Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Kesiapan dan Kematangan Proses Belajar: Teori Behavioristik dan Humanistik
12 Oktober 2024 17:00 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Putri Intan Wahyuni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ketika berbicara tentang pendidikan, dua istilah yang sering muncul adalah kesiapan belajar dan kematangan. Keduanya menjadi kunci dalam memahami bagaimana proses belajar dapat berlangsung secara efektif. Mari menggali lebih dalam tentang dua pendekatan yang sangat berpengaruh dalam pendidikan dengan pendekatan psikologi, yaitu teori behavioristik dan humanistik.
ADVERTISEMENT
Kematangan dan Kesiapan Belajar
Apa Itu Kematangan?
Kematangan berkaitan dengan perkembangan fisik, emosional, dan sosial seseorang. Ini berarti bahwa siswa tidak hanya perlu siap secara intelektual, tetapi juga secara emosional untuk menerima dan mengolah informasi baru.
Bagaimana Keterkaitan antara Kematangan dan Kesiapan Belajar?
Kesiapan belajar muncul ketika siswa telah mencapai tingkat kematangan tertentu. Siswa yang matang cenderung lebih mampu mengelola emosi dan memahami konsep-konsep kompleks. Lingkungan yang mendukung dapat membantu mempercepat proses kematangan. Misalnya, dukungan dari guru, orang tua, dan teman sebaya sangat berpengaruh
A. Teori Belajar Behavioristik
1. Prinsip Dasar Teori Behavioristik
Behaviorisme adalah aliran psikologi yang menekankan pada pengamatan dan pengukuran perilaku yang dapat diamati. Tujuan utama dari behaviorisme adalah untuk memahami dan memprediksi perilaku manusia melalui stimulus dan respons. Dalam konteks pendidikan, behaviorisme berfokus pada bagaimana lingkungan dan pengalaman belajar dapat membentuk perilaku siswa.
ADVERTISEMENT
2. Teori Conditioning
Ketika kita belajar sesuatu, yang terpenting adalah bagaimana perubahan perilaku kita. Di sinilah pengkondisian berperan penting. Dua pengkondisian tersebut yaitu Pengkondisian Klasik (Pavlov), adalah proses di mana individu belajar mengaitkan stimulus netral dengan stimulus yang menghasilkan respons. Lalu, Pengkondisian Operan (Skinner), di sini, perilaku diperkuat. Jika perilaku diikuti oleh hasil positif (penguatan), perilaku tersebut akan lebih mungkin terulang.
Dua tokoh terkenal dalam teori ini adalah Ivan Pavlov dan B.F. Skinner. Pavlov dikenal dengan eksperimen pengkondisian klasiknya, yang menunjukkan bagaimana respon dapat dipicu oleh stimulus tertentu. Sementara Skinner memperkenalkan pengkondisian operan, yang menekankan pada penguatan positif dan negatif dalam membentuk perilaku.
3. Teori Connectionism
Edward Thorndike merupakan pelopor teori connectionism, trial and error. Proses belajar melalui proses trial and error (mencoba-coba dan mengalami kegagalan) dan law effect adalah segala tingkah laku yang berakibatkan suatu keadaan yang memuaskan, akan diingat dan dipelajari dengan sebaik-baiknya.
ADVERTISEMENT
Thorndike berpendapat bahwa pembelajaran terjadi melalui stimulus dan respon. Dalam pendidikan, jika siswa mendapatkan penguatan positif atas perilaku tertentu, mereka cenderung akan mengulangi perilaku tersebut.
4. Teori Systematic
Teori sistematik yang dikembangkan oleh Clark C. Hull menawarkan pendekatan belajar yang erat kaitannya dengan prinsip-prinsip behavioristik. Hull berpendapat bahwa keberadaan kebutuhan dalam diri individu yang belajar sangat penting. Hull mengidentifikasi dua elemen kunci dalam teorinya, yaitu motivasi (motivation) dan reduksi dorongan (drive stimulus reduction). Motivasi berfungsi sebagai pendorong bagi individu untuk belajar, sementara reduksi dorongan menggambarkan bagaimana kebutuhan yang terpenuhi dapat mengurangi ketidaknyamanan dan mendorong perilaku belajar.
B. Teori Belajar Humanistik
1. Prinsip Dasar Psikologi Humanistik
Teori humanistik menekankan pada potensi manusia dan pentingnya pengalaman pribadi. Pendekatan ini berfokus pada aspek psikologis yang mendukung pembelajaran, seperti motivasi, rasa percaya diri, dan kebutuhan individu.
ADVERTISEMENT
2. Teori Need (Maslow)
Abraham Maslow mengemukakan teori kebutuhan yang membagi kebutuhan manusia menjadi beberapa tingkatan, mulai dari kebutuhan fisiologis hingga kebutuhan aktualisasi diri. Dalam konteks pendidikan, pemenuhan kebutuhan dasar siswa harus menjadi prioritas agar mereka siap untuk belajar.
Menurut Maslow, sebelum individu dapat mencapai potensi penuhnya (aktualisasi diri), mereka harus memenuhi kebutuhan dasar mereka, seperti makanan, keamanan, kasih sayang, dan harga diri.
3. Teori Berpusat pada Subjek
Carl Rogers mengembangkan pendekatan yang dikenal sebagai “Person-Centered Therapy”. Rogers percaya bahwa siswa dapat belajar lebih baik jika mereka merasa diterima dan dihargai. Dia menekankan pentingnya hubungan yang positif antara guru dan siswa.
Carl Rogers menekankan pentingnya hubungan yang positif antara guru dan siswa. Pendekatan ini mendorong guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung, di mana siswa merasa dihargai dan diterima. Ini akan mendorong siswa untuk lebih terbuka dalam proses belajar.
ADVERTISEMENT
| Psikologi Pendidikan, 23 Seprember 2024 |