Konten dari Pengguna

Antara 'Marriage is Scary' dan 'Free Sex': Mana Yang Mau Kamu Pilih?

Putra Nugraha
Mahasiswa Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga jurusan Perbandingan Madzhab
9 Oktober 2024 12:13 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Putra Nugraha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi kedua insan sedang menjalin hubunan/putra
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi kedua insan sedang menjalin hubunan/putra
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di era digital ini, banyak orang menganggap pernikahan sebagai sesuatu yang menakutkan. Istilah 'Marriage is scary' mencerminkan kekhawatiran yang dirasakan oleh banyak orang mengenai komitmen jangka panjang dan tantangan yang mungkin dihadapi. Tren ini ramai diperbincangkan di berbagai platform media sosial, di mana kalimat "Marriage is scary" sering diikuti dengan berbagai kemungkinan tidak menyenangkan dalam kehidupan pernikahan. Seperti contoh dibawah ini:
ADVERTISEMENT
"Marriage is scary. Bayangin lu cape-cape pulang kerja rumah berantakan istri cuman rebahan pas ditanya masak apa hari ini? Dijawab: "lu cari istri apa pembantu?"".
"Marriage is scary. What if lo ga bisa makan makanan favorite lo, jalan sama temen-temen lo karena suami lo bilang harus ngirit?".
Masih banyak lagi istilah dari marriage is scary entah dari idealis para jomblowers atau dari pengalaman para pasangan yang mereka alami.

Fenomena 'Marriage is Scary': Mengapa Ini Terjadi?

Dikutip dari tempo, "marriage is scary" secara harfiah artinya pernikahan itu menakutkan. Istilah ini digunakan oleh seseorang bahwa pernikahan itu sebuah komitmen seumur hidup, sesuatu yang penuh tantangan, tekanan dan ketidakpastian.
Dikutip dari CNN Indonesia, laporan teranya dari Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS) 2024 mencatat angka perkawinan di Indonesia yang terus mengalami penurunan.
ADVERTISEMENT
Penurunan yang paling drastis terjadi selama tiga tahun terakhir. Dari tahun 2021 hingga 2023 angka pernikahan di Indonesia menyusut seebanyak 2 juta.
Data penurunan di atas terjadi karena beberapa faktor, diantaranya karena faktor ekonomi karena kondisi keuangan tidak stabil akibat inflasi, kesiapan mental, perkembangan teknologi dan khususnya faktor media sosial yang mengubah cara pandang generasi muda terhadap pernikahan.

Dampak Penurunan Angka Perkawinan

Penurunan angka pernikahan yang signifikan mengarah pada pertanyaan penting: apakah free sex menjadi pelarian bagi generasi muda? Fenomena ini menunjukkan bahwa ketakutan akan pernikahan mendorong beberapa orang untuk mencari alternatif yang lebih 'bebas'.
Dikutip dari CNN, berdasarkan data Komnas Perempuan, dispensasi perkawinan anak meningkat 7 kali lipat sejak 2016. Total permohonan dispensasi pada 2021 mencapai 59.709. Hal itu itu menyusul karena mayoritas anak menikah dini karena hamil di luar nikah.
ADVERTISEMENT
Penurunan angka pernikahan dan meningkatnya kasus hamil di luar nikah saling berkaitan. Kedua fenomena ini menunjukkan adanya perubahan dalam pandangan masyarakat terhadap hubungan.

Risiko Pacaran: Apakah Lebih Menakutkan?

Sering kali kita menyebut pernikahan itu menakutkan. Namun, apakah kita pernah mempertimbangkan bahwa pacaran juga menyimpan risiko besar? Misalnya, kehamilan di luar nikah yang terjadi tanpa adanya komitmen dari pasangan.
Hal yang disakralkan oleh agama dan negara saja bisa dikhianati oleh manusia, apalagi hanya ucapan manis berkedok romantis.

Pentingnya Edukasi Pranikah

Sebenarnya bukan pernikahan yang menakutkan, tapi tidak adanya edukasi pranikah untuk generasi muda, sehingga para pemuda selalu disibukkan oleh bayang-banyang pasangan, dibuat tergila-gila sehingga terlontar dalam bibir "Dia itu beda". Sebelum memasuki pernikahan, ada beberapa hal penting yang perlu disiapkan:
ADVERTISEMENT
• Komitmen dan tanggung jawab
• Kesiapan mental dan emosional
• Kesiapan finansial
• Pengenalan karakter pasangan
Pentingnya edukasi pranikah untuk generasi muda, seperti kita saat mendaki gunung, mendaki gunung sangatlah menakutkan jika tida memiliki perlengkapan dan kesiapan yang maksimal.
Tetapi sebaliknya, semua akan terasa indah dan menyenangkan meski perjalanan berliku karena semua perlengkapan dan fisik untuk mendaki gunung sudah dipersiapkan jauh hari.
Pernikahan memang begitu adanya, kita yang menentukan pernikahan akan menjadi menyenangkan atau menakutkan. Dalam pandangan agama pun rasulullah saw. Bersabda:
"Apabila seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya". 
Ingat!!! Dengan pernikahan kita telah menyempurnakan separuh agama, dalam artian tidak ada ibadah yang nikmat namun dibalik ibadah pasti ada kenikmatan.
ADVERTISEMENT
Meskipun pernikahan dianggap menakutkan, pacaran juga memiliki risiko yang tidak kalah besar. Misalnya, banyak pasangan yang menghadapi situasi tidak diinginkan seperti kehamilan di luar nikah.
Kesimpulannya, mengelola informasi dengan bijak sangatlah penting. Kita tidak dapat mengkambinghitamkan pernikahan, yang sejatinya mengandung nilai ibadah, hanya karena ketakutan yang kita rasakan.
Percuma cintanya setinggi angkasa, sedalam samudera, seluas antariksa. Jika pada akhirnya tidak diakui oleh negara dan agama, semua tidak ada artinya.
Semoga bermanfaat.