Konten dari Pengguna

Di Antara Dua Pilihan: Tantangan dan Peluang Indonesia Bergabung dengan BRICS

Putri Asti Athaillah
Mahasiswa Hubungan Internasional di Universitas Sebelas Maret
10 Desember 2024 16:08 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Putri Asti Athaillah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Menteri Luar Negeri Indonesia, Sugiono, mewakili Indonesia dalam KTT BRICS 2024 yang diselenggarakan di Kazan, Russia. Foto: Dok. Pemerintah
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Luar Negeri Indonesia, Sugiono, mewakili Indