Konten dari Pengguna

Tren Edible Film Packaging pada Produk Segar

Putri Wulandari Zainal PhD
Saya adalah staf dosen Departement Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas.
27 Mei 2024 18:16 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Putri Wulandari Zainal PhD tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Oleh: Putri Wulandari Zainal, PhD *
Pengemasan merupakan salah satu tahapan pasca panen yang paling krusial yang berfungsi untuk mengawetkan atau memperpanjang umur simpan produk segar seperti buah-buahan dan sayuran serta produk olahan seperti, keju, daging, dan ikan. Selain itu, kemasan juga dapat sebagai sarana komunikasi dan kenyamanan bagi petani dan konsumen. Beberapa puluh tahun belakangan ini, kemajuan industrial semakin meningkat sehingga menyebabkan peningkatan yang tajam dalam penggunaan plastik konvensional sebagai kemasan pangan. Plastik konvensional ini terbuat dari bahan polimer yang berasal dari minyak bumi yang sangat sulit terurai sehingga di butuhkan pengolahan khusus sampah plastik konvensional seperti pembakaran. Proses ini dapat berdampak buruk bagi lingkungan karena menghasilkan gas beracun. Sembari menunggu proses pembakaran, sampah plastik konvensional di tumpuk sehingga penumpukan ini dapat menyebabkan pencemaran tanah dan air nantinya. Oleh karena itu, plastik konvensional dianggap sebagai ancaman paling signifikan dalam mengatasi pencemaran lingkungan dunia.
ADVERTISEMENT
Beberapa tahun belakangan ini, konsumen telah menyadari dampak negative dari plastik konvensional terhadap lingkungan. Tidak hanya itu, dampak negative bagi kesehatan juga dapat terjadi jika penggunaan plastik tidak digunakan sesuai dengan jenis plastik tersebut. Oleh karena itu, bahan kemasan alternatif sangat diperlukan sehingga dapat memperpanjang umur simpan dengan kualitas yang baik tanpa berdampak negative yang besar terhadap lingkungan. Edible film packaging merupakan salah satu bahan kemasan alternatif dengan karakteristik unik yang dapat terurai secara hayati dan terbarukan.
Pemanfaatan edible film sebagai kemasan buah-buahan (Sumber gambar: https://www.istockphoto.com/)
Pemanfaatan edible coating sebagai kemasan keju (Sumber gambar: https://www.istockphoto.com/)
Mengenal Edible Film Packaging
Edible film packaging terbuat dari bahan biomakromolekul alami seperti hidrokoloid (protein nabati atau hewani, polisakarida, dan alginat), lipid (asam lemak, gliserol, lilin) dan komposit (campuran hidrokoloid dan lipid). Dalam pembuatan kemasan edible film memiliki dua metode yaitu proses basah (pengecoran pelarut) dan proses kering (proses ekstrusi, pencetakan kompresi, dan pencetakan injeksi). Menurut Nurjanah et al (2023) pada artikel yang berjudul “Edible Film for Food Packaging”, terdapat perbedaan tahapan antara proses basah dan proses kering. Dalam proses basah, biopolimer dilarutkan atau didispersikan dalam larutan berair, berbasis air atau berbasis alkohol, untuk membentuk FFS yang diikuti dengan pengeringan pelarut. Dalam proses kering, biopolimer diubah menjadi film dengan memanfaatkan perilaku termoplastik yang ditunjukkan oleh beberapa protein dan polisakarida pada tingkat kelembapan rendah.
ADVERTISEMENT
Kemasan yang dapat terurai secara hayati ini memiliki fungsi yang tidak kalah dengan kemasan plastik konvensional yaitu dapat mengendalikan kelembaban dan mengurangi laju respirasi yang memicu perombakan kualitas serta dapat megurangi laju reaksi kimia dan mikrobiologi yang merugikan sehingga dapat menjaga keamana berbagai makanan olahan dan segar.
Perspektif Masa Depan Edible Film Packaging
Pengunaan Edible Film Packaging di Indonesia masih terbatas karena jumlah produksi plastik jenis ini masih sedikit. Hal ini disebabkan kurangnya ketertarikan industri kemasan dalam menggunakan bahan alami sehinga penyuluhan dan promosi penggunaan kemasan ini perlu ditingkatkan. Selain itu, dukungan pemerintah juga diperlukan untuk dapat memperbanyak produksi serta promosi kemasan edible film atau yang kita sebut sebagai kemasan yang dapat dimakan. Semua upaya ini ditargetkan untuk mengembangkan biopolimer yang memiliki sifat setara dengan polimer sintetik konvensional dan produksi ekonomisnya dengan memanfaatkan limbah pertanian sebagai bahan baku. Selain itu, pengembangan kemasan yang bisa dimakan ini juga harus tetap dilanjutkan sehingga dimungkinkan untuk menambahkan beberapa komponen antimikroba dan antioksidan ke dalam polimer dasarnya sehingga dapat memberikan mafaat kesehatan bagi konsumen. Orozco-Parra et al. (2020) dalam artikelnya berjudul “Development of a bioactive synbiotic edible film based on cassava starch, inulin, and Lactobacillus casei” mengembangkan film sinbiotik dari pati singkong dengan penggabungan insulin sebagai molekul prebiotik dan L.casei sebagai bakteri probiotik. Film yang dikembangkan telah menunjukkan penurunan hilangnya viabilitas bakteri probiotik selama studi simulasi kondisi lambung. Penelitian ini telah berhasil menambahkan bahan tambahan yang berfungsi untuk menjaga kesehatan lambung.
ADVERTISEMENT
*Penulis adalah staf dosen Departement Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas. Penulis dapat dihubungi melalu nomor telephone +81 8116600259