Varian Omicron Muncul, Akankah Daerah Mampu Bertahan?

M Arief Bukhari Saraan
Mahasiswa Magister Ilmu Ekonomi Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
Konten dari Pengguna
4 Desember 2021 11:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari M Arief Bukhari Saraan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi: pertumbuhan uang. freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi: pertumbuhan uang. freepik.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketika mendengar berita tentang varian omicron yang kabarnya lebih berbahaya dari varian sebelumnya, saya teringat kembali bagaimana kondisi Indonesia selama dua tahun hidup berdampingan bersama COVID-19. “Apakah akan terulang lagi?”, gumam saya sambil menyeruput kopi yang saya minum di tempat kafe langganan saya di Kota Medan.
ADVERTISEMENT
Kota Medan hari ini padat sekali. Berbeda saat pembatasan aktivitas masyarakat diberlakukan. Sekarang pelaku usaha baik rumah makan, kafe, warung kaki lima, sarana olah raga, tempat wisata, dapat tersenyum kembali, lapak mereka mulai ramai dikunjungi. Hal tersebut tentu saja akan memberikan dampak yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Medan khususnya dan Provinsi Sumatera Utara pada umumnya.
Walaupun pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tahun 2021 pada triwulan III tercatat sebesar 3,67 (yoy) lebih rendah dari triwulan II 2021 sebesar 4,95% (yoy) namun angka tersebut tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar -1,85% (yoy). Dengan demikian, perekonomian Sumatera Utara berhasil tumbuh ke arah positif setahun kebelakang.
Peningkatan aktivitas ekonomi didorong oleh peningkatan kembali mobilitas masyarakat sejalan dengan penurunan kasus aktif COVID-19 pada triwulan II 2021. Penurunan kasus COVID-19 tidak lepas dari keberhasilan pemerintah daerah yang telah melakukan percepatan vaksinasi yang sampai saat ini telah mencapai 60,14 persen dari target provinsi.
ADVERTISEMENT
Di samping itu, realisasi proyek swasta maupun pemerintah kembali menggeliat pada triwulan II-2021. Akibatnya investasi berada pada posisi 5,81% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan I-2021 yang tercatat pada posisi -3,55 (yoy).
Pertumbuhan signifikan ini terjadi pada Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) terjadi pada sektor listrik, gas dan air sedangkan Penanaman Modal Asing (PMA), pertumbuhan investasi tertinggi terlihat pada sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi.
Berbanding terbalik dengan kedua variabel di atas, pertumbuhan ekonomi yang positif belum tentu diikuti dengan penurunan angka kemiskinan. Menurut data dari BPS. Angka kemiskinan Sumatera Utara pada Maret 2021 sebesar 9,01% dari jumlah penduduk, lebih tinggi dibandingkan dengan Maret 2020 sebesar 8,75%. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah penduduk miskin dari 1,28 juta orang pada Maret 2020 menjadi 1,34 juta jiwa pada Maret 2021. Kondisi tersebut menempatkan Sumatera Utara berada pada urutan ke-5 dalam wilayah sumatera.
ADVERTISEMENT
Kondisi tersebut merupakan hal yang tidak diinginkan oleh kita semua. Pemerintah sudah berupaya secara maksimal untuk mencegah peningkatan angka kemiskinan yang tinggi dengan menggelontorkan dana yang sangat besar melalui Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebesar 579,78 triliun pada tahun 2020 dan 699,43 triliun pada tahun 2021. Hal ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menanggulangi dampak dari pandemi Covid-19 di Indonesia.
Saya memperhatikan dari tadi para waitress di kafe ini sibuk melayani pembeli baik yang memesan langsung maupun secara online. “Luar biasa” hati saya bergumam. Saat ini, usaha seperti inilah yang dapat bertahan dari dampak pandemi khususnya ekonomi. Kita berharap bahwa usaha ini jangan sampai ambruk, sehingga tidak menambah beban negara yang sudah semakin berat.
ADVERTISEMENT
Tidak terasa kopi saya sudah habis, hari mulai gelap, saya bergegas pergi, membaur bersama kendaraan lain di jalanan.