Konten dari Pengguna

Pandemiception: Demam E-Commerce saat Pandemi Covid-19

Putri Sasongko
Part-time Diplomat, Full-time Explorer
19 Mei 2022 23:02 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Putri Sasongko tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Penggunaan E-Commerce. Sumber foto: https://freepik.com/
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Penggunaan E-Commerce. Sumber foto: https://freepik.com/
Februari 2020: Kembali ke Tanah Air
Ekspektasi Kembali lagi ke Jakarta setelah 3 tahun lamanya tinggal di Belgia: bisa keliling pusat-pusat perbelanjaan, menyambangi restoran-restoran favorit dan mencoba kuliner baru di Jakarta, dan bisa ke kota-kota lain di Indonesia untuk liburan tentunya. Ya betul, salah satu aktivitas yang saya sangat rindukan adalah ke Mall, karena di Belgia sangat terbatas Mall besar seperti di Indonesia yang isinya bisa bermacam-macam dari A sampai Z, di mana kita bisa belanja berbagai kebutuhan. Jadi sudah tidak sabar untuk menyambangi Mall sambil cuci mata dan sedikit berbelanja.
ADVERTISEMENT
Maret 2020: Merebaknya Virus Covid-19
“Ada jejak pasien virus Corona di Kafe XYZ: Karyawan Dirumahkan”, begitulah tajuk salah satu berita di media online yang pernah saya baca.
Setelah selama beberapa bulan si Corona menyebar di sejumlah negara di dunia, akhirnya masuk juga ke Indonesia. Covid-19, begitu kita semua sekarang menyebutnya, membuat saya serta banyak orang lainnya harus mengubah cara hidup kami. Dari kehidupan normal yang biasa dijalani masyarakat Indonesia, menjadi “new normal”. Memakai masker, menjaga jarak, hingga pembatasan pergerakan di luar rumah. Sebagai langkah pencegahan, pemerintah menetapkan berbagai macam peraturan mulai dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) baik yang bersifat darurat maupun yang mikro, dengan pembagian level kedaruratan sesuai dengan kondisi saat itu.
ADVERTISEMENT
Ekspektasi saya untuk jalan-jalan menikmati Mal di Jakarta pun kandas juga. Peraturan Pemerintah berdampak juga pada pembatasan jam buka dan bahkan penutupan sejumlah tempat-tempat perbelanjaan untuk menekan tingkat penyebaran Covid-19 yang semakin meluas. Hal ini juga mempengaruhi berkurangnya akses untuk membeli kebutuhan yang penting bagi rumah tangga dan pribadi. Selain itu, faktor harus selalu menjaga diri karena takut terkena virus Covid-19 membuat saya juga memilih untuk diam di rumah saja.
Perkenalan dengan Aplikasi E-commerce
Sampai suatu hari saya mencoba mengunduh sejumlah aplikasi e-commerce di perangkat seluler saya, yang umum digunakan di Indonesia, seperti Tokopedia, Shopee dan Lazada. Di awal saya mencoba menggunakan aplikasi-aplikasi tersebut, saya langsung jatuh cinta. “Wow!” itu reaksi pertama saya. Dalam aplikasi-aplikasi tersebut banyak sekali barang yang dijual, mulai dari pakaian, kebutuhan rumah tangga harian, hingga obat-obatan dan vitamin.
ADVERTISEMENT
Selain pilihan yang beragam serta harga yang bersaing, sistem pengantaran barang yang disediakan juga sangat bisa diandalkan. Terkadang jika saya membutuhkan sesuatu yang mendesak, saya bisa langsung membeli melalui e-commerce dan hari itu juga barang tersebut sudah sampai di depan rumah saya. Sejak saat itulah saya lebih memilih untuk beralih pada penggunaan e-commerce untuk pemenuhan kebutuhan saya dan keluarga.
Pengunaan E-commerce di Indonesia
Hal ini tidak hanya terjadi pada saya, masyarakat di Indonesia juga mulai banyak yang beralih ke e-commerce. Dengan adanya pembatasan sosial yang juga mempengaruhi kegiatan ekonomi konvensional, merubah pola hidup masyarakat yang lebih memilih untuk bertransaksi melalui sistem digital. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), tercatat selama pandemi transaksi jual beli melalui e-commerce meningkat dua kali lipat dari 80 juta transaksi pada Agustus 2019, menjadi 140 juta transaksi hingga Agustus 2020. Disebutkan juga, mayoritas transaksi e-commerce didominasi pada produk makanan dan minuman, serta perlengkapan rumah tangga.
ADVERTISEMENT
Selain menjadi penyelamat masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan mereka, e-commerce juga menjadi penyelamat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada tahun 2021, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mencatat nilai ekonomi digital Indonesia sebesar USD 70 miliar, yang merupakan angka tertinggi di antara negara-negara ASEAN. Penyumbang utama adalah dari sektor e-commerce, dengan nilai USD 53 miliar, dan diperkirakan akan terus tumbuh tiap tahunnya. Oleh karenanya, saya percaya bahwa kedepannya aplikasi e-commerce ini juga akan terus berkembang, baik dari sisi teknologi maupun inovasi yang semakin memudahkan bagi konsumen maupun penjual.
Mei 2022: E-Commerce, Aku Padamu
Setelah dua tahun memakai aplikasi e-commerce, dapat saya sampaikan dari hati terdalam, bahwa saya menderita demam e-commerce yang tidak kunjung selesai. Bahkan, dapat dibilang bahwa saya sangat bergantung pada aplikasi-aplikasi e-commerce. Saking tergantungnya, barang-barang yang bisa saya beli di minimarket sekitar kompleks, seperti shampoo, teh kotak, Panadol, hingga keripik kentang, saya beli melalui e-commerce. Keuntungannya banyak, mulai dari harga yang bersaing, penawaran biaya kirim yang gratis dan juga mendapatkan poin yang bisa saya belanjakan kembali. Sungguh saya dimanjakan dengan kehadiran e-commerce, yang hanya one-click away.
ADVERTISEMENT
E-commerce, aku padamu.