Cerminan Tokoh Ramayana Pada Novel Karya Sunardi DM Tinjauan Psikologi Sastra

Putri Rahayu Lestari
Pecinta Budaya, Mahasiswi Sastra Indonesia Universitas Pamulang
Konten dari Pengguna
24 Mei 2022 18:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Putri Rahayu Lestari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Koleksi pribadi: Ilustrasi wayang Rama, Dewi Sinta dan Laksmana di Museum Wayang
zoom-in-whitePerbesar
Koleksi pribadi: Ilustrasi wayang Rama, Dewi Sinta dan Laksmana di Museum Wayang
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hello Sastraners!
Siapa yang tidak kenal dengan tokoh yang satu ini. Tokoh ini sangat terkenal di dunia perwayangan dan merupakan cerita yang sangat digemari oleh banyak orang ialah Ramayana. Ramayana adalah anak dari Prabu Dasarata dari Negeri Ayodya yang sangat dikagumi rakyatnya. Ia juga merupakan suami dari Dewi Sinta yang cantik jelita hingga menarik perhatian Rahwana. Dalam karya sastra, kisah ini merupakan Mitologi yang ceritanya terkenal dari India. Kisah Ramayana selain dijadikan karya sastra berbentuk prosa, ia juga di aplikasikan melalui media wayang yang ada di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Buku novel yang berjudul Ramayana karya Sunardi DM ini menceritakan tentang perjalanan Sri Rama yang bertemu dengan Dewi Sinta sampai menjadi istrinya melalui sayembara. Lalu diculiknya Dewi Sinta oleh Rahwana sampai Rama dibantu oleh Anoman untuk memboyong Dewi Sinta dari Kerajaan Alengka. Nah, kali ini saya akan mencoba membahas kepribadian tokoh utama yakni Sri Rama melalui Psikologi Sastra dengan kajian Carl Gustav Jung. Psikologi Sastra ini merupakan salah satu metode penelitian sastra yang digunakan untuk mengkaji karya sastra mengenai kejiwaan, kepribadian atau hal-hal yang mengenai dengan gejala kejiwaan tokoh. Jika kita kaitkan dengan kepribadian tokoh Rama dalam novel tersebut maka kajian Carl Gustav Jung ini sangat tepat untuk kita terapkan loh!
ADVERTISEMENT
Kajian Carl Gustav Jung ini menekankan kepada kesadaran (Conscious), ketidaksadaran pribadi (Unconscious personal), ketidaksadaran kolektif (Unconscious collective) dan Arketipe. Berbeda dengan Sigmund Freud yang lebih menekankan pada Id, Ego dan Superego. Selain daripada ketiga aspek tadi, tokoh Ramayana juga memiliki arketipe hero pada kepribadiannya. Arketipe hero adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan ilmu magis atau hal-hal yang diluar nalar manusia biasanya dianugerahi oleh dewa-dewa. Berikut ini contoh dari ketiga aspek tersebut,
a. Kesadaran (Conscious) :
“Aku Ramabadra, juga Ramawijaya, putra Prabu Dasarata di Ayodya. Dewa telah menunjukku untuk menjaga ketentraman jagad ini. Mengapa orang-orangmu selalu mengganggu ketentraman orang-orang bersembahyang? ”
Pada kalimat tersebut, kesadaran yang diucapkan oleh tokoh utama yaitu dengan memperkenalkan nama dan asalnya serta menyebutkan bahwa ia adalah penjaga ketentraman jagad yang diutus oleh dewa kepada raksasa Marica dari Alengka.
ADVERTISEMENT
b. Ketidaksadaran pribadi (Unconscious personal)
Kata Rama kepada punggawa “ Kembalilah kalian ke istana. Aku sangat mencintai Kanjeng Rama. Aku akan melaksanakan semua perintahnya. Aku dapat melihat dunia, dapat mengerti apa yang disebut Utara, Timur, Selatan dan Barat itu adalah karena adanya Kanjeng Rama. Sampaikanlah kepada Kanjeng Rama bahwa aku senang hati akan memasuki hutan-hutan lebat.”
Kalimat ini menunjukkan bahwa tokoh utama mengalami hal yang melibatkan pengalaman. Pengalaman yang pernah dilalui ayahandanya maupun semasa ia belajar dengan para resi.
c. Ketidaksadaran kolektif (Unconscious collective)
"Setelah itu Rama menciptakan hujan rintik-rintik yang ditaburi dengan daun sandilata. Seketika itu juga seluruh prajurit kera yang tewas dalam peperangan di Alengka hidup."
ADVERTISEMENT
Arketipe hero muncul pada kepribadian tokoh utama dengan menciptakan hujan yang ditaburi daun sandilata dengan intensitas kedewaannya. Dengan arketipe tersebut para prajurit yang tewas seketika hidup kembali dengan kekuatannya tersebut. Sehingga tokoh utama berada pada tingkatan ketidaksadaran kolektif.
Itulah kepribadian tokoh Ramayana melalui kajian kepribadian Carl Gustav Jung dalam Psikologi Sastra. Tokoh tersebut memiliki ketiga aspek dan arketipe sesuai dengan kondisi dan situasi yang digambarkan oleh sang penulis.
Terima kasih Sastraners!