Konten dari Pengguna

Keawasan Masyarakat Internasional dalam Konflik Israel-Palestina

Putri Fajriani
Mahasiswa Paramadina Graduate School of Diplomacy
29 Oktober 2024 10:58 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Putri Fajriani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Credit: Paula Bronstein on FreeImage.
zoom-in-whitePerbesar
Credit: Paula Bronstein on FreeImage.
ADVERTISEMENT
Sudah setahun sejak terjadinya ekskalasi konflik antara Israel dan Palestina yang terjadi pada tanggal 7 Oktober 2023 lalu. Harakat al-Muqawama al-Islamiyya (Hamas) atau Gerakan Perlawanan Islam adalah gerakan pembebasan dan perlawanan nasional Islam Palestina yang bertujuan membebaskan Palestina dari okupasi oleh Zionis melalui Israel Defense Force (IDF). Hamas meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa yang menargetkan pangkalan-pangkalan militer IDF dan berupaya agar pemerintah Israel membebaskan ribuan penduduk Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel melalui kesepakatan pertukaran tahanan dengan meluncurkan serangan roket ke pangkalan militer IDF dan menerobos perbatasan Israel. Kejadian tersebut menjadi momentum bagi IDF untuk melakukan agresi kepada Palestina dengan alasan membela diri atau yang dikenal sebagai Operasi Pedang Besi. Bersama dengan itu, IDF membuat propaganda untuk memutarbalikkan fakta dengan narasi Hamas adalah organisasi teroris yang melakukan genosida terhadap pemukim Israel dan ingin menghapus Israel dari peta dunia. Hamas disebut anti-semit dan apa yang dilakukan Hamas merupakan bentuk terorisme. Anti-semitisme adalah sikap prasangka atau permusuhan terhadap orang Yahudi. Penduduk Palestina mengalami agresi IDF yang dilakukan dengan pembersihan etnis dan pengusiran penduduk Palestina, tidak terkecuali perempuan dan anak-anak. Selama agresi, IDF merampas makanan, air, obat-obatan, dan bahan bakar penduduk Palestina, serta merampas semua sarana penghidupan mereka. Pesawat-pesawat tempur IDF memborbardir seluruh infrastruktur dan bangunan publik termasuk sekolah, universitas, masjid, gereja, ambulans, dan rumah sakit di Palestina. IDF juga menyerang warga sipil, tenaga medis dan jurnalis tak terkecuali para sukarelawan PBB khususnya United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees (UNRWA) yang seharusnya terlindungi oleh Hukum Humaniter Internasional. Namun IDF tetap membuat propaganda bahwa Hamaslah ancaman bagi pemukim Israel, penduduk Palestina, dan seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Masyarakat internasional hidup ketika sekelompok negara, sadar akan kepentingan dan nilai bersama tertentuk membentuk masyarakat bersama dalam hubungannya satu sama lain, dan berbagi dalam menjalankan institusi bersama (Hedley Bull, 1995). Kaum solidaris menekankan akan pentingnya individu sebagai anggota terpenting masyarakat internasional. Hak asasi manusia di atas segalanya sehingga terdapat kewajiban untuk melakukan intervensi untuk mengurangi penderitaan manusia dalam suatu negara (Robert Jackson dan Georg Sorensen, 2013).
Masyarakat di seluruh dunia sudah menyadari propaganda yang dilakukan pemerintah negara-negara pendukung Israel dan media-media yang mendukung praktik narasi IDF dalam upaya mereka untuk membenarkan agresi IDF yaitu apa yang dilakukan IDF merupakan bentuk pertahanan diri Israel dari Hamas melalui keterbukaan informasi jurnalis Palestina dan netralitas media Timur Tengah seperti Al Jazeera dan Middle East Eye. Negara-negara adidaya seperti Inggris dan Amerika Serikat mengetahui bahwa akar penyebab konflik tersebut adalah masalah okupasi wilayah dan pengingkaran hak penduduk Palestina untuk hidup aman dan nyaman di tanah mereka sendiri. Negara-negara tersebut mengabaikan hak asasi manusia yang melekat pada penduduk Palestina walaupun masyarakat internasional yang berasal dari berbagai agama, etnis, dan latar belakang sudah menyuarakan penolakan terhadap kejahatan dan genosida yang dilakukan IDF dan menunjukkan dukungan terhadap hak-hak penduduk Palestina, perlawanan Palestina dalam menghadapi pemukim Israel yang tidak melanggar hukum dan norma internasional. Negara-negara yang pernah dijajah atau terjajah lebih mengerti penderitaan penduduk Palestina dan mengambil sikap serius terhadap kebijakan standar ganda yang dianut negara-negara adidaya tersebut dalam mendukung okupasi wilayah Palestina yang dilakukan oleh IDF. Masyarakat internasional di berbagai negara dan dari berbagai agama dan kepercayaan telah menggelar banyak gerakan-gerakan solidaritas terhadap penduduk Palestina serta mendukung dan menekankan nilai-nilai keadilan, kesetaraan, hak masyarakat untuk hidup bebas, merdeka, dan bermartabat termasuk Yahudi sendiri. Masyarakat internasional cenderung menentang upaya pemerintahnya yang mendukung atau ingin melakukan normalisasi hubungan dengan pemerintah Israel. Mereka secara konsisten juga melakukan boikot menyeluruh terhadap produk Israel dan perusahaan-perusahaan yang mendanai atau mensponsori kegiatan yang dilakukan oleh IDF, bahkan para publik figur yang terafiliasi dengan Zionis tidak luput dari cancel culture.
ADVERTISEMENT
Referensi
Bull, H. (1995). The Anarchical Society: A Study of Order in World Politics. London: Macmillan.
Jakson, Robert dan Georg Sorensen. (2013). Pengantar Studi Hubungan Internasional. (Amat Asnawi, Terjemahan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.