Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.90.0
Konten dari Pengguna
Multitasking Merusak Fungsi Kognitif Otak
4 Januari 2021 15:26 WIB
Tulisan dari Putri Dwi Rahmadhani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di era modern saat ini, kualifikasi sumber daya manusia yang berkompeten sangat dibutuhkan dalam berbagai bidang. Misalnya saja sebuah perusahaan besar memerlukan karyawan dengan track record yang bagus, memiliki skill problem solving yang bagus, jiwa kepemimpinan yang matang, dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan agar saat para karyawan mengemban berbagai tugas, kemampuan mereka untuk menyelesaikan tugas tersebut tidak diragukan lagi. Untuk menyiasati itu berbagai lembaga pendidikan berlomba menghasilkan lulusan yang unggul, berkompetensi, berkualitas dan siap untuk menempuh jenjang berikutnya.
ADVERTISEMENT
Tak jarang para siswanya diberikan sejumlah tugas dari berbagai mata pelajaran. Untuk mendapatkan waktu yang lebih efisien, para siswa biasanya melakukan multitasking agar semua tugas dapat selesai dalam satu waktu. Pikiran mereka sering teralihkan saat teringat ada tugas lain yang belum selesai. Hal ini sering terjadi sampai kita beranjak dewasa, seperti kebiasaan menyetir sambil menelpon, membaca buku sambil mendengarkan musik, membalas email sambil mengikuti rapat. Aktivitas-aktivitas yang secara terpaksa harus dilakukan dalam satu waktu, mendorong kita cenderung untuk menaruh seluruh focus kita pada tugas atau task yang harus diselesaikan demi efisien waktu.
Pada dasarnya otak manusia tidak bisa fokus pada dua hal atau lebih dalam satu waktu. Sehingga ketika dihadapkan untuk mengerjakan dua hal bersamaan maka focus otak terbagi dan tidak akan selesai dengan baik. Menurut hasil penelitian Robert Rogers dan Stephen Monsell, bahwa kita membutuhkan banyak waktu ketika berganti-ganti tugas daripada saat kita fokus menyelesaikan satu tugas terlebih dahulu. Hal ini terjadi karena otak mengalami proses inhibisi dimana otak diinterupsi dengan informasi lain yang datang sepersekian detik sehingga focus menjadi terpecah dan membuat seseorang menunda menyelesaikan sesuatu. Seorang ahli ilmu komputer dari University of California, Gloria Mark, mengatakan bahwa dibutuhkan waktu rata-rata 25 menit untuk mengembalikan perhatian setelah diinterupsi, bahkan beberapa orang tidak dapat mengembalikan perhatian mereka kepada pekerjaannya seperti sedia kala.
Salah satu fungsi otak yang bekerja saat seseorang melakukan multitasking adalah fungsi kognitif. Fungsi kognitif adalah proses mental terkait memori, fokus perhatian, kemampuan berbahasa, kemampuan mengenali dan membedakan, serta kemampuan memecahkan masalah. Bagian otak yang bertanggung jawab terhadap peran kognitif ini adalah prefrontal korteks. Menurut Grady, Springer, Hongwanishkul, McIntosh, dan Winocur (2006) terjadi ketidakseimbangan di dua wilayah otak lobus frontal saat multitasking. Pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi membangkitkan aktivitas tinggi di korteks prefrontal dorsolateral, sedangkan tugas tidak terkait dengan pekerjaan utama (seperti memantau lingkungan sekitar) membangkitkan aktivitas tingkat rendah di daerah medial frontal dan parietal otak. Adanya ketisakseimbangan ini membuat otak sulit menghambat inhibisi atau informasi yang mengganggu. Hal ini memberikan efek buruk terhadap kendali atensi mengingat dua proses kendali eksekutif otak saat dihadapkan pada beberapa pekerjaan, yakni tahap goal shifting dan tahap role activation. Tahap goal shifting adalah tahap ketika orang memutuskan untuk melakukan pekerjaan mana yang ingin diselesaikan. Kemudian tahap kedua role activation, yakni proses mental saat hendak melakukan pekerjaan yang telah diputuskan di tahap pertama. Kedua proses ini juga akan membuat otak bekerja sangat keras ketika dipaksa untuk me-reset dirinya setiap kali switching pekerjaan. Akibatnya proses kontrol otak menjadi terganggu dan performa kerja juga menurun.
ADVERTISEMENT
Kasus lain dijelaskan oleh karya Smith (2009) yakni pecahnya perhatian saat melakukan multitasking yang berakibat meningkatnya kebutuhan working memory. Hal tersebut disebabkan oleh waktu respons akan melambat saat muncul kebutuhan untuk melakukan tugas prospektif yang berhubungan negatif dengan kapasitas working memory pada individu. Working memory sendiri adalah tempat penyimpanan informasi sementara untuk menyelesaikan tugas tertentu yang manakala aktif apabila ada beberapa informasi yang harus diolah secara bersamaan.
Penjelasan-penjelasan di atas terkait bagaimana otak sebagai pusat kontrol manusia bereaksi saat dihadapkan oleh beberapa pekerjaan. Dengan mengerjakanan banyak pekerjaan sekaligus akan berpotensi mengganggu kemampuan kognitif dan kinerja otak. Beberapa gangguan kognitif yang dapat terjadi ialah kesulitan mempelajari hal baru, kesulitan mengingat fakta, informasi dan detail, keterampilan sosial yang buruk. Dapat disimpulkan bahwa multitasking dapat membawa dampak buruk bagi otak khususnya prefrontal korteks dengan fungsi kognitifnya.
ADVERTISEMENT
Mengingat adanya hubungan erat antara inhibisi, prospective memory dan working memory, ada kemungkinan bahwa pengembangan kemampuan multitasking tergantung pada proses kontrol inhibisi (Mulyani, 2015). Oleh karena itu perlunya melatih kontrol inhibisi agar dapat meningkatkan fokus serta menghindari dampak buruk dari multitasking. Cara yang bisa dilakukan untuk melatih fokus, sebagai berikut;
• Penerapan teknik Podomoro, yakni teknik manajemen waktu yang membagi waktu menjadi interval selama 25 menit. Setelah 25 menit berakhir, lalu diselingi interval 5 menit untuk istirahat. Teknik Podomoro efektif untuk menghindari distraksi karena tujuan utama dari teknik ini sebenarnya membiasakan otak untuk tetap fokus mengerjakan satu hal.
• Menjadwalkan setiap aktivitas, dengan menjadwalkan apa yang harus dilakukan esok hari agar aktivitas tertata dan tetap sesuai tujuan. Dengan begitu, tidak ada waktu yang terbuang sia-sia. Secara otomatis mindset yang semula “Apa yang bisa dikerjakan” berubah menjadi “Apa yang harus dikerjakan”.
ADVERTISEMENT
• Melakukan meditasi minimal 15 menit setiap hari dapat meningkatkan performa kerja hingga 23%. Meditasi dilakukan dengan duduk tenang sambil mengatur pernafasan perlahan-lahan selama 15-20 menit. Praktik ini tidak memerlukan alat dan biaya apapun dapat dilakukan oleh siapa pun, kapan pun dan dimanapun.