'Battle of Gresik', Perlawanan TKR Gresik Melawan Sekutu

Sabrina Latifatul MC
Mahasiswa Universitas Negeri Semarang
Konten dari Pengguna
13 November 2021 10:15 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sabrina Latifatul MC tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kampong Manyar di Gresik tahun 1947. Sumber Foto : Nationaal Archief
zoom-in-whitePerbesar
Kampong Manyar di Gresik tahun 1947. Sumber Foto : Nationaal Archief
ADVERTISEMENT
Pertempuran melawan pasukan sekutu dan NICA tidak hanya terjadi di Kota Surabaya, tetapi juga di daerah sekitarnya, salah satunya adalah Gresik. Gresik menjadi salah satu daerah yang juga menjadi sasaran penyerangan pasukan sekutu yaitu Inggris yang geram akibat terbunuhnya Brigadir Aubertin Walter Sothern Mallaby atau biasa disingkat A.W.S Mallaby akibat ditembak oleh salah satu pemuda Indonesia. Pasukan Inggris yang geram mencoba untuk menghancurkan Surabaya, juga datang menyerang ke daerah Gresik.
ADVERTISEMENT
Gresik menjadi pertahanan garis terdepan Surabaya. Di Gresik terdapat berbagai macam kelompok yang siap untuk melakukan perlawanan, mulai dari TKR atau BKR dan BPRI, serta pemuda – pemuda islam yang menyebut dirinya Hizbullah, Pesindo, GPII, dan Sabilillah, mengutip dari Murthado & Sumarno (2016) menyatakan, tak lupa pula para wanita yang berjuang di balik layar, membantu memasak di dapur umum untuk menyediakan makanan bagi rakyat serta para pejuang serta membantu pasukan Palang Merah Indonesia dalam melakukan perawatan medis kepada para prajurit yang terluka akibat pertempuran.
Perlawanan ini dibagi menjadi beberapa bagian, mulai dari wilayah selatan, tengah dan utara. Pembagian wilayah ini untuk mempermudah koordinasi, pembuatan strategi dan menyesuaikan wilayah geografis dari daerah Gresik sendiri, berupa wilayah sungai serta jembatan, wilayah hutan juga persawahan, wilayah pegunungan batu kapur, bahkan sampai ke wilayah permukiman penduduk dan jalan juga dijadikan sebagai pangkalan untuk pertahanan.
ADVERTISEMENT
Pertempuran dimulai di Surabaya pada tanggal 10 November 1945, dan berlanjut ke Gresik saat pasukan dari Gresik yang sebelumnya berada di Surabaya, berhasil dipukul mundur oleh tentara Inggris pada sekitar bulan Desember, yang berjumlah ribuan dan membawa persenjataan perang seperti tank, dan senjata api. Pasukan TKR Gresik dipukul mundur sampai ke pangkalan pertahanan yang berada di Gunung Lengis. Gunung Lengis sendiri berada di Desa Segoromadu, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik.
Pertempuran sengit terjadi di Gunung Lengis, pasukan TKR Gresik di pimpin oleh Letkol Ibnu Subroto melawan balik pasukan Inggris pada 08 Desember 1945. Pasukan Inggris melakukan serangan 3 arah dari laut, darat serta udara dengan menggunakan kendaraan perang seperti tank dan pesawat tempur yang membuat pasukan TKR Gresik kewalahan dan banyak dari mereka yang gugur di Gunung Lengis. Karena pasukan dari laskar pemuda tidak membawa senjata seperti senjata api, mereka hanya bermodalkan senjata bambu runcing yang mereka buat sendiri dan senjata seadanya yang mereka miliki, selain itu mereka juga tidak memiliki kemampuan bertempur yang mumpuni seperti TKR atau BKR, mereka hanya ingin mempertahankan daerah Gresik dari serangan pasukan Inggris
ADVERTISEMENT
Akhirnya pasukan di Gunung Lengis yang tersisa dan selamat mundur ke wilayah barat. Pertempuran yang memakan waktu selama sehari tersebut berhasil membuat pasukan Inggris menguasai Gresik bagian Utara. Tidak berhenti sampai di situ, TKR dibantu oleh laskar pemuda dari berbagai daerah di Gresik memiliki misi untuk kembali merebut wilayah Gresik utara dari tangan pasukan Inggris. Perebutan kembali wilayah Gresik pada sekitar awal bulan Januari tahun 1946. Strategi pertempuran yang digunakan dengan cara menutup pintu – pintu masuk menuju Gresik, di bagian utara yaitu dengan cara peledakan Jembatan Kalitangi.

