Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Menyelami Lautan Manusia di Lapangan Merdeka Kota Sukabumi
1 Januari 2024 8:49 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Ahmad Dyandra Rama Putra Bagaskara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kala itu, Sabtu (30/12/2023) sekitar pukul 23.10 malam WIB, saat sedang menyaksikan film “KKN di Desa Penari” yang mulai tayang di televisi, aku dan adikku berbincang-bincang. Salah satu topik perbincangan kami selain masalah hiruk-pikuk dunia perkuliahan adalah seputar lari santai (jogging).
ADVERTISEMENT
Di tengah-tengah perbincangan, kami berdua berencana melakukan jogging di area Lapangan Merdeka (Lapdek), Kota Sukabumi, Jawa Barat. Kegiatan tersebut memang rutin kami lakukan jika kami “pulang kampung” dari tempat menuntut ilmu masing-masing.
Sebagai informasi, saat ini, aku dan adikku berkuliah di dua tempat yang berbeda. Bukan hanya tempatnya yang berbeda, melainkan pulaunya juga berbeda. Sejak SD hingga SMA, kami selalu menuntut ilmu di tempat yang sama. Walakin, takdir membawaku dan adikku berpisah saat kami berdua mulai memasuki dunia perkuliahan.
Aku berkuliah di salah satu kampus negeri yang ada di Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Sementara itu, adikku berkuliah di salah satu kampus negeri yang ada di Kecamatan Gedong Meneng, Kota Bandar Lampung, Lampung. Para pembaca pasti tahu di mana kami berkuliah berdasarkan alamat kampus yang sudah dijelaskan.
ADVERTISEMENT
Singkat cerita, aku dan adikku pun sepakat untuk pergi jogging di tempat yang sudah kami tentukan, yakni di Lapangan Merdeka. Oleh karena itu, usai menyaksikan film “KKN di Desa Penari” yang berakhir sekitar pukul 00.00 WIB, kami pun langsung memejamkan mata dan tidur agar bisa bangun pagi pada keesokan harinya.
Bangun pagi
Keesokan harinya, Minggu (31/12/2023) sekitar pukul 05.10 WIB, pagi pun tiba. Ayam tetangga juga mulai berkokok kencang tanda orang-orang sekitar harus mulai bergegas. Aku dan adikku pun lantas segera bangun dari tempat tidur. Dengan mata yang masih kelip-kelip, kami pun melaksanakan salat Subuh terlebih dahulu sebelum mulai beraktivitas.
Usai salat Subuh, kami bersiap-siap. Kami berganti pakaian dengan mengenakan setelan ala orang-orang yang ingin pergi jogging. Sepatu, kaus kaki, celana pendek, dan jaket hoodie, itulah aneka perlengkapan yang menempel di badan kami sebelum berangkat ke tempat jogging. Tak lupa, adikku pun memanaskan motornya terlebih dahulu sebelum kami berangkat.
ADVERTISEMENT
Singkat cerita, waktu menunjukkan pukul 06.15 WIB. Usai memanaskan motor, kami lantas berpamitan dengan orang tua untuk pergi ke tempat jogging. “Kuy, ah,” kataku mengajak adikku. “Gas,” jawab adikku singkat.
Waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke tempat jogging adalah kurang lebih 1 jam 10 menit. Memang, letaknya cukup jauh dari rumah kami. Maklum, tempat jogging favorit kami itu terletak di kota. Sementara, rumah kami berada jauh di kampung pelosok yang mungkin saja keberadaannya tak terdeteksi oleh Google Maps.
Sampai di tempat
Sesampainya di Lapangan Merdeka, aku dan adikku pun turun dari motor untuk bersiap menuju area jogging. Walakin, sesampainya di sana, aku dan adikku melihat pemandangan tak biasa. Kami melihat ada ribuan orang memadati semua area di Lapangan Merdeka.
ADVERTISEMENT
Sebagian dari mereka ada yang sedang ber-jogging. Selain itu, ada juga sebagian yang bermain bulu tangkis, bermain bola basket, bermain bola Volly, mengendarai skuter dan sepeda, hingga ada juga yang sekadar duduk-duduk santai sambil menikmati secangkir kopi panas di tangannya.
