Konten dari Pengguna

Work From Home: Dambaan Wanita Hamil yang Bekerja

Putri Sasongko
Part-time Diplomat, Full-time Explorer
21 Mei 2022 15:38 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Putri Sasongko tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Suasana kantor saat pemberlakuan WFO maksimal 25 persen. (Foto: Dokumentasi Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana kantor saat pemberlakuan WFO maksimal 25 persen. (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Suka atau tidak suka, semenjak pandemi Covid-19 merebak, budaya kerja di seluruh dunia, termasuk Indonesia, telah mengalami perubahan yang cukup signifikan. Tentunya para pekerja kantoran sekarang sudah tidak asing lagi dengan istilah Work From Home (WFH). Menyesuaikan dengan situasi pandemi yang membuat kita harus memprioritaskan kesehatan dan keselamatan, sistem WFH menjadi sistem yang ideal bagi banyak orang. Selain lebih fleksibel dari segi waktu dan tempat, ternyata kita juga jadi banyak waktu untuk mengurus diri sendiri dan keluarga.
ADVERTISEMENT
Hal ini juga yang saya alami, terutama setelah mendapat berita bahagia bahwa saya sedang mengandung. Pertama mengetahui kabar kehamilan ini, saya merasa khawatir apalagi ketika mendengar informasi terkait risiko kehamilan saat pandemi Covid-19, di mana wanita hamil dinyatakan memiliki risiko yang cukup tinggi ketika berhadapan dengan virus Covid-19.
Berdasarkan data WHO, ketika wanita hamil terpapar Covid-19, terdapat peningkatan risiko infeksi yang lebih berat dibandingkan mereka yang berada di rentang usia yang sama, namun tidak hamil. Hal ini juga disadari oleh pemerintah Indonesia. Pada Juli 2021, Menteri Ketenagakerjaan menganjurkan bagi perusahaan untuk memberlakukan WFH bagi para pekerja yang memiliki komorbid, ibu hamil, atau menyusui.
Bersama rekan-rekan kerja di kantor sebelum saya hamil. Prokes dan masker adalah wajib. (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Dengan adanya anjuran ini saya lebih merasa tenang menghadapi kehamilan saya. Syukurlah, kantor saya juga sangat menghargai dan berempati pada wanita hamil. Atasan di kantor mengizinkan saya untuk full WFH selama masa kehamilan, bahkan rekan kerja juga suportif dan sangat toleran atas kondisi saya.
ADVERTISEMENT
Ketika di trimester awal, saya sempat mengalami morning sickness, di mana susah sekali untuk beranjak dari tempat tidur dan beraktivitas normal. Sehingga terbantu sekali rasanya masih dapat bekerja secara WFH. Dengan sistem yang fleksibel, saya tidak perlu melewati kemacetan untuk ke kantor dan bahkan dapat bekerja dari tempat tidur ketika kondisi badan tidak sehat. Bahkan, saya masih dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan tepat waktu, serta target pekerjaan pun tetap terpenuhi. Sistem WFH terbukti efektif dan efisien, tanpa mengurangi integritas kinerja saya.
Ilustrasi wanita hamil sedang bekerja (Sumber: Matilda Wormwood, Pexels.com)
Ternyata saya tidak sendiri. Dari sebuah studi di tahun 2021 oleh Owl Labs terkait produktivitas WFH yang dilakukan pada 2.050 pekerja di Amerika Serikat, ditemukan bahwa 90% responden menyatakan mereka berada pada level produktivitas yang sama dengan sebelum pandemi dan pemberlakukan WFH, atau bahkan lebih produktif. Selain itu, 87% menyatakan WFH membuat mereka lebih baik dalam mengatur konflik antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, dengan berkembangnya situasi pandemi Covid-19 yang mulai bergeser ke arah endemi, dan mulai diberlakukannya Work From Office (WFO) 100%, tentunya sebagai wanita pekerja yang sedang hamil, saya harus bersiap diri dan melakukan sejumlah penyesuaian khusus. Sebuah dilema. Karena pastinya saya akan rindu sekali bisa WFH, tidak perlu bangun terlalu pagi atau mempersolek diri sebelum kantor, dan tetap bisa multitasking melakukan hal-hal lain.
I will miss you, padu padan kemeja kantor dan celana piyama.