Pendudukan Gresik Utara oleh Sekutu

Dengan gerak cepat membentuk strategi dengan menggunakan strategi beberapa strategi pertempuran dan pertahanan mulai dari Wehrkreise, serangan perembesan, Great Patriotic Warfare, dan serangan dari dua arah atau sisi. Banyaknya strategi yang digunakan karena kekurangan persenjataan yang di miliki oleh pasukan dari Indonesia, khususnya yang berasal dari laskar – laskar pemuda. Wilayah Gresik bagian utara dapat di rebut kembali pasukan Gresik tetapi tak lama setelah itu terjadi sekitar bulan Maret, wilayah ini kembali di serang oleh pasukan Inggris dan Belanda. Tak butuh waktu lama bagi Inggris dan Belanda untuk kembali menduduki Gresik bagian utara, pasukan Gresik berhasil dipukul mundur dan wilayahnya dapat dikuasai.
ADVERTISEMENT

Pendudukan Gresik Selatan oleh Sekutu

Wilayah Gresik selatan juga tak luput dari serangan pasukan Inggris, pasukan TKR di wilayah ini dikomandani oleh Djarot Subiantoro beserta satu ajudan dan 5 kompi di bawah komandonya. Pertempuran terjadi di titik – titik yang sudah mereka rencanakan, tetapi terhambat karena disahkannya perjanjian Renville, yang berdampak pada kemunduran pasukan pimpinan Djarot Subiantoro ini berpindah lebih mundur di perkirakan sekitar 20 km dari wilayah milik Belanda yang tertera dalam Perjanjian Renville.

Pendudukan Gresik Tengah oleh Sekutu

Pertempuran berlanjut menuju ke Gresik bagian tengah terjadi pada sekitar bulan Agustus 1946, suasana di daerah ini lebih mengerikan di bandingkan wilayah yang sebelumnya karena sudah banyak daerah Gresik yang di kuasai oleh pasukan Inggris di tambah dengan pasukan Belanda yang juga berada di sana. Pasukan daerah ini di pimpin oleh Mayor Cholil Tohir yang mendapatkan bantuan pasukan dari Jombang dan Lamongan. Sayangnya di wilayah ini pasukan Gresik juga berhasil dipukul mundur oleh pasukan Inggris yang mendapatkan bantuan dari pasukan Belanda, untuk memaksa pasukan Gresik agar mundur sampai ke daerah Lamongan. Sekitar bulan September, pasukan Inggris dan Belanda berhasil menguasai Gresik secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
Pertempuran yang terjadi di daerah ini sama mengerikannya seperti yang terjadi di Surabaya, pasukan Inggris datang dengan membawa tercanggih mereka melawan pasukan TKR ditambah rakyat Gresik siap dengan nyali dan membawa harga diri, senjata mereka tak begitu canggih seperti milik Inggris tetapi jiwa dan semangat mereka begitu membara hingga nyawa pun tak mereka anggap berharga demi kemerdekaan dan kedaulatan bangsa Indonesia.
Pertempuran demi pertempuran, strategi demi strategi mereka pikirkan, mereka rencanakan lalu mereka jalankan. Meskipun hasil yang di dapat tidak sesuai dengan keinginan. Tak salah jika pasukan Inggris bahkan sampai menginginkan adanya gencatan senjata, karena pasukan – pasukan ini bukan merupakan pasukan biasa, mereka adalah pejuang – pejuang bangsa tanpa nama yang menggadaikan nyawanya demi bisa mengusir penjajah dari bumi Indonesia. Atas nama Gresik, tak hanya pasukan yang berjuang sekuat tenaga tetapi juga mendapat restu dari semesta dengan wilayah geografis Gresik yang beragam dan menyulitkan pasukan Inggris serta Belanda untuk menyerang.
ADVERTISEMENT