Tiga Pebisnis Muda Inovatif, Intip Kiat Bisnisnya!

Puti Cinintya Arie Safitri
Undergraduate Student of Bogor Agricultural University
Konten dari Pengguna
30 September 2017 11:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Puti Cinintya Arie Safitri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kumparan.com mengadakan seleksi calon reporter, fotografer dan videografer hari ini (Sabtu 30/09) di Kuningan City Mall. Seleksi ini dihadiri oleh ratusan orang yang menghadapi serangkaian tes berupa tes pengetahuan umum, Focus Group Discussion (FGD) dan liputan. Khusus untuk tes liputan, Kumparan mengadakan talkshow dan menghadirkan tiga narasumber yang cukup menarik untuk disimak. Mengusung tema “Young and Innovated”, tiga pembicara tersebut memaparkan bagaimana mereka mencetuskan bisnis mereka pertama kali, kemudian cara mengelolanya dan juga membeberkan beberapa rahasia! Tentu kamu penasaran dong? Berikut ulasan mengenai tiga pebisnis tersebut.
ADVERTISEMENT
Lucy Wiryono
Anda tahu beliau? Beliau merupakan CEO dari HolyCow Steak. Bekerjasama dengan suaminya Chef Afit, beliau yang merupakan host acara olahraga di stasiun televisi swasta mencetuskan ide membangun restoran steak untuk menjawab permasalahan keluarga. Suatu hari Chef Afit mengkonsumsi daging wagyu yang terkenal sangat enak, kemudian beliau bercerita kepada istrinya soal itu. Harga daging wagyu yang mahal kemudian membuat mereka memutar otak, bagaimana ya cara keluarga mereka bisa menikmati wagyu secara ekonomis? Akhirnya mereka mencoba mencari supplier daging wagyu dan memasak sendiri dirumah. Ternyata harga bahan dasar wagyu sebenarnya tidak begitu mahal, komponen penyusun bisnis dari restoran penyedia olahan wagyu lah yang membuat harga olahan wagyu melonjak. Akhirnya, dengan mengusung ide restoran steak wagyu harga lebih terjangkau, mereka mendirikan HolyCow. Hingga saat ini, HolyCow telah memiliki 22 outlet di seluruh Indonesia. Selain itu, HolyCow juga kini telah memiliki anak perusahaan seperti HolyNasgor dan Flip Burger. Menyiasati bisnis sejenis yang juga ada di waktu bersamaan, Lucy tidak merasa bisnis lain merupakan kompetitor yang harus ditakuti. Beliau percaya dengan melakukan inovasi dan konsisten pada bisnis tersebut, akan membuahkan hasil yang baik. “You cannot be good at everything, so kalau punya passionnya apa ya ditekuni!” ujar Lucy dalam talkshow ini. Lucy dan suami pun sangat serius dalam melakukan survei dan peracikan resep mereka. Semua bahan dan resep dari HolyCow dan anak perusahaan lainnya murni adalah karya mereka sendiri. Dalam pembuatan resep pun mereka sungguh detail, misalnya pemilihan bahan roti dan daging untuk anak perusahaan FlipBurger. Hal tersebut tidak lantas membuat harga setiap menu di Flip Burger menjadi mahal. Dengan Rp. 35.000,- saja, kita sudah mendapatkan Cheeseburger berkualitas tinggi. Usaha mereka ini bertujuan agar seluruh produk dari perusahaan mereka enak dan ‘ngangenin’. Yang jelas, setiap bagian dari perusahaan ini memiliki target market yang jelas. Untuk HolyNasgor sendiri sasaran marketnya adalah anak kuliahan, orang yang suka nongkrong malam dan pengendara motor. Namanya juga berbisnis, menurut Lucy belum tentu langsung ada hasilnya. Kuncinya adalah persisten!
ADVERTISEMENT
David Soong
Jika anda merupakan penggemar fotografi dan fokus pada fotografi wedding, pasti sudah tidak asing lagi dengan nama David Soong. Beliau merupakan CEO dari photoservice terkenal, Axioo. Fotografi sebagai bisnis yang menjanjikan dilakukan David dengan alasan: bokek! Ya, sesederhana itu. David tadinya hanya memiliki satu kamera dan memotret teman dekat secara gratisan, ternyata banyak permintaan dari yang bukan teman untuk dipotret. Melihat kesempatan ini, akhirnya David menjalankan bisnis ini. Bukan lulusan dari sekolah fotografi tidak lantas kemudian membuat David minder. Dia berusaha membuat foto yang berbeda dan baru di bidang wedding photography. “Segala masalah sebenarnya bisa diselesaikan jika masalahnya ngena di hati”, ujar David sembari tertawa. Inovasi dilakukan David di bidang fotografi. Kini tidak hanya menyediakan untuk wedding, Axioo juga menyediakan service Grow-Old Client, yaitu penyediaan jasa dokumentasi fotografi dan videografi sesi kehamilan, melahirkan, dan foto keluarga berkonsep.. Bahkan Axioo bekerjasama dengan 5 rumah sakit besar di Jakarta seperti Siloam dan RSPI untuk pengadaan studio baby Axioo untuk bayi yang baru lahir. David percaya, fotografi memiliki lifetime value yang tidak cukup jika hanya satu kali momen difoto. Service terbaru dari Axioo adalah Sweet Escape, dimana mereka bekerjasama dengan fotografer lokal di 300 kota besar seluruh dunia untuk para traveller yang membutuhkan jasa fotografi. Axioo kini menyediakan service 3 hari edit, tidak menutup kemungkinan akan ada servis satu hari edit kedepannya.
ADVERTISEMENT
Hanna Keraf
Seorang lulusan Ritsumeikan, Jepang yang juga putri asli keturunan Nusa Tenggara Timur, tergerak hatinya untuk memberdayakan perempuan di sana lewat usahanya, Du’Anyam. Permasalahan utama di NTT adalah kurangnya sumberdaya dan penghasilan untuk memperoleh uang tunai dalam bertransportasi. Banyak ibu-ibu dii NTT yang kesulitan dalam melahirkan secara pantas dan normal karena jarak rumah dengan fasilitas kesehatan tidak terjangkau. Seperti kasus kerabat Hanna yang sudah hamil tujuh kali dan saat hamil ke enam mengalami pendarahan hebat dan anaknya meninggal karena tidak tertolong. Akhirnya untuk memberdayakan ibu disana, Hanna mencari cara untuk menghasilkan uang secara cepat dan mudah untuk para ibu. Anyaman kemudian menjadi alternatif yang dipilih oleh Hanna. Anyaman di Du’Anyam terbuat dari daun lontar yang tersedia banyak di NTT. Nama Du’Anyam sendiri berarti “ibu-menganyam”. Dalam melakukan inovasi dan quality control, Du’Anyam memiliki ketentuan sendiri dalam pengadaan warna, pola anyaman, desain dan standar QUC. Du’Anyam merupakan produk yang sangat fleksibel dalam kustomisasi, delivery on time dan komunikasi. Hanna berharap dalam tiga sampai lima tahun kedepan akan menjadi brand yang dicari oleh siapapun dimanapun. Kolaborasi dilakukan dalam menghadapi kompetitor, bukan memusuhinya. “Ada brand yang menggunakan bahan yang tidak kami gunakan, kenapa tidak kolaborasi saja?” ujar Hanna menjawab pertanyaan salah satu peserta yang bertanya cara menghadapi kompetitor.
ADVERTISEMENT
Berbisnis tidak akan selalu berhasil manis secara langsung, namun dengan kuatnya tekat, inovasi, konsistensi dan kolaborasi, bisnis kamu akan berkembang dan jadi pionir di bidangnya. Selamat mencoba!