news-card-video
28 Ramadhan 1446 HJumat, 28 Februari 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Doomscrolling : Ketika Media Sosial Menjadi Racun bagi Kesehatan Mental

puteri nadhilah
Mahasiswa Psikologi Universitas Syiah Kuala
4 Maret 2025 14:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari puteri nadhilah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ilustrasi seorang wanita sedang cemas (Sumber: https://pixabay.com/)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi seorang wanita sedang cemas (Sumber: https://pixabay.com/)
Pernahkah kamu scrolling media sosial secara terus-menerus karena penasaran dengan berita-berita di luar sana lalu kamu menjadi cemas karena berita-berita tersebut? Mungkin kamu sudah terpapar fenomena Doomscrolling.
ADVERTISEMENT
Media sosial telah menjadi bagian besar dan penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Individu baik dewasa maupun remaja menggunakan media sosial untuk saling berinteraksi secara pribadi maupun secara publik dengan audiens yang lebih luas seperti teman, kenalan, kolega dan juga sebagai sumber berita yang up to date. Sejalan dengan melonjaknya penggunaan media sosial, banyak survei yang menyatakan bahwa media sosial memberikan dampak negatif kepada penggunanya. Menurut survei global yang dilakukan oleh McKinsey Health Institute’s (MHI’s) pada tahun 2022, menunjukkan bahwa media sosial dipandang sebagai media yang memiliki dampak positif sekaligus negatif terhadap kesehatan mental, sosial, spiritual dan fisik penggunanya (Coe dkk., 2023 dalam jurnal Pengaruh Doomscrolling Terhadap Mental Well-being Dimediasi Oleh Fear of Missing Out Pada Pengguna Media Sosial).
ADVERTISEMENT
Fenomena doomscrolling menjadi salah satu fenomena yang cukup sering ditemukan di masa sekarang. Doomscrolling adalah fenomena individu yang menggunakan media sosial secara terus-menerus menelusuri berita di media sosial mereka, walaupun berita itu membuat mereka sedih, tertekan, overthinking atau takut. Mulanya, istilah ini muncul pada masa pandemi COVID-19, saat itu masyarakat diwajibkan mengisolasi diri di rumah masing-masing. Selama situasi darurat seperti pandemi, berbagai macam sumber berita yang dibagikan di media soaial kebanyakan informasi yang bersifat negatif.
Doomscrolling memiliki efek mendalam pada kesejahteraan psikologis. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan kesejahteraan mental, peningkatan tingkat stres, dan risiko lebih tinggi mengembangkan gangguan kejiwaan. Selain itu, paparan terus-menerus terhadap berita utama negatif dapat mengakibatkan perasaan takut, cemas, dan marah yang meningkat. Pengguna sering melaporkan rasa paksaan, penurunan kesejahteraan mental, dan peningkatan gangguan saat terlibat dalam perilaku doomscrolling (Muhammad Raydava Hansya dkk., 2024 dalam jurnal Pengaruh Doomscrolling Terhadap Mental Well-being Dimediasi Oleh Fear of Missing Out Pada Pengguna Media Sosial).
ADVERTISEMENT
Individu yang sering terlibat dalam doomscrolling mungkin mengalami kesulitan berkonsentrasi, bekerja secara efektif, dan mengelola tugas kehidupan sehari-hari karena kecemasan luar biasa yang disebabkan oleh paparan konstan terhadap informasi yang mengganggu. Selain itu, individu dengan tingkat Gangguan Kecemasan Umum yang tinggi menunjukkan peningkatan keengganan kehilangan, yang selanjutnya dapat menyebabkan kecemasan yang meningkat dan memengaruhi proses pengambilan keputusan selama situasi stres seperti pandemi.
Selain itu, doomscrolling dikaitkan dengan dampak negatif pada pola tidur kita, termasuk gangguan tidur. Kebiasaan ini sering dilakukan sebelum tidur. Jika dilakukan terus-menerus, hal ini dapat mengganggu pola tidur alami karena paparan cahaya biru dari layar yang mengganggu produksi melatonin, sehingga membuat otak jadi lebih aktif dan susah tidur. Selain itu, kecemasan dan stres yang disebabkan oleh doomscrolling dapat menyebabkan kesulitan tidur atau insomnia. Gangguan tidur ini dapat memperburuk kesejahteraan mental dan emosional, menciptakan siklus buruk tidur yang merugikan dan menghasilkan kondisi mental yang memburuk.
ADVERTISEMENT
Referensi :
Valerie. (2023, August 14). Doomscrolling: Dampak Berita Negatif dan Media Sosial pada Kesehatan Mental. https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/1351-doomscrolling-dampak-berita-negatif-dan-media-sosial-pada-kesehatan-mental?utm_source=chatgpt.com
Sharma, B., Lee, S. S., & Johnson, B. K. (2022). The dark at the end of the tunnel: Doomscrolling on social media newsfeeds. Technology Mind and Behavior, 3(1). https://doi.org/10.1037/tmb0000059
Hansya, M. R., Ardi, R., & Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. (2023). Pengaruh doomscrolling terhadap mental well-being dimediasi oleh psychological distress pada pengguna media sosial X generasi Z. In ARTIKEL PENELITIAN [Journal-article]. https://repository.unair.ac.id/133526/1/Artikel%20Ilmiah%20Repository_Muhamad%20Raydava%20Hansya_111811133140.pdf
Luscombe, A., & Duncan, J. (2023). Access to information research in the digital era. Canadian Public Administration, 66(2), 268–276. https://doi.org/10.1111/capa.12518
Adib, A. W. M. (2024, August 28). HUBUNGAN DOOMSCROLLING DENGAN KECEMASAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA. https://repository.uisu.ac.id/handle/123456789/3247
ADVERTISEMENT
Puteri Nadhilah Purwito, Mahasiswi Fakultas Kedokteran Program Studi Psikologi USK.