Konten dari Pengguna

Sajak dan Spiritualitas: Apa yang Tersembunyi di Balik Kata-kata Sapardi?

Putri Intan Wahyuni
Mahasiswi, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
6 Oktober 2024 16:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Putri Intan Wahyuni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Analisis Semiotika Riffaterre dalam Sajak "Tiga Lembar Kartu Pos" Karya Sapardi Djoko Damono

ADVERTISEMENT
Sajak "Tiga Lembar Kartu Pos" yang ditulis oleh Sapardi Djoko Damono dalam bukunya Hujan Bulan Juni mengajak kita untuk memahami hubungan manusia dengan Tuhan dari perspektif yang mendalam. Dengan pendekatan semiotika Riffaterre, kita bisa mengurai beberapa makna yang tersembunyi dalam sajak ini, khususnya melalui tiga aspek: Pergantian Arti, Penyimpangan Arti, dan Penciptaan Arti.
ADVERTISEMENT

Pergantian Arti (Displacing of Meaning)

Dalam sajak, ada ungkapan "soalnya kau tak pernah tegas menjelaskan keadaanmu." Kalimat ini mencerminkan betapa bingungnya penulis dalam memahami hubungan dengan Tuhan. Ada harapan untuk mendapatkan penjelasan yang jelas, tetapi semuanya terasa samar. Ini menciptakan jarak emosional yang bikin penulis merasa kesepian. Dalam konteks ini, ketidakjelasan ini bukan hanya soal komunikasi, tapi juga tentang kerinduan yang mendalam untuk bisa berhubungan lebih dekat dengan Yang Maha Kuasa. Menurut teori ini, termasuk ke dalam perumpamaan epos, dalam perumpamaan epos, keterkaitan antarbagian sangat kuat. Makna dari sajak tentang ketidakjelasan berlanjut dan dikembangkan di bagian-bagian selanjutnya dari sajak.

Penyimpangan Arti (Distorting of Meaning)

Salah satu bagian yang cukup mengejutkan adalah saat penulis menyebutkan, "alamat-Mu kudapati di tong sampah." Ini sangat kuat dan memberi kesan pahit. Di sini, penulis menggambarkan betapa seringnya hubungan dengan Tuhan diabaikan, seakan-akan komunikasi yang seharusnya berarti justru terbuang. Dengan menempatkan "alamat" di "tong sampah," kita bisa melihat bagaimana kita seringkali melupakan Tuhan dalam kesibukan sehari-hari. Ini menjadi pengingat bagi kita untuk tidak meremehkan hubungan spiritual yang seharusnya penting dalam hidup.
ADVERTISEMENT

Penciptaan Arti (Creating of Meaning)

Kalimat "kunfayakun-Ku sia-sia belaka" sebenarnya mencerminkan kekecewaan Tuhan terhadap hambanya. Kun fayakun berasal dari ayat Alquran, bahasa Arab, yang berarti "Jadilah, maka terjadilah," sebuah ungkapan dalam Alquran yang menegaskan kekuasaan Tuhan dalam menciptakan segala sesuatu hanya dengan kehendak-Nya. Namun, dalam konteks sajak ini, Sapardi menggunakannya untuk menggambarkan bagaimana Tuhan merasa kecewa karena hamba-Nya tidak menghargai atau bahkan mengabaikan kekuasaan-Nya.
Ungkapan ini tidak hanya mencerminkan kekecewaan Tuhan, tetapi juga menjadi renungan bagi kita sebagai manusia. Sapardi seakan mengajak pembaca untuk menyadari pentingnya menghargai kekuasaan dan kehendak Tuhan, serta tidak meremehkan hal-hal yang telah ditetapkan-Nya.

DAFTAR PUSTAKA

Damono, Sapardi Djoko. “Tiga Lembar Kartu Pos.” Puisi Pilihan. Jakarta: Pustaka Jaya, 1992.
________________________. Antologi Puisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.
ADVERTISEMENT
Kartika, Dian. “Makna dan Simbolisme dalam Sajak ‘Tiga Lembar Kartu Pos’.” Jurnal Kajian Sastra, vol. 8, no. 1, 2019, hal. 30-42.
Putro, Eko Kodrat, dan Andayani. (2019). Strategi Ampuh Memahami Makna Puisi Teori Semiotika Michael Riffaterre dan Penerapannya. Cirebon: EDUVISION.
Suroto, Budi. “Interpretasi Sastra: Analisis Sajak ‘Tiga Lembar Kartu Pos’ karya Sapardi Djoko Damono.” Jurnal Sastra Modern, vol. 15, no. 2, 2020, hal. 45-60.