Konten dari Pengguna

Menakar Moralitas Dan Integritas Media Serta Jurnalis Saat ini

Putra Melandry
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Andalas
1 Oktober 2024 9:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Putra Melandry tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jurnalis adalah profesi individu yang bekerja di dunia pers dan media. Jurnalis bertugas untuk mengumpulkan, meneliti, menulis dan menyebarkan informasi kepada publik. Kerja jurnalis di berbagai media meliputi televisi, media cetak seperti surat kabar, radio, dan berbagai platform digital lainnya.
ADVERTISEMENT
Moralitas adalah seperangkat prinsip atau nilai yang membedakan antara benar dan salah, baik dan buruk, berdasarkan norma sosial yang ada, budaya, atau agama. Sementara itu, integritas adalah kualitas seorang jurnalis yang mencerminkan kejujuran, konsistensi, dan komitmen untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai moral tersebut, bahkan di bawah tekanan atau godaan. Dengan kata lain, moralitas berbicara tentang apa yang seharusnya dilakukan, dan integritas memastikan bahwa tindakan seseorang sejalan dengan prinsip-prinsip tersebut.
Moralitas dan integritas adalah dua nilai penting yang menjadi landasan utama seorang jurnalis dalam bekerja. Sebab pekerjaan jurnalis adalah pekerjaan yang bersinggungan dengan kejujuran, komitmen, dan konsistensi. Dari pernyataan tersebut kemudian muncul pertanyaan kritis, lantas apakah kerja-kerja jurnalis hingga saat ini tidak keluar dari nilai moralitas dan integritas yang sepatutnya?
Ilustrasi by canva, oleh penulis Putra Melandry
Alasan mengapa nilai moralitas dan integritas penting untuk dimiliki oleh seorang jurnalis
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Lantas apakah jurnalis dan media hari ini masih dapat dipercaya publik?, dapat memberikan informasi yang akurat dan adil?, dan dapat menjadi tanggung jawab serta kontrol sosial? media menunjukkan keberpihakannya kepada selain rakyat, atau justru rakyat semakin kebingungan karena pers tak dapat dipercaya, apalagi presiden dan segelintir elit. Mari kita menakar dan kritisi hal-hal tersebut.
Media menjadi milik politisi dan jadi alat kendaraan politik
Kritik pertama datang untuk media-media yang hari ini dimiliki oleh segelintir elit yang juga terjun ke dunia politik, hal tersebut memunculkan konflik kepentingan yang akhirnya bisa disalahgunakan. Media bisa menjadi alat kendaraan untuk mempromosikan individu atau kelompok guna mencapai tujuan politis. Hal seperti ini sangat riskan sebab media dapat dengan cepat mengubah persepsi serta memengaruhi publik.
ADVERTISEMENT
Fenomena jurnalis amplop
Kritik kedua tertuju untuk jurnalis-jurnalis yang moralitas dan integritasnya dapat dibeli dengan secarik amplop. Kasus jurnalis amplop merupakan fenomena yang dimana seorang jurnalis mendapat bayaran berbentuk uang maupun harta benda menguntungkan lainnya. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar jurnalis menyebarkan pemberitaan sesuai pesanan si pemberi uang, misalnya untuk menjatuhkan pihak tertentu melalui pemberitaan.
Jurnalis sebagai insan pers harus terus memegang teguh nilai-nilai moralitas dan integritas, agar masyarakat tak kebingungan di persimpangan jalan sebab tak ada lagi yang bisa dipercaya, tentunya masyarakat saat ini berharap agar pers dapat terus menyinari masyarakat ditengah-tengah kegelapan. Kritik untuk jurnalis dan media diharapkan agar kedepannya seluruh aspek dan insan pers terus menunjukkan keberpihakkannya kepada rakyat, bukan kepada oligarki ataupun elit politik!
ADVERTISEMENT