1 Ramadhan 1446 HSabtu, 01 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Suara Patah Hati Dugaan Korupsi Minyak Pertamina

PUTRI ARTAMA
PUTRI ARTAMA MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS
1 Maret 2025 15:56 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari PUTRI ARTAMA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi PT Pertamina (sumber: https://pixabay.com)
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi PT Pertamina (sumber: https://pixabay.com)
ADVERTISEMENT
PT Pertamina merupakan perusahaan milik negara Indonesia yang bergerak di sektor energi khususnya di sektor minyak dan gas bumi. Perusahaan ini mengelola infrastruktur energi penting di Indonesia seperti kilang minyak, terminal dan jaringan distribusi bahan bakar.
ADVERTISEMENT
Sebagai perusahaan yang dipimpin langsung oleh seorang Direktur Utama yang bertanggung jawab langsung kepada menteri BUMN (Badan Usaha Milik Negara), PT Pertamina memiliki peran penting dalam mendukung ketahanan energi nasional dan menyediakan pasokan energi yang dibutuhkan untuk kepentingan masyarakat dan perekonomian Indonesia.
Namun, Indonesia akhir-akhir ini dikagetkan dengan berita korupsi yang dilakukan oleh PT Pertamina. Di mana nominal korupsi tersebut tidak sedikit. Masyarakat menyoroti adanya dugaan pengoplosan bahan bakar minyak pertalite menjadi pertamax. Patah hati masyarakat bermunculan dan ingin perbaikan. Kasus korupsi ini menuai banyak kekecewaan masyarakat Indonesia akan transparansi PT Pertamina. Ditambah dengan nomonal korupsi yang tidak sedikit, semakin menggores kepercayaan publik terhadap sistem pemerintahan ini.
Korupsi Minyak Pertamina
ADVERTISEMENT
Kasus korupsi yang melibatkan PT Pertamina ini sangat menuai perhatian masyarakat Indonesia. Berdasarkan data dari kompas.com Rabu (27/2/2025) total kerugian negara akibat korupsi PT Pertamina diperkirakan hampir 1 kuadriliun. Serta menurut data dari tempo.com Jumat (28/2/2025) modus korupsi PT Pertamina adalah pengoplosan bahan bakar minyak jenis pertalite menjadi pertamax. Jadi berdasarkan data tersebut, telah terjadi korupsi yang dilakukan oleh PT Pertamina dengan mengoplos pertalite menjadi pertamax dengan total korupsi mencapai 1 kuadriliun.
Kasus ini menambah panjang daftar ironi di tengah harapan masyarakat akan tata kelola pemerintahan yang bersih dan transparan. Sebagai perusahaan milik negara yang seharusnya menjadi kekuatan utama bagaikan tulang punggung dalam menjaga ketahanan energi nasional, PT Pertamina malah terlibat dalam praktik korupsi yang sangat merugikan negara dan masyarakat. Ironisnya, ini bukanlah pertama kali kasus yang sama terungkap di tengah-tengah masyarakat, seolah-olah korupsi telah menjadi budaya yang meresap dalam sistem pengelolaan sumber daya di negara ini.
ADVERTISEMENT
Penulis memandang bahwa korupsi yang terjadi di PT Pertamina mencerminkan krisis moral dan etika yang parah di kalangan pimpinan bangsa. Di tengah kesulitan dan kemiskinan yang belum teratasi, kasus ini justru menunjukkan betapa lemahnya moral pemimpin dalam mengelola sumber daya yang ada guna kepentingan bangsa. Kasus ini juga menunjukkan betapa lemahnya sistem pengawasan dan akuntabilitas di institusi negara. Korupsi bukan hanya melanggar hukum, tetapi juga pengkhianatan terhadap kepercayaan rakyat.
Betapa mirisnya hati masyarakat melihat kasus korupsi yang dilakukan oleh PT Pertamina ini. Perusahaan yang seharusnya memainkan peran penting dalam mengelola energi nasional dan fokus pada pelayanan publik dan kesejahteraan bersama, justru merusak citranya sendiri dengan melakukan korupsi dengan nominal yang tidak sedikit.
ADVERTISEMENT
Integritas Pemimpin Bangsa
Ilustrasi minyak Pertamina (sumber: https://pixabay.com)
PT Pertamina memegang peran penting dalam distribusi dan pengelolaan energi nasional, yang seharusnya mengutamakan pelayanan publik dan kesejahteraan bersama. Namun ketika PT ini melakukan korupsi, secara tidak langsung telah merusak integritas sendiri. Dampaknya dirasakan langsung oleh masyarakat melalui kualitas pertalite yang dioplos menjadi pertamax.
Kasus ini menunjukkan bahwa masalah integritas bukan hanya terkait dengan individu, tetapi juga dengan sistem yang gagal membangun mekanisme pengawasan yang efektif. Prinsip transparansi dan akuntabilitas yang seharusnya menjadi dasar dalam pengelolaan BUMN sering kali diabaikan demi kepentingan pribadi dan kelompok tertentu.
Hal yang perlu diketahui bahwa korupsi di PT Pertamina juga menggambarkan bagaimana politik masih mendominasi sistem pengelolaan perusahaan negara ini. Posisi-posisi strategis sering kali disalahgunakan sebagai sarana untuk memperkaya diri, bukannya sebagai tanggung jawab untuk memajukan kesejahteraan sosial. Dalam situasi seperti ini, reformasi birokrasi menjadi hal yang sangat mendesak dan tak dapat ditunda lagi.
ADVERTISEMENT
Penulis menekankan bahwa kasus ini menjadi tamparan keras pemerintah bagaimana upaya penanganan korupsi yang selama ini telah dilakukan. Lembaga negara yang seharusnya sebagai kepercayaan masyarakat dalam mengelola sumber daya yang ada, justru merusak integrasinya dengan melakukan tindakan korupsi. Sungguh kenyataan ini menunjukkan betapa hancurnya kepercayaan masyarakat. Hal ini dilatarbelakangi oleh fakta bahwa sumber daya alam yang seharusnya digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat justru hanya dinikmati oleh segelintir pemimpin bangsa.
Putri Artama, Mahasiswa Fakultas Hukum Unika Santo Thomas