Konten dari Pengguna

Hilangnya Budaya Kerja Tradisional Di Era Modernitas

Putri Zalfa Shabrina
mahasiswa universitas pamulang - program studi ilmu komunikasi
5 Desember 2024 19:24 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Putri Zalfa Shabrina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Budaya Kerja. Sumber: Canva.com
zoom-in-whitePerbesar
Budaya Kerja. Sumber: Canva.com
ADVERTISEMENT
Perkembangan teknologi telah membuat perubahan besar dalam aspek kehidupan. Budaya tradisional yang dahulu telah menjadi pondasi masyarakat kini perlahan mulai tergerus oleh digitalisasi. Pudarnya budaya ini tidak hanya dialami oleh negara-negara maju lainnya namun juga dialami oleh negara Indonesia sendiri. Negara indonesia yang terkenal dengan budaya kentalnya dahulu adanya budaya kerja yang berpacu pada keterikatan sosial, berkontribusi langsung, dan pengaturan yang berbasis komunitas mulai luntur dan bergeser pada sifat individualistik dan terdistribusi berkat perkembangan teknologi yang memungkinkan bekerja dengan jarak jauh.
ADVERTISEMENT
Perubahan struktur kerja Tradisional
Budaya kerja tradisional seringkali melibatkan suatu interaksi sosial dan kebersamaan. Budaya kerja tradisional tidak hanya sekedar untuk mencari penghasilan namun bagaimana mereka mendapatkan relasi dalam menjaga ikatan masyarakat sebagai bentuk simbol kebersamaan dan unsur penting interaksi sosial di dalamnya. Sistem kerja berbasis keluarga, komunitas dan kelompok merupakan suatu bentuk nyata dimana dalam era tradisional masyarakat hubungan kekeluargaan saling terjaga satu sama lain. Namun, dengan berkembangnya teknologi dansemakin maraknya digitalisasi, pola ini mulai berubah. Banyak pekerjaan yang kini dilakukan secara individu atau dengan tim yang tersebar di berbagai lokasi. Perkembangan seperti telecommuting dan kerja jarak jauh telah mengubah bagaimana pekerjaan dilakukan. Dengan dilakukan tanpa adanya interaksi fisik, yang mengurangi rasa kebersamaan dan nilai-nilai sosial yang menjadi dasar dari budaya kerja tradisional.
ADVERTISEMENT
Pergeseran dari komunitas, kelompok ke individual
Salah satu ciri utama dalam budaya kerja tradisional adalah hubungan erat antara pekerja. Di masyarakat yang berbasis kerja tradisional tidak hanya mementingkan diri sendiri namun
memiliki tujuan bersama-sama seperti hal nya gotong royong. sehingga suatu pekerjaan dapat bermakna, dan berorientasi pada kepentingan bersama. Namun perlu kita ketahui bahwasanya di era digital saat ini banyak masyarakat menganut sistem kerja individualis. Tidak heran jika kita melihat fenomena dimana mereka mengisolasi pada tempat kerja masing-masing baik di rumah maupun di kantor. Dengan adanya kebijakan seperti “remote working” maupun freelance seseorang dapat memanfaatkan teknologi secara langsung tanpa adanya menyentuh komunikasi nyata dengan orang lain. Hal ini tentunya akan memberikan fleksibilitas dan kebebasan pekerja, namun nilai-nilai pada budaya tradisional akan perlahan menghilang
ADVERTISEMENT
Digitalisasi terhadap struktur hierarki
Dalam budaya kerja tradisional seringkali memiliki struktur atau sifatnya sangat jelas dan kaku. dimana atasan dan bawahan seringkali memiliki peran atau pembagian yang jelas. Suatu
keputusan diambil berdasarkan urutan kewenangan, sehingga membantu menjaga tatanan dalam organisasi pekerja atau perusahaan. Sebaliknya jika kita melihat dari sisi budaya kerja yang modernitas sering kali kita lihat bahwasanya globalisasi atau teknologi memberikan ruang akses yang tak terbatas artinya dimana seorang pekerja bisa berkomunikasi secara langsung tanpa memikirkan status dan kedudukan. Walaupun hal ini dapat mendorong adanya inovasi hal ini juga akan menimbulkan berbagai perspektif menyebabkan kebingungannya tanggung jawab, terutama dalam pengambilan keputusan.
Kesenjangan digital dan kesetaraan Akses
Meskipun digitalisasi menawarkan banyak kemudahan, ada dampak negatif yang perlu diperhatikan, yaitu kesenjangan digital. Tidak semua orang memiliki akses yang setara terhadap
ADVERTISEMENT
teknologi dan internet yang diperlukan untuk bekerja secara digital. Di daerah-daerah yang masih kekurangan akses teknologi, banyak orang yang terpaksa tetap bekerja dengan cara
tradisional yang mengandalkan pekerjaan fisik dan interaksi langsung. Kesenjangan digital ini menciptakan ketidaksetaraan dalam dunia kerja. Mereka yang tidak memiliki keterampilan
digital atau akses ke teknologi cenderung tertinggal, sehingga memperburuk ketidaksetaraan sosial yang sudah ada. Inilah mengapa meskipun budaya kerja tradisional mulai tergantikan,
penting bagi kita untuk menyadari bahwa tidak semua orang dapat dengan mudah beradaptasi dengan perubahan ini.
Kesimpulan:
Fenomena hilangnya budaya kerja tradisional merupakan tantangan yang besar bagi masyarakat modern. Dapat kita terima bahwa kenyataan adanya perubahan budaya bisa berubah atau struktur yang ada telah berubah karena modernisasi. meskipun digitalisasi membawa banyak keuntungan, penting untuk diingat bahwa hubungan sosial yang erat, kolaborasi, dan kebersamaan yang ada dalam budaya kerja tradisional memiliki nilai yang tak ternilai. Untuk itu, kita perlu mencari cara untuk mengintegrasikan teknologi dan budaya tradisional agar tetap dapat bekerja sama tanpa kehilangan nilai-nilai kemanusiaan yang selama ini menjadi dasar dari banyak budaya kerja di seluruh dunia Kedepannya, tantangan utama adalah bagaimana kita dapat menciptakan dunia kerja yang lebih inklusif, di mana baik teknologi maupun nilai-nilai sosial dapat berjalan beriringan untuk menciptakan ekosistem kerja yang lebih adil, efisien, dan manusiawi.
ADVERTISEMENT