Konten dari Pengguna

Prospektif Kemasan Cerdas pada Rantai Pasok Produk Pertanian

Putri Wulandari Zainal PhD
Saya adalah staf dosen Departement Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas.
18 Juni 2024 12:14 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Putri Wulandari Zainal PhD tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Rantai pasok (Supply Chain) merupakan mata rantai dimana produk dari berbagai pemasok kemudian masuk ke pabrik, grosir, distributor, sampai ketangan konsumen. Mata rantai tersebut akan berkembang seiring berkembangnya teknologi untuk menuju supply chain ideal dengan tujuan akhir adalah meningkatkan kepuasan konsumen serta mendapatkan efisiensi dan profit yang tinggi. Gambaran dari rantai pasok ideal adalah dimana produk-produk yang dijual selalu tersedia kapan saja konsumen membutuhkannya, dimana pada suatu toko atau perusahaan tidak akan ada barang yang kadaluarsa, penguntilan barang mudah terdeteksi, penghitungan sistem inventaris cocok dengan hitungan inventaris barang secara fisik, proses bisnis dengan mitra dagang begitu akurat dan terotomatisasi, keberadaan, transparansi dan rantai pasok barang dibangun berdasarkan informasi penawaran dan permintaan secara real-time serta penghematan inventori yang besar. Atau dengan kata lain, supply chain ideal menyinkronkan aktivitas di sepanjang rantai pasok, mulai dari titik produksi sampai penyediaan bahan mentah.
ADVERTISEMENT
Makanan adalah produk yang mudah rusak. Hal ini disebabkan karena produk makanan sangat sensitif terhadap suhu, kelembaban, dan lama penyimpanan. Sehingga dalam penangananya harus di lakukan secara khusus dan hati-hati, baik dalam hal penyimpanan, distribusi dan transportasi. Kemasan merupakan salah satu metode yang paling ampuh untuk dapat mempertahankan kualitas makanan selama rantai pasok. Hal ini dikarenakan kemasan berfungsi untuk memisahkan produk dari lingkungan eksternal sehingga dapat membantu mencegah/mengurangi kerusakan, melindungi bahan yang ada di dalamnya dari pencemaran serta gangguan fisik seperti gesekan. Selain itu, kemasan juga dapat berkomunikasi dengan konsumen melalui teks atau grafik tertulis dan menyederhanakan penanganan produk yang terkandung dengan fitur praktis
Saat ini Negara maju seperti USA, Australia, dan Jepang telah menggalakan penggunaan kemasan cerdas di dalam rantai pasok produk-produk pertanian dan makanan untuk dapat menuju keberlanjutan, peningkatan keamanan produk, dan standar kualitas tinggi sehingga sisa makanan dapat dikurangi dan kepuasan pelanggan dapat dioptimalkan. The European Food Safety Authority (EFSA) mendefinisikan kemasan cerdas sebagai kemasan yang dapat memantau kondisi makanan kemasan atau lingkungan sekitar makanan. Sistem kemasan ini mempunyai kemampuan untuk mengkomunikasikan kondisi produk yang dikemas, namun mereka tidak berinteraksi dengan produk tersebut. Tujuan sistem ini adalah untuk memantau produk dan mengirimkan informasi kepada konsumen. Hal ini dapat berupa informasi mengenai kondisi suatu kemasan dan isinya, waktu pembuatan atau kondisi penyimpanannya. Tergantung apakah itu kemasan cerdas sederhana atau reaktif, kemasan ini dapat ditempatkan pada kemasan primer (luar atau dalam), sekunder atau tersier.
ADVERTISEMENT
Contoh kemasan cerdas yang sering digunakan pada rantai pasok antara lain:
Pertama: Label barcode dan tag RFID (Radio Frekuensi Identifikasi). RFID adalah teknologi identifikasi berbasis gelombang radio. Teknologi ini mampu mengidentifikasi berbagai objek secara simultan tanpa diperlukan kontak langsung. Di industri pengolahan makanan, RFID membantu memastikan mutu produk dengan melacak bahan atau komponen yang digunakan, misalnya sumber asal bahan, kondisi tanah, pupuk yang dipakai, proses panen dan pascapanen. Jika dikombinasi dengan sensor, RFID akan mengambil dan melaporkan data seperti product ID, tanggal keluar, karakteristik fisik dan nomor lot pada setiap tahap proses produksi. Hal Ini akan membantu para pemasok makanan memenuhi regulasi pengendalian mutu yang disyaratkan oleh badan pengawas obat dan makanan.
Penggunaan RFID Label dalam Rantai Pasok Produk Buah dan Sayuran Segar (Sumber Gambar: https://www.istockphoto.com/)
Kedua: Time-Temperature Indicators (TTI). Alat ini memiliki indikator dan memberikan tanda jika terjadi kesalahan dalam suhu penyimpanan, dan juga menduga sisa umur dari produk pangan. Prinsip fungsional TTI didasarkan pada deteksi perubahan mekanis, kimia, elektrokimia, enzimatik, atau mikrobiologis suatu produk makanan yang bergantung pada waktu dan suh
ADVERTISEMENT
Contoh penggunaan TTI ini adalah teknologi Fresh-Check dari Lifeline. Fungsinya didasarkan pada reaksi polimerisasi yang mengakibatkan perubahan warna pada rentang indikasi. Titik tengah yang jelas menunjukkan TTI baru. Jika titik tengah mulai berwarna, maka produk harus segera dikonsumsi. TTI dari produk yang tidak segar memiliki bagian tengah lingkaran yang gelap.
Dengan keunggulan kemasan cerdas maka dapat meningkatkan kualitas dan keamanan pangan serta pengelolaan rantai pasokan pangan. Apalagi life style atau trend terbaru konsumen yang mulai fokus terhadap informasi asal usul produk makanan. Konsumen ingin mengetahui bahan apa saja yang ada dalam produk atau bagaimana produk tersebut harus disimpan. Akan tetapi, sistem pengemasan cerdas belum tersebar luas di pasaran. Terlebih pada negara berkembang. Hal ini dikarenakan biaya tambahan dalam penyediaan sensor tersebut.
ADVERTISEMENT