Memang, biasanya, area Lapangan Merdeka kerap ramai dipenuhi banyak orang. Apalagi, saat akhir pekan tiba. Namun, kejadian hari itu benar-benar berbeda. Pasalnya, kami tak pernah melihat area Lapangan Merdeka benar-benar seramai itu. Terlihat seperti lautan manusia. Sampai-sampai, area tempat duduk dan tempat jogging pun nyaris tak tersisa lantaran banyaknya manusia di sana.
Usai terkaget-kaget melihat lautan manusia di semua area Lapangan Merdeka, aku dan adikku pun lantas kembali ke tujuan awal, yakni untuk ber-jogging. Kami pun lantas melakukan pemanasan (stretching) tipis-tipis agar otot tubuh kami lebih lentur. Selain itu, stretching juga kami lakukan untuk mencegah timbulnya kram di tengah-tengah aktivitas.
ADVERTISEMENT
Usai stretching, aku dan adikku pun memulai jogging. Walakin, kami tidak bisa berlari. Sebab, di sekeliling kami dipenuhi banyak orang yang melakukan aktivitas yang sama. Jika memaksakan berlari, sudah pasti kami akan menabrak mereka semua. Oleh karena itu, jatuhnya, kami hanya berjalan santai mengelilingi luasnya Lapangan Merdeka.
Di tengah-tengah jalan santai itu, kami sempat terpisah selama beberapa jam. Aku kesulitan mencari adikku lantaran ada banyak orang di sekelilingku. Begitu pula adikku. Ia pun kesusahan menemuiku lantaran ada banyak orang di sekelilingnya. “Ya, sudahlah. Nanti, juga ketemu,” kataku dalam hati sembari melanjutkan jalan santai.
Ada banyak pedagang dan penyedia jasa
Kala itu, area Lapangan Merdeka tak hanya dipenuhi lautan manusia yang sedang berolahraga saja, tetapi juga dipenuhi banyak pedagang. Dimulai dari pedagang makanan, pedagang balon mainan, pedagang minuman dingin, pedagang Bandros (makanan tradisional khas Sunda yang terbuat dari tepung dan campuran gula pasir), hingga pedagang action figure pun ada.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ada juga beberapa orang yang menyediakan jasa sewa raket bulu tangkis, sewa skuter, sewa sepeda, hingga sewa mobil mainan bertenaga baterai. Untuk sewa skuter, sepeda, dan mobil mainan bertenaga baterai, kebanyakan pelanggannya adalah anak-anak. Kira-kira, usianya sekitar 5—10 tahun.
Lebih lanjut, aku juga menemukan anak-anak kecil yang sedang melukis, kumpulan ibu-ibu dan bapak-bapak yang sedang berkaraoke, hingga badut penghibur yang sedang asyik berjoget mengiringi alunan musik dangdut.
Usai berjalan santai selama beberapa jam, aku dan adikku pun akhirnya bertemu kembali. “Ke mana aja tadi? Dicariin kok enggak ada?” tanyaku. “Dari tadi, ‘kan, keliling (Lapangan Merdeka),” jawab adikku sembari ngos-ngosan.
Tak lama usai bertemu, aku dan adikku pun langsung bersiap-siap pulang, menyudahi sesi jogging yang sudah kesampaian. Hari juga semakin panas lantaran matahari mulai merangkak naik. Kalau sudah begitu, jogging menjadi kegiatan yang sudah tak lagi cocok dilakukan.
Sekitar pukul 10.20 WIB, kami pun bergegas pulang. Tak lupa, di tengah perjalanan pulang, kami menyempatkan singgah ke pedagang bubur ayam langganan kami untuk mengisi perut yang mulai keroncongan.
ADVERTISEMENT
Sesi jogging hari itu memang terasa lebih beda dan lebih unik ketimbang biasanya. Sebab, kala itu, aku tak hanya menemui kumpulan orang yang sedang berolahraga saja, tetapi juga menemui kumpulan orang yang sedang melakukan aktivitas lain. Mulai dari berdagang hingga berkaraoke pun ada. Semua itu kutemukan hanya di satu tempat, yakni di Lapangan Merdeka.