Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Beras Analog sebagai Pangan Alternatif Pengganti Beras Biasa
14 Juli 2024 8:55 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Putri Wulandari Zainal PhD tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Beras merupakan makanan pokok bagi sebagian masyarakat Indonesia. Hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara pengkonsumsi beras terbesar di dunia. Terbukti dari data BPS (2024), konsumsi beras di Indonesia pada setiap minggunya adalah 1,558 kg/kapita.
ADVERTISEMENT
Fakta tersebut menyebabkan kerentanan ketahanan pangan nasional karena berhubungan dengan ketersediaan pangan utama masyarakat Indonesia. Pangan alternatif pengganti beras dapat dijadikan sebagai Solusi dalam menjaga kestabilan pangan nasional.
Pangan alternatif ini dapat memanfaatkan diversifikasi pangan lokal sehingga dapat merangkul berbagai tujuan yang bermanfaat. Diversifikasi pangan lokal sebagai pangan alternatif dapat membantu promosi potensi setiap daerah di Indonesia.
Tidak hanya itu, diversifikasi ini bahkan dapat mengurangi impor tepung terigu yang dijadikan sebagai substitusi sumber karbohidrat. Salah satu metode diversifikasi pangan pengganti beras yang dapat dilakukan adalah beras analog.
Apa itu Beras Analog?
Beras analog atau beras buatan merupakan pangan alternatif pengganti beras biasa yang bentuknya sangat mirip dengan butiran beras biasa. Beras tiruan ini dapat dibuat dari pangan lokal yang berasal dari umbi-umbian, kacang-kacangan dan serelia seperti sagu, jagung, sorgum, kedelai dan kacang hijau.
ADVERTISEMENT
Beras analog ini dapat dikembangkan sebagai produk dengan atau tanpa tambahan fungsi dan nutrisi. Dari segi rasa dan cara memaksaknya, beras analog tidak jauh berbeda dengan beras biasa, namun dari segi fisik memiliki warna yang tidak seputih beras yang berasal dari padi. Beras analog memiliki masa simpan yang lebih lama dibandingkan beras biasa. Selain itu, beras buatan ini tidak perlu dicuci saat dimasak.
Beras analog memiliki kandungan nutrisi yang beragam tergantung dengan jenis bahan baku yang digunakan atau kombinasi bahan baku. Pemilihan bahan baku merupakan tahapan yang penting karena menentukan kandungan nutrisi, sifat kimia dan fisik produk beras tiruan yang dihasilkan. Dengan adanya bahan baku yang beragam maka pembuatan beras analog juga bisa meningkatkan daya beli dan saing pangan lokal.
ADVERTISEMENT
Bagaimana Cara Pembuatan Beras Analog?
Dalam pembuatan beras analog dibutuhkan teknologi ekstrusi panas. Teknologi ini merupakan suatu proses yang melibatkan pencampuran bahan dengan memanfaatkan suhu panas. Adapun proses yang terjadi antara lain; proses pengaliran bahan baku, pencampuran, pengadonan, pemanasan, dan pembentukan sehingga beras analog tercetak mirip dengan beras biasa.
Ekstruksi panas menggunakan temperatur tinggi di atas 70 celcius yang diperoleh dari pemanasan kukus (Steam) atau pemanas listrik (elemen) yang dipasang mengelilingi barrel dan friksi antara bahan adonan dengan permukaan barel dan screw. Pemanasan dan kompresi ini menyebabkan terjadinya proses gelatinisasi baik secara parsial maupun total.
Secara umum, proses pembuatan beras analog terdiri dari beberapa tahap, yaitu pemilihan bahan baku, penggilingan, pencampuran, perebusan atau pemasakan, pengeringan, penggilingan sekunder, penambahan zat gizi, dan penentuan bentuk dan kemasan. Penambahan zat gizi merupakan pilihan yang dapat dilakukan sebagai strategi peningkatan nutrisi. Beras analog biasanya terbuat dari 50–98% pati atau turunannya, 2–45% bahan pengaya, dan 0,1–10% hidrokoloid.
ADVERTISEMENT
Bagaimana Manfaat bagi Kesehatan?
Pangan lokal yang digunakan untuk membuat beras analog seperti jagung, sagu dan aren memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi. Selain itu, bahan baku ini memiliki serat pangan dan kandungan protein yang tinggi, indeks glekemik yang rendah jika dibandingkan dengan beras dari padi.
Beberapa bahan baku lainnya seperti kedelai mengandung antioksidan seperti polifenol yang sangat berguna bagi tubuh dalam menjaga kesehatan. Senyawa fenol merupakan antioksidan yang mampu menghambat enzim α-amilase dan α-glukosidase, sehingga dapat mengendalikan hiperglikemia dan komplikasi diabetes dengan menghambat hidrolisis karbohidrat dan menunda penyerapan glukosa dalam tubuh. Bahan baku kedelai juga mengandung lemak jenuh dan kolesterol yang rendah sehingga dapat mengurangi risiko penyakit koroner.