Konten dari Pengguna

Maraknya Kasus Bullying: Pentingnya Pendidikan Karakter dalam Dunia Pendidikan

Puspita Sari Dwi Apriyanti
Mahasiswi S1 Antropologi Budaya, Universitas Gadjah Mada
16 Juni 2024 16:34 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Puspita Sari Dwi Apriyanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menurut data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) (2024), menyebutkan bahwa terdapat 10.243 kasus kekerasan di Indonesia dengan presentase korban adalah 80% perempuan dan 20% laki – laki. Korban berdasarkan kelompok umur didominasi oleh remaja berumur 13 – 17 tahun sebesar 35,4%. Maraknya korban kasus kekerasan pada remaja tersebut tidak jarang kita temui salah satunya dalam bentuk bullying. Menurut WHO (2010), Tindakan bullying atau perundungan adalah bentuk penindasan berulang kali terhadap seseorang dengan bentuk agresi fisik atau emosional, seperti menggoda, menyebut nama, mengejek, mengancam, melecehkan, perpeloncoan, dan pengucilan sosial atau rumor.
ADVERTISEMENT
Saat ini bullying menjadi urgensi di dunia pendidikan karena tidak hanya terjadi di lingkungan rumah namun juga di institusi pendidikan sekalipun seperti sekolah. Menurut databoks (2024), Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mengatakan terjadi peningkatan kasus bullying atau perundungan di sekolah sepanjang 2023 dari yang sebelumnya 21 kasus menjadi 30 kasus. Jumlah tersebut merupakan kasus yang dilaporkan dan diproses oleh pihak yang berwenang. Selain itu, kurang lebih 80% kasus bullying yang terjadi pada 2023 terjadi di sekolah. Presentasi paling tinggi kasus bullying di sekolah adalah pada jenjang SMP/sederajat sebesar 50%, 30% jenjang SD/sederajat, 10% jenjang SMA/sederajat dan 10% jenjang SMK/sederajat.
Salah satu kasus yang baru – baru ini terjadi adalah bullying yang dialami oleh Siswi SMK di Bandung bernama Nabila Putri Nuraini (18 tahun). Pada 30 Mei 2024 korban dinyatakan meninggal akibat bullying yang dialami terus menerus selama 3 tahun. Korban mengalami depresi akibat bullying yang dilakukan oleh teman – teman sekolahnya.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Korban Bullying. Foto: Penulis
Dampak negatif dari bullying tersebut tentunya memberikan rasa tidak aman yang berkepanjangan bagi para korban. Urgensi ini menunjukkan bahwa peran pendidikan sangat penting terutama pada pendidikan karakter seseorang untuk mengatasi kasus bullying. Mengapa demikian?

Pentingnya Pendidikan Karakter

Melalui pendidikan karakter, seseorang akan diajarkan bagaimana memanusiakan manusia. Bahwa kedudukan setiap orang dalam hidup ini adalah setara sehingga tidak dibenarkan adanya tindakan penindasan seperti bullying. Dengan adanya penguatan pendidikan karakter seseorang akan dibekali dengan nilai – nilai luhur, norma sosial dan budaya sebagai karakter bangsa sesuai falsafah Pancasila.
ADVERTISEMENT
Pendidikan karakter menekankan seseorang untuk dapat memiliki tanggung jawab terhadap segala tindakan yang dilakukannya. Harapannya budaya berpikir dan bertindak cerdas dapat menjadi kebiasaan. Sehingga hal tersebut dapat mengantarkan seseorang menjadi warga negara yang baik serta berguna dalam lingkungan masyarakat.

Strategi Penerapan Pendidikan Karakter

Degredasi moral seperti tindakan bullying diharapkan dapat dicegah melalui strategi kolaborasi penerapan pendidikan karakter dari berbagai pihak. Penguatan pendidikan karakter harus berlangsung pada tiga sentra, antara lain keluarga, sekolah, dan Masyarakat. Sehingga siapapun, dimanapun, dan kapanpun harus terus mengembangkan pendidikan karakter pada setiap individu.
Keluarga sebagai ruang pendidikan yang utama dalam menemani seseorang tumbuh dan berkembang. Perlu diingat bahwa karakter bangsa akan sangat bergantung pada bagaimana penerapan pendidikan karakter anak di rumah. Implementasinya dapat dilakukan dengan pola asuh yang demokratis. Artinya ada kerjasama antara orang tua dan anak serta tidak teralalu kaku ataupun terlalu bebas dalam memberi kontrol.
ADVERTISEMENT
Implementasi pendidikan karakter di sekolah harus berpegang pada lima nilai utama pengutan karakter yaitu integritas, religiusitas, nasionalisme, kemandirian, dan gotong royong dalam perilaku warga sekolah (Gurudiknas.kemdikbud, 2022). Lingkungan sekolah perlu dibuat sebagai ruang belajar yang mendukung peserta didiknya berpikir kreatif dan kritis.
Pengutan pendidikan karakter juga perlu dilakukan dengan dukungan peran masyarakat. Hal ini dilakukan dengan menjunjung tinggi norma – norma sosial budaya setempat dalam kehidupan sehari – hari. Norma – norma tersebut ditempatkan sebagai aturan dalam pembentukan karakter seseorang dalam masyarakat.