Konten dari Pengguna

Review Novel "Sitti Nurbaya" Karya Marah Rusli

PUTRI ADILAH PRAUTAMI UINJKT
Saya Putri Adilah Prautami Mahasiswa semester 2 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5 Mei 2023 21:16 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari PUTRI ADILAH PRAUTAMI UINJKT tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
source: google
zoom-in-whitePerbesar
source: google
ADVERTISEMENT
Novel Sitti Nurbaya karya Marah Rusli, adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perjuangan seorang wanita Minangkabau dalam menjalani hidupnya di awal abad ke-20. Novel ini diterbitkan pertama kali pada tahun 1922 dan hingga kini masih menjadi salah satu karya sastra terpenting di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sitti Nurbaya, tokoh utama dalam novel ini, adalah seorang wanita muda dari keluarga bangsawan Minangkabau. Dia jatuh cinta dengan Samsulbahri, seorang pemuda yang berjuang untuk membebaskan rakyat dari penjajahan Belanda. Namun, hubungan mereka terhalang oleh perbedaan kasta dan adat yang menjadi pedoman hidup masyarakat Minangkabau pada waktu itu.
Dalam cerita ini ada Datuk Maringgih, seorang tokoh yang disegani di kampung mereka. Ia memendam rasa iri terhadap kesuksesan ayah Sitti dan, dengan niat jahat, menyebabkan bisnis Baginda Sulaiman gagal, membuatnya bangkrut dan berhutang kepada Datuk Maringgih.
Agar hutang Baginda Sulaiman dihapuskan dengan imbalan Sitti Nurbaya dinikahi, Datuk Maringgih mengajukan tawaran tersebut. Baginda Sulaiman menerima kesepakatan tersebut karena terpaksa, dan Sitti Nurbaya dipaksa menikah dengan Datuk Maringgih.
ADVERTISEMENT
Sitti Nurbaya memberitahukan pernikahannya kepada Samsulbahri melalui surat. Dia merasa patah hati, dan kasih sayangnya terhadap Sitti semakin memudar. Musibah yang menimpa keluarga Sitti juga membuat hatinya hancur.
Kemudian, Baginda Sulaiman jatuh sakit, dan Samsulbahri kembali ke Padang untuk menemui keluarganya. Datuk Maringgih muncul Ketika Samsulbahri dan Sitti Nurbaya duduk dibawah pohon dan mencoba menyerangnya saat mereka bertemu. Sitti Nurbaya berteriak ketakutan karena Datuk Maringgih berusaha menganiaya Sitti Nurbayaa, tidak terima sitti nurbaya dianiaya Samsulbahri turun tangan dan memukul Datuk Maringgih. Baginda Sulaiman, yang sedang sakit kritis, terjatuh ke lantai akibat keributan tersebut dan meninggal.
Sitti Nurbaya Kembali ke kampungnya dan tinggal bersama bibinya, sedangkan Samsulbahri Kembali ke Jakarta dengan hati yang penuh dendam kepada Datuk Maringgih. Sitti Nurbaya akhirnya menyusul Samsulbahri ke Jakarta di dalam perjalanan ada yang mendorong Sitti Nurbaya agar jatuh ke laut untungnya ia selamat karena ada seseorang yang menarik bajunya hingga ia tidak jatuh ke laut.
ADVERTISEMENT
Saat tiba di Jakarta, Sitti Nurbaya ditangkap polisi karena difitnah mengambil harta dari Datuk Maringgih. Samsulbahri mencoba menolong Sitti Nurbaya agar mengadili di Jakarta tapi karena permintaan Datuk Maringgih akhirnya pengadilan dilakukan di Padang, karena tidak dinyatakan bersalah Sitti Nurbaya akhirnya dibebaskan.
Datuk Maringgih pantang menyerah akhirnya ia menyuruh seseorang untuk meracuni Sitti Nurbaya dan pada akhirnya meninggal, mendengar kabar tersebut ibu Samsulbahri sedih dan meninggal. Samsulbahri yang depresi ingin bunuh diri tapi akhirnya berhasil diselamatkan.
Samsulbahri akhirnya naik pangkat menjadi seorang Letnan, dikirim oleh Belanda ke Padang untuk mengatasi pengacau termasuk Datuk Maringgih. Mereka berduel dan saling melukai, tapi Datuk Maringgih meninggal dunia dan Samsulbahri dirawat di rumah sakit sebelum akhirnya meninggal. Sebelum meninggal, ia meminta maaf pada ayahnya atas kesalahannya dan meminta untuk dikuburkan di Gunung Padang dekat Sitti Nurbaya, kekasihnya. Ayahnya menyetujuinya dan ikut meninggal dunia keesokan harinya.
ADVERTISEMENT
Dalam novel ini, Marah Rusli menghadirkan gambaran kehidupan masyarakat Minangkabau pada masa itu dengan sangat jelas. Ia menceritakan tradisi adat yang masih dipegang teguh oleh masyarakat, seperti adat istiadat perkawinan, perceraian, dan pemilihan pemimpin adat. Selain itu, Marah Rusli juga menghadirkan tokoh-tokoh yang kuat dan berani, seperti Sitti Nurbaya dan Samsulbahri, yang memberikan contoh perjuangan dan keberanian dalam menghadapi ketidakadilan dan penindasan.
Kesimpulannya, novel Sitti Nurbaya karya Marah Rusli adalah sebuah karya sastra yang sangat penting dan patut dibaca oleh semua orang, terutama oleh mereka yang ingin memahami kehidupan masyarakat Indonesia pada masa lampau. Melalui novel ini, pembaca dapat belajar tentang tradisi dan adat-istiadat masyarakat Minangkabau, serta mengapresiasi perjuangan para pemuda dan kaum perempuan Indonesia untuk memperjuangkan kemerdekaan dan keadilan.
ADVERTISEMENT
Putri Adilah Prautami, mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Jakarta.