Pengelolaan Wilayah Hutan Bakau di Pesisir Laut dengan Penginderaan Jauh

adindaarimurti
Mahasiswa Teknik Geomatika ITS angkatan 2017
Konten dari Pengguna
17 Oktober 2020 5:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari adindaarimurti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sumber : Google
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Google
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan peremebesan air asin; sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang sering terjadi di darat seperyi sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Soefiarto, 1976; Dahuri et al, 2001). Dalam hal ini, walaupun secara substansial sama, kemudian timbul beberapa istilah yang terkait dengan pengelolaan wilayah pesisir dan laut, seperti Coastal Management (CM), Integrated Coastal Management (ICM), Integrated Coastal Area Management (ICAM), Integrated Coastal and River Basin Management (ICRBM), Integrated Coastal Zone Planning and Management (ICZPM), dan lain sebagainya. Wilayah pesisir berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan no 10 tahun 2002 didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara ekosistem daray dan laut yang saling berinteraksi, dimana ke arah laut 12 mil dari garis pantai untuk provinsi dan sepertiga dari wilayah laut itu (kewenangan provinsi) untuk kabupaten/kota dan ke arah darat batas administrasi kabupaten/kota. Maka dari itu pentingnya Pengelolaan Wilayah Pesisir Laut yang ada di Indonesia.
ADVERTISEMENT
ICZM (Integrated Coastal Zone Management) merupakan suatu pendekatan yang komprehensif yang dikenal dalam pengelolaan wilayah pesisir, berupa kebijakan yang terdiri dari kerangka kelembagaan dan kewenangan hukum yang diperlukan dalam pembangunan dan perencanaan pengelolaan untuk kawasan pesisir yang terpadu dengan tujuan lingkungan hidup dan melibatkan seluruh sektor yang terkait (Post and Lundin, 1996). Tujuan dari adanya ICZM ini adalah untuk memaksimalkan potensi keuntungan yang diperoleh dari kawasan pesisir dan meminimalkan dampak negatif dalam pengelolaan kawasan pesisir, baik pada sumber daya alam maupun terhadap lingkungan hidup.
Sumber Google
Banyak manfaat dari adanya hutan mangrove sendiri. Hutan mangrove adalah sebuah alat untuk mencegah abrasi, namun apabila jumlah hutan mangrove tidak sesuai dengan daerah tertentu, hutan mangrove ini akan tetap hilang atau rusak akibat abrasi. Ini disebabkan karena jumlah luas hutan mangrove yang ditanam tidak sebanding dengan daya abrasi di daerah tersebut. Dalam luasan yang setara dengan hutan tropis, hutan mangrove mampu menyimpan karbon tiga sampai lima kali lebih banyak. Sebagai gambaran, hutan mangrove seluas satu hektar mampu menyerap 1.000 ton karbon per hektar. Itu sebabnya, menyelamatkan hutan mangrove menjadi krusial dalam memerangi perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
Sumber : Google
Adanya hutan mangrove juga menjadi sarana penahan angin laut maupun ombak laut yang terjadi di daerah tertentu. Hal ini bisa mencegah adanya abrasi dan intrusi laut. Hutan mangrove ini selain mencegah hal-hal yang merugikan, ia berperan banyak terhadap pembentukan habitat baru untuk satwa-satwa tertentu. Hutan mangrove menyediakan habitat bagi ribuan spesies di semua tingkat jaring makanan laut dan hutan, dari bakteri, teritip (siput kecil), bahkan hingga harimau Bengal. Pohon-pohon itu melindungi berbagai jenis serangga dan hewan-hewan kecil lainnya. Hutan mangrove bisa sebagai penyaring alami air laut dari zat-zat kimia dan limbah organik yang sangat berpotensi mencemari laut. Hutan mangrove apabila terus dikembangkan dan dirawat akan memungkinkan untuk membentuk pulau baru atau menggeser garis pantai. Selain beberapa manfaat yang sudah disebutkan sebelumnya, hutan mangrove ini juga akan memberikan penghasilan kepada masyarakat sekitar apabila masyarakat sekitar ini merawat serta menjadikan hutan mangrove ini sebagai area pariwisata. Semacam menyewakan perahu mengelilingi hutan mangrove misalnya.
ADVERTISEMENT
Dengan banyaknya manfaat yang diakibatkan oleh hutan mangrove ini, apakah hutan mangrove di Indonesia sudah cukup untuk mencegah beberapa kerugian dan meningkatkan manfaat yang sudah disebutkan sebelumnya?
Di Indonesia sendiri, dalam kurun waktu tiga dekade terakhir, ada lebih dari 50% wilayah hutan mangrove yang hilang. Dan di Jakarta, hanya tersisa sekitar 300 hektar. Hal ini cukup menyedihkan karena Indonesia pernah dikenal sebagai negara dengan lahan mangrove terbesar di dunia—dengan luas 3,5 juta hektar atau sekitar 20% dari total lahan dunia. Penurunan ekosistem mangrove di Indonesia sudah pada fase yang mengkhawatirkan di mana menurut Dahuri, et.al. (1996) telah terjadi penurunan luas hutan mangrove dari 4 juta hektar menjadi sekitar 2,5 juta hektar pada periode 1982-1993. Faktor utama dari penurunan ini adalah kegiatan konversi kawasan atau alih guna lahan mangrove menjadi lahan tambak, pemukiman, industri, dan lain sebagainya. Namun demikian, secara global potensi mangrove di Indonesia masih cukup besar karena menyumbang 22% dari total kawasan mangrove dunia
ADVERTISEMENT
Dengan adanya kejadian tersebut pemerintah membuat beberapa program untuk terus memperbaiki dan menambah jumlah luasan mangrove di Indonesia. Penggunaan beberapa teknologi dapat membantu program pemerintah dalam memperbaiki dan menambah jumalh luasan mangrove di Indonesia.
Penggunaan teknologi penginderaan jauh akan sangat membantu dalam proses perencanaan pembangunan hutan mangrove baru di wilayah pesisir pantai. Penginderaan jauh menggunakan teknologi citra satelit dapat menghitung jumlah luasan mangrove yang ada di Indonesia tanpa harus terjun ke lapangan pada semua lokasinya. Hasil dari proses perhitungan ini bisa digunakan untuk kajian lebih lanjut dalam perencanaan pembangunan hutan mangrove. Penginderaan jauh tidak hanya bisa mengidentifikasi mangrove saja, penginderaan jauh bisa mengidentifikasi kondisi suatu pesisir di wilayah terntentu. Hal ini bisa memperkirakan pembangunan-pembangunan objek pesisir laut juga menggunakan penginderaan jauh.Penginderaan jauh sendiri tidak hanya bisa mengidentifikasi mangrove yang ada di pesisir laut, namun juga bisa mengidentifikassi objek-objek yang ada di pesisir laut serta bisa sebagai sarana acuan perencanaan pembangunan objek di pesisir laut. Dengan adanya peraturan yang mengatur pengelolaan wilayah pesisir laut yang diatur oleh pemerintah serta adanya teknologi yang mendukung perencanaan tersebut, hal ini dapat dilaksanakan jauh lebih efisien.
ADVERTISEMENT
Perencanaan pesisir laut bisa direncanakan dengan hanya mengolah data citra satelit pada penginderaan jauh. Terkait perencanaan yang dilakukan menggunakan penginderaan jauh, perencanaan pesisir yang ada di Indonesia akan cepat dan bisa menjangkau area yang luas, tidak hanya di kawasan tertentu. Perencanaan peningkatan hutan mangrove contohnya, setelah pengolahan citra yang menghasilkan jumlah tutupan lahan yang teridentifikasi menjadi hutan mangrove, pemerintah tepatnya Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dapat menghitung jumlah luas mangrove yang sesuai pada kawasan tertentu. Hal ini akan jauh lebih efisien bukan?
Persebaran mangrove yang ada di Indonesia. Sumber : Google
Penginterpretasian hutan mangrove menggunakan citra satelit akan sangat mudah menggunakan teknologi penginderaan jauh dan penggunaan citra satelit Landsat 5, 7 maupun 8. Mangrove memiliki kenampakan khas yang dapat diidentifikasi menggunakan kanal panjang gelombang infra merah dan kanal panjang gelombang infra merah jauh. Kedua sensor kanal tersebut terdapat pada Satelit Landsat 8. Dengan adanya kombinasi dua kanal tersebut dan pengaturan komposisi warna RGB (Red Green Blue), maka mangrove akan sangat mudah teridentifikasi. Hal ini mendukung kebijakan satu peta atau One Map Policy yang dicanangkan Bapak Presiden Jokowi yang dikoordinasikan oleh Badan Informasi Geospasial atau BIG. Peta ini menggabungkan atau mengkompilasi semua peta hutan mangrove yang diteliti oleh berbagai badan yag ada dan sebagian besar dari itu adalah peta mangrove yang dihasilkan oleh pihak BIG.
ADVERTISEMENT
Kawasan pesisir apabila dimanfaatkan dan direncanakan secara matang maka akan membawa keuntungan pada masyarakat sekitar bahkan bisa jadi semua masyarakat Indonesia dapat merasakan kebermanfaatannya. Ada banyak penelitian yang memprediksi berbagai kejadian atau fenomena laut, tsunami contohnya. Beberapa peneliti mengatakan apabila ada tsunami yang terjadi di pantai selatan jawa, maka diprediksi tsunami itu akan bisa mencapai ketinggian 20 meter. Hal ini akan sangat merugikan masyarakat sekitar pantai apabila tidak ada penanganan serius yang dilakukan oleh pemerintah. Hutan mangrove adalah salah satu langkah yang bisa memperkecil kerusakan yang diakbatkan oleh tsunami tersebut. Selain beberapa manfaay yang ada di atas, ketika tsunami terjadi, hutan mangrove ini dapat membantu memecah tingginya ombak tsunami. Hal ini akan bisa diatasi dengan sepenuhya apabila jumlah mangrove yang ada di pantai selatan jawa sudah mencukupi. Apabila hutan mangrove yang ada di selatan pulau jawa ini sudah cukup untuk membantu pengurangan kerusakan akibat tsunami, maka kerugian yang akan ditanggung oleh pemerintah untuk melakukan perbaikan kembali daerah yang terdampak tsunami akan semakin sedikit, juga menghemat anggaran negara.
Sumber : Google
Perencanaan mitigasi bencana melalui hutan mangrove dan diintegrasikan dengan ICZM akan menjadi investasi masa depan Indonesia. Beberapa konsep ditawarkan oleh Bengen pada tahun 2001, pengadaan hutan mangrove dan rehabilitasi hutan mangrove atau bahkan membuat beberapa hutan konservasi yang fokus pada penanganan mangrove. Hal ini semerta-merta dilakukan untuk upaya rehabilitasi dan pengelolaan pesisir pantai yang tepat dan benar.
ADVERTISEMENT