Masihkah Kartini Era Modern Saling Memberikan Support?

Putri Utami Sukirno
FOUNDER Sahabat Literasi/SL Books, Penulis Novel, Editor, Mentor Kepenulisan
Konten dari Pengguna
26 April 2023 15:45 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Putri Utami Sukirno tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perempuan berdamai. Foto: Odua Images/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan berdamai. Foto: Odua Images/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
21 April dikenal sebagai Hari Kartini? Apakah kita benar-benar mengenal Ibu Kartini, pejuang kemerdekaan kaum wanita atau hanya ikut-ikutan merayakan harinya saja?
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu ini saya sering membaca berita bagaimana kerasnya hidup sebagai Wanita di era-modern. Apalagi, jika tumbuh di ibukota, yang mana tak kita jumpai para Wanita yang saling ramah dalam menyapa juga mengingatkan wanita lainnya, bahkan orang terdekat yang ia kenal.
Ingatkan, kejadian baru yang mana seorang dokter bertengkar dengan seorang wanita hanya karena masalah sepele. Mereka saling beradu argumen dan salah satunya menyebarkan video tersebut dan pasti langsung di hujat netizen. Untungnya, sekarang mereka sudah berdamai.
Saya membaca komentar para netizen di Twitter, mereka bercerita bahwa harus berjuang setiap hari naik KRL dengan beragam wanita dan beragam emosi. Tak ditemukan di KRL wanita yang lemah lembut, saling membantu, ataupun saling menghargai. Kalaupun ada, itu sungguh langka.
ADVERTISEMENT
Yang kita lihat adalah para wanita saling berjuang dengan sesak napas dalam gerbong sempit memperebutkan tempat. Tak jarang mereka saling menyindir bahkan adu mulut dan yang lebih mengerikan akan saling jambak kemudian adu jotos. Menurut beberapa orang yang naik KRL, mereka justru lebih nyaman berada di KRL yang bukan khusus wanita, walau risikonya mungkin akan bertemu dengan laki-laki pelaku pelecehan seksual di dalam kereta.
Bukan hanya dalam sebuah gerbong kereta. Saat di kantor, kita akan bertemu dengan wanita pekerja, mandiri, sukses, cantik, tapi tidak saling mendukung satu sama lain. Mereka berebut jabatan, berebut perhatian dengan berbagai cara. Walau tidak semua, namun kebanyakan yang akan ditemui di tempat kerja adalah musuh kita dengan gender yang sama.
ADVERTISEMENT
Jarang ditemukan wanita yang saling support satu sama lainnya. Justru kebanyakan mereka saling adu argumen buruk satu sama lain, bergosip ria, saling tuduh, dan memberi komentar pedas menyudutkan saat bermedia sosial.
Jujur, sebagai wanita saya merasa sedih dengan hal ini. Cerita bullying yang terjadi antara pelajar perempuan juga dilakukan oleh gender yang sama karena masalah percintaan.
Kenapa semakin banyak wanita mengerikan hadir dalam suatu lingkungan juga kelompok tertentu?Seberapa kuat para wanita lainnya yang sabar jika harus berhadapan dengan wanita bar-bar?
Bahkan, kasus bunuh diri terjadi juga karena kurangnya rasa percaya diri sebagai wanita, insecure, takut menghadapi mulut yang berargumen terlalu nyinyir, dan lain sebagainya.
Haruskah selamanya Kartini Indonesia ini saling bersaing? Bukankah Ibu Kita Kartini berjuang untuk semua wanita Indonesia. Bagaimana Ibu Kartini menginginkan tak ada lagi kesenjangan antara laki-laki dan perempuan agar kita bisa mampu berdiri dan berjuang bersama untuk memajukan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Mungkin inilah yang harus kita ubah, pemikiran kita tentang diri kita sendiri. Karena sejatinya wanita itu harus saling bergandengan tangan dan berjuang bersama bukan sebaliknya.
Selamat Hari Kartini untuk semua wanita di Indonesia.