Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Merenungkan Gema; Perjumpaan Musikal Indonesia-Belanda
20 April 2017 19:42 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
Tulisan dari Pustaka Madura tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Judul: Merenungkan Gema; Perjumpaan Musikal Indonesia-Belanda
Penulis: Bart Barendregt dan Els Bogaerts
ADVERTISEMENT
Penerbit: Yayasan Obor
Terbit: 2016
Tebal: xvi+403 halaman
Kondisi: segel
Harga: Rp. 110.000,-
Isi
Dari waktu ke waktu, hingga kini, komposer, pelaku pergelaran, dan sarjana musik saling mengilhami. Kehadiran orang Belanda di Hindia Belanda dan Indonesia serta keberadaan komunitas diaspora yang besar di negeri Belanda telah memberi kontribusi terhadap pertukaran timbal-balik dalam bidang musik: dari kelompok musik tiup militer, musik klasik dan liturgi sampai musik jazz, Indo rock, dan musik dunia sebagai yang lebih baru. Meskipun demikian, interaksi musikal seperti itu sering dibentuk oleh kekuatan kekuasaan yang tidak seimbang, apalagi dengan motif-motif yang sangat beragam pada awalnya. Merenungkan Gema menyajikan eksplorasi musikologis, historis, dan antropologis dalam perjumpaan musikal yang telah dibentuk dalam masa lalu dan masa sekarang. Hasilnya adalah warisan musik yang hingga kini dapat didengarkan.
ADVERTISEMENT
Kontributor adalah: Bart Barendregt, Els Bogaerts, Liesbeth Ouwehand, Gerard A. Persoon, Sumarsam, Miriam Brenner, R. Franki S. Notosudirdjo, Henk Mak van Dijk, Madelon Djajadiningrat, Clara Brinkgreve, Wim van Zanten, Matthew Cohen, Lutgard Mutsaers, Rein Spoorman, Annika Ockhorst, dan Fridus Steijlen.
Bart Barendregt adalah antropolog yang mengajar di Institut Studi Sosial dan Budaya, Universitas Leiden. Ia telah melakukan penerbitan dan membuat film tentang seni pertunjukan Asia Tenggara, media baru dan mobil, dan musik pop (Islami). Els Bogaerts berspesialisasi dalam bahasa-bahasa dan kebudayaan Asia Tenggara (Universitas Leiden) serta tari dan musik Jawa klasik (Yogyakarta). Ia menulis artikel tentang hasil perjumpaan kultural, seni pertunjukan, budaya dan dekolonisasi, dan menyunting beberapa buku. Ia juga sedang melakukan riset tentang representasi budaya-budaya Jawa di televisi Indonesia.
ADVERTISEMENT