rata hanya membutuhkan waktu dua bulan setelah lulus untuk mendapatkan pekerjaan, dibandingkan dengan mereka yang tidak mengikuti program membutuhkan waktu empat bulan. Dengan hasil tersebut, Kemendikbudristek berharap program ini dapat menekan jumlah pengangguran terdidik dari perguruan tinggi.
Di sisi lain pengamat pendidikan Doni Koesoema Albertus menilai program magang Kampus Merdeka kurang efektif dalam mengatasi pengangguran. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya perjanjian tertulis antara perusahaan dan mahasiswa magang mengenai kontrak kerja setelah program selesai. Akibatnya, tidak ada jaminan bahwa mahasiswa magang akan diterima bekerja di perusahaan tersebut setelah lulus. Doni menyarankan agar Kemendikbudristek berani membuat kesepakatan dengan perusahaan pemberi magang. Perusahaan diharapkan memberikan komitmen untuk merekrut mahasiswa magang setelah mereka lulus, sehingga program ini benar-benar berdampak positif dalam mengurangi pengangguran.
ADVERTISEMENT
Meskipun menghadapi berbagai pro dan kontra, program Magang Kampus Merdeka tetap menjadi salah satu inisiatif strategis pemerintah untuk mengatasi tingginya angka pengangguran terdidik di Indonesia. Namun, untuk memastikan keberhasilannya, diperlukan evaluasi mendalam dan langkah-langkah sistematis agar program ini benar-benar berdampak signifikan. Melalui evaluasi dan pengembangan yang menyeluruh, program magang Kampus Merdeka diharapkan dapat menjadi solusi nyata untuk mengurangi pengangguran terdidik di Indonesia. Dengan sinergi antara pemerintah, universitas, dan perusahaan, program ini berpotensi menciptakan generasi tenaga kerja yang kompeten, siap bersaing, dan mampu menekan angka pengangguran dari lulusan perguruan tinggi.