Konten dari Pengguna

Reog Ponorogo Dari Warisan Budaya Takbenda untuk Pariwisata dan Ekraf Indonesia

Pusparani Ratna Widanti
Mahasiswa Universitas Airlangga tahun 2024, menyukai seni dan sejarah
11 Desember 2024 16:10 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pusparani Ratna Widanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
(Replika Reog Ponorogo di Jatim Park 1 -Malang-CameraPuspa)
zoom-in-whitePerbesar
(Replika Reog Ponorogo di Jatim Park 1 -Malang-CameraPuspa)
ADVERTISEMENT
Reog ponorogo, seni pertunjukan tradisional dari Jawa Timur, diakui sebagai Warisan Budaya Tak benda UNESCO pada Desember 2024. Pengakuan ini menjadi pencapaian penting bagi Indonesia sekaligus peluang strategis dalam pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif berbasis budaya. Reog Ponorogo bukan sekedar hiburan, melainkan warisan budaya yang mencerminkan identitas masyarakat Ponorogo melalui perpaduan tari, musik, cerita epik, dan simbolisme mendalam. Sebagai seni warisan turun-temurun, Reog memiliki potensi besar menarik wisatawan global. Namun, pengakuan ini juga menuntut tanggung jawab untuk menjaga nilai tradisi, mengelola pariwisata, dan mempromosikannya secara efektif. Melalui sinergi pemerintah, masyarakat, dan pelaku seni, Reog Ponorogo dapat menjadi simbol budaya Indonesia yang mendunia dan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Penetapan Reog Ponorogo sebagai Warisan Budaya Tak benda UNESCO adalah pencapaian penting yang membuka peluang besar bagi Indonesia untuk memperkenalkannya ke dunia internasional. Jika dikelola dengan baik, Reog dapat menjadi aset pariwisata global yang mendukung perekonomian lokal melalui ekonomi kreatif dan usaha masyarakat. Seni tidak hanya menarik wisatawan, tetapi juga juga mendorong nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan pelaku seni di perlukan agar Reog Ponorogo berkembang sebagai simbol budaya Indonesia yang mendunia, sekaligus tetap menjaga keasliannya sebagai warisan leluhur yang berharga.
1. Reog Ponorogo sebagai aset global dalam pariwisata budaya Pengakuan UNESCO terhadap Reog Ponorogo sebagai Warisan Tak benda memperkuat statusnya sebagai budaya duni yang harus dilestarikan. Seni ini memadukan tari, musik, dan cerita epik, menjadikannya daya tarik wisata global. Contohnya, seni tradisional seperti Flamenco di Spanyol dan Kabuki di Jepang telah mendunia setelah diakui UNESCO. Indonesia dapat memanfaatkan momentum ini dengan menyelenggarakan festival internasional di Ponorogo serta bekerja sama dengan kedutaan dan institusi budaya untuk memperkenalkan Reog lebih luas, mendukung pelestarian budaya, dan meningkatkan perekonomian daerah.
ADVERTISEMENT
2. Kontribusi terhadap ekonomi kreatif dan lokal Reog Ponorogo mendukung perekonomian lokal melalui sektor ekonomi kreatif, melibatkan profesi seperti penari, pengrajin, dan musisi tradisional. Peningkatan perhatian terhadap Reog membuka peluang usaha dan meningkatkan penjualan produk budaya. Agar manfaatnya optimal, pemerintah perlu menyediakan infrastruktur seperti hotel dan pusat souvenir, serta memberikan pelatihan manajemen wisata dan pelestarian budaya. Dengan demikian, Reog menjadi penggerak ekonomi sekaligus simbol pelestarian budaya.
3. Tantangan pelestarian nilai tradisional Reog Ponorogo menghadapi tantangan menjaga nilai otentiknya akibat komersialisasi. Pendokumentasian elemen penting dan sinergi antara pemerintah, komunitas budaya, dan akademisi diperlukan untuk pelestarian. Keterlibatan generasi muda dalam mempelajari dan mengajarkan Reog menjadi kunci agar seni ini tetap hidup, mendukung ekonomi sekaligus melestarikan nilai budaya.
ADVERTISEMENT
4. Pemanfaatan teknologi dan media digital Teknologi berperan penting dalam mempromosikan Reog Ponorogo melalui media sosial, dokumentasi digital, dan platfrom streaming. Film dokumenter, festival virtual, dan workshop daring memperluas jangkauan seni ini ke masyarakat global. Namun, konten yang di publikasikan harus tetap menghormati nilai budaya asli agar Reog tetap dikenal luas tanpa kehilangan keasliannya.
5. Peran pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya Pengakuan UNESCO terhadap Reog Ponorogo memerlukan sinergi pemerintah, harus mengalokasikan dana untuk konservasi dan promosi, sementara komunitas budaya menjaga nilai tradisionalnya. Kerja sama internasional dan dukungan sektor swasta melalui sponsorship serta pengembangan infrastruktur pariwisata akan memperkuat pelestarian dan menjadikan Reog ikon budaya yang mendunia.
Pengakuan UNESCO terhadap Reog Ponorogo memperkuat citra Indonesia sebagai negara kaya budaya. Hal ini mencerminkan komitmen pemerintah dalam melestarikan warisan budaya di kancah internasional. Kesuksesan ini menginspirasi daerah lain untuk mempromosikan tradisi lokal, menjadikan Indonesia destinasi budaya global dengan keragaman seni yang bernilai tinggi. Upaya tersebut tidak hanya memperkenalkan budaya bangsa ke dunia, tetapi juga memperkuat identitas nasional di tengah arus globalisasi.
ADVERTISEMENT
Penetapan Reog Ponorogo Sebagai Warisan Tak benda UNESCO merupakan Langkah strategis untuk mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia. Pengelolaan yang baik diperlukan agar Reog tidak hanya menjadi atraksi wisata, tetapi juga simbol pelestarian budaya. Sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta penting untuk menjadikannya ikon budaya global. Pemerintah harus mendukung pelestarian dan pengembangan infrastruktur, sementara masyarakat menjaga tradisi. Upaya promosi harus tetap menjaga keaslian Reog. Dengan strategi yang tepat Reog Ponorogo dapat memperkuat citra Indonesia dan mendukung perekonomian lokal.