Dampak Covid-19 Terhadap Perilaku Sumber Daya Manusia

Sri Puspa Nur Hayati
- Mahasiswa Pascasarjana Universitas Islam Malang - Bekerja di PT. Bumi Menara Internusa
Konten dari Pengguna
23 Januari 2021 5:21 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sri Puspa Nur Hayati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dampak Covid-19 Terhadap Perilaku Sumber Daya Manusia
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Tahun 2020 merupakan tahun yang menakutkan bagi seluruh manusia di dunia, hampir semua lini kehidupan termasuk sektor ekonomi mengalami penurunan yang sangat drastis karena dampak pandemi Covid-19, kondisi perekonomian global telah berubah secara signifikan diawal tahun 2020. Pemerintah telah mengeluarkan beberapa strategi untuk meminimalisasi resiko penyebaran Covid-19 dengan berbagai cara. Penyebaran virus berkembang secara drastis diseluruh penjuru dunia, tak terkecuali di Indonesia. Tercatat ribuan orang dinyatakan meninggal dan yang lainnya dipaksa menerima dampak tersebut dengan harus dirumahkan dari pekerjaanya.
ADVERTISEMENT

Kini, kasus pengangguran berkembang pesat, akibat dari itu semua pelonjakan kasus kriminalitas menjadi hal lumrah bagi mereka yang harus berjuang demi bertahan hidup. Disisi lain yang harus menjadi sorotan adalah kebiasaan baru pada perilaku manusia. Pemerintah menetapkan protokol kesehatan dan fase New Normal dengan pembatasan sosial dengan tujuan untuk memutus rantai penyebaran virus Covid-19 dan memulihkan perekonomian. Dengan harapkan pada fase New Normal kita semua tetap produktif dan semangat melakukan aktivitas ekonomi meskipun pandemi Covid-19 tetap meningkat.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa memiliki sikap sebagian besar baik yaitu mematuhi himbauan pemerintah terkait protokol kesehatan, namun lebih dari 80% orang disibukkan oleh pemikiran tentang covid-19. Informasi tentang covid-19 beredar luas baik di televisi, media masa maupun media sosial sehingga membuat orang selalu memikirkan dan mencemaskan tentang covid-19. Hal tersebut dikawatirkan berdampak pada kesehatan mental seseorang. Penelitian tersebut menunjukkan beberapa dampak yang dialami terkait covid-19 yaitu kesulitan tidur 12,5%, paranoia tentang infeksi covid-19 37,8% dan merasakan tekanan akibat media sosial sebesar 36,4% (Roy et al., 2020).
ADVERTISEMENT
Perilaku manusia yang diterapkan saat ini dan mungkin akan menjadi kebiasaan sampai nanti yaitu dengan social distancing, mencuci tangan dan memakai masker. Dengan adanya kebijakan baru sangat mempengaruhi perilaku manusia, yang sebelumnya masyarakat Indonesia setiap bertemu selalu bersalaman tetapi di era baru ini bersalaman adalah salah satu yang tidak boleh dilakukan. Kalau kita membahas kenormalan baru, banyak sekali hal-hal yang sebelumnya kita rasa tidak normal tetapi di era new normal ini menjadi sesuatu yang normal. Seperti misalnya sebelum era new normal, memakai masker di tempat umum adalah sesuatu yang aneh, sekarang di era kenormalan baru memakai masker adalah suatu keharusan, bila tidak memakai masker di tempat umum menjadi sesuatu yang aneh dan masih banyak lagi peraturan-peraturan yang harus diterapkan dimasa pandemi ini.
ADVERTISEMENT
Selain itu perilaku yang baru dialami oleh para orang tua yang mulai gelisah dengan keadaan putra putrinya di rumah. Tidak ada aktifitas di luar rumah, termasuk aktivitas belajar di sekolah. Hal ini juga merupakan kebijakan pemerintah dalam rangka menangulangi pandemi ini. Kondisi aktifitas pendidikan yang diliburkan ini, membuat proses pembelajaran yang dilakukan di rumah diambil alih oleh orang tua. Orang tua dituntut untuk mampu mengganti peran guru di sekolah, sehingga membuat orang tua harus kreatif dalam mengajarkan anak-anak agar tetap produktif. Orang tua juga harus memantau kehidupan anak agar tetap bersih dan sehat.
Merubah kebiasaan memanglah sulit, namun momentum ini membuat kita semua melakukan kebiaaan yang baik. Siapapun tidak akan mau terpapar virus ini, maka dari itu, semua akan berubah dengan melakukan perilaku hidup bersih dan sehat, dan merubah karakter setiap individu ke arah yang lebih baik. Sehingga nantinya membuat kualitas hidup manusia semakin baik. Anak-anak sedari kecil melakukan dan dibentuk perilaku seperti ini, akan terbawa sampai mereka dewasa nantinya. Pengalaman selama pandemi ini akan membuat mereka terbiasa melakukan perilaku hidup bersih dan sehat di kemudian hari. Banyaknya angka anak usia dini yang belum mendapatkan layanan pendidikan juga dipengaruhi oleh persepsi orangtua terhadap pendidikan anak usia dini.
ADVERTISEMENT
Berbicara masalah Sumber Daya Manusia (SDM) ialah elemen utama daripada modal, teknologi dan uang, dikarenakan semua dikendalikan oleh orang. SDM sebenarnya berhubungan dengan produktifitas. SDM memiliki produktifitas, yaitu kemampuan Sumber Daya Manusia dalam melakukan pekerjaannya memeroleh sesuatu (Maulyan, 2019). Masalah sumber daya manusia masih menjadi sorotan dan tumpuhan bagi masyarakat untuk tetap dapat bertahan di masa pandemi covid-19. Sumber daya manusia mempunyai peran utama dalam setiap kegiatan organisasi. Walaupun didukung dengan sarana dan prasarana serta sumber dana yang berlebihan, tetapi tanpa dukungan sumber daya manusia yang handal kegiatan organisasi tidak akan terselesaikan dengan baik.