Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Konten dari Pengguna
Ketidakpuasan Kolektif: ASN pada Demontrasi di Kemendikti Saintek
26 Februari 2025 11:09 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Putri Rimba tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Ratusan ASN melakukan aksi unjuk rasa di Kementerian Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada 20 Januari 2025. Peristiwa ini memberikan pengetahuan tentang cara kerja internal lembaga pemerintah dan dinamika hubungan antara pimpinan dan bawahannya. Ketidakpuasan mereka terhadap kebijakan dan sikap Menteri Satryo yang mendorong mereka melakukan aksi ini. Ketegangan di kalangan ASN terjadi akibat adanya pemberhentian sepihak Neni Herlina, yang dianggap sebagai tindakan tidak adil dan seenaknya.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya pristiwa ini menunjukkan bagaimana gerakan sosial dapat muncul dari ketidakpuasan bersama. Para ASN yang merasa tidak dihargai menyuarakan ketidaksetujuan mereka di depan Gedung Kemndikti Saintek.
Berdasarkan teori gerakan sosial yaitu teori ketidakpuasan, aksi unjuk rasa ini menggambarkan bagaimana ketidakpuasan suatu kelompok terhadap perlakuan yang tidak adil dapat menjadi peyebab terjadinya mobilisasi kolektif.
Menteri Satryo membantah suka marah-marah dan menampar bawahannya. Ia menjelaskan bahwa mutasi itu dilakukan karena pecahnya menjadi tiga menteri, sehingga perlu banyak orang untuk dibenahi, namun tetap menghemat anggaran.
Komunikasi antara atasan dan bawahan harus lebih terbuka dan jujur, sehingga tidak terjadi aksi yang sama dimasa depan. Demonstrasi ini dapat menjadi evaluasi untuk meningkatkan kinerja kementerian dan memperkuat kerjasama antara pegawai ASN dan pimpinan.
ADVERTISEMENT
Keadilan dan keskuasaan berperan lenting untuk seorang lemimpin. Masalah seperti ini dapat terjadi lagi jika para pemimpin menyalahgunakan kekuasaan mereka tanpa peduli dengan keadaan bawahan mereka. Dengan adanya aksi demontrasi ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan kinerja lembaga. Pada akhirnya aksi demontrasi ini berujung damai.
Aktor yang terlibat dalam aksi unjuk rasa ini adalah ratusan ASN sebagai pihak yang melakukan aksi unjuk rasa , Menteri Satryo sebagai pihak yang menjadi penyebab aksi unjuk rasa, dan media massa sebagai jembatan masyarakan mendapatkan informasi.
Framing juga terlihat dalam narasi yang dibangun oleh para ASN mengenai perlakuan tidak adil dari Menteri Satryo. Mereka menyoroti pemecatan sepihak Neni Herlina sebagai contoh nyata dari kebijakan yang dianggap otoriter. Dalam aksi mereka, ASN menekankan bahwa tindakan menteri tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku di instansi pemerintah, sehingga menciptakan citra menteri sebagai sosok yang tidak menghargai hak-hak pegawai.
ADVERTISEMENT
Media sosial berperan penting dalam mobilisasi sumber daya selama aksi demonstrasi ini. Platform seperti X, Tik-tok, dan Youtube digunakan untuk menyebarkan informasi tentang aksi protes, mengumpulkan dukungan, serta menyuarakan kritik terhadap Menteri Satryo. Media sosial juga berfungsi sebagai alat untuk membangun solidaritas di antara ASN dan masyarakat umum. Dengan menggunakan tagar seperti #lawan dan #menterizalim, para ASN berhasil menyatukan suara mereka dalam satu narasi kolektif yang menuntut perubahan. Hal ini menunjukkan bagaimana media sosial dapat menjadi platform efektif untuk mobilisasi sosial dan pengorganisasian massa.
Secara keseluruhan, meskipun masalah ini dapat diselesaikan secara damai, kejadian seperti ini menunjukkan seberapa pentingnya pemerintah dan pimpinan lembaga untuk mempertimbangkan kepentingan dan tujuan bersama. Kinerja kementerian atau lembaga harus memperlakukan pegawainya secara adil sesuai dengaj kebijakan yang sudah ada untuk mencapai lembaga kementerian yang lebib baik. Media massa juga berperan penting untuk media ruang publik.
ADVERTISEMENT