Konten dari Pengguna

Aqidah Dasar Pembinaan Akhlak Muslim

PUTRI ANI
Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, jurusan Jurnalistik.
18 November 2022 17:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari PUTRI ANI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi belajar memahami aqidah (sumber: https://images.pexels.com/photos/2344997/pexels-photo-2344997.jpeg?cs=srgb&dl=pexels-fuzail-ahmad-2344997.jpg&fm=jpg)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi belajar memahami aqidah (sumber: https://images.pexels.com/photos/2344997/pexels-photo-2344997.jpeg?cs=srgb&dl=pexels-fuzail-ahmad-2344997.jpg&fm=jpg)
ADVERTISEMENT
Aqidah dalam bentuk masdar adalah aqada ya'qidu aqdan 'aqidatan yang berarti kesimpulan, ikatan, sangkutan, perjanjian dan kokoh. Pengertian aqidah menurut bahasa sebuah ikatan, keyakinan yang kokoh. Teguh tanpa ragu terhadap perkara yang dapat diterima kebenarannya berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. Sedangkan menurut istilah aqidah adalah keyakinan yang kuat. Tidak ada keraguan baik dalam hak maupun batil.
ADVERTISEMENT
Aqidah adalah penyanggah kepribadian muslim. Manusia lahir dalam keadaan yang suci dan manusia dapat memilih jalan hidupnya. Baik itu jalan yang buruk (akhlak yang buruk) ataupun jalan yang baik (akhlak yang baik). Maka dari itu harus ditanamkan aqidah yang kuat sejak lahir. Mengajarkan iman serta ketakwaan untuk membentuk kepribadian yang berakhlak mulia.
Selanjutnya, apa hubungan aqidah dengan akhlak? Hubungan aqidah dan akhlak dalam Islam ialah bagaikan pohon yang terdapat akar batang dan daun yang saling melengkapi. Bila satu rusak atau hilang, maka akan terjadi kehancuran untuk pohon itu. Artinya aqidah menjadi fondasi yang menentukan akhlak seorang muslim. Aqidah memandu akhlak, akhlak dipandu aqidah.
Kita bisa melihat kuat, lemahnya aqidah seseorang dari empat fase. Pertama tingkat ragu (taqlid), seseorang yang beraqidah hanya karena ikut-ikut, tidak punya pendirian sendiri, hanya percaya atas dasar pernyataan dan keyakinan orang lain.
ADVERTISEMENT
Kedua tingkat yakin, orang yang beraqidah mampu menunjukkan bukti, alasan atau dalilnya. Tetapi belum mampu menemukan hubungan kuat dan mendalam antara objek (madlul) dengan data atau bukti (dalil) yang didapat. Artinya aqidah orang tersebut masih mudah dikecoh.
Selanjutnya tingkat 'ain al-yaqin, orang yang berakidah atau meyakini sesuatu secara rasional, ilmiah, dan mendalam. Orang tersebut mampu membuktikan hubungan antara objek (madlul) dengan data atau bukti (dalil). Namun belum bisa merumuskan melalui pengalaman.
Keempat tingkat haqq al-yaqin, orang yang beraqidah dan meyakini sesuatu di samping mampu membuktikan hubungan antara objek (madlul) dengan bukti atau data (dalil) secara rasional, ilmiah dan mendalam. Seseorang tersebut juga mampu merumuskan dan merasakannya melalui pengalaman. Orang tersebut sudah mendalami ajaran agama atau keyakinan yang didasarkan kepada pengetahuan dan penglihatan rohani.
ADVERTISEMENT
Penulis : Putri Ani, mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, jurusan Jurnalistik; Prof. Asep Usman Ismail, Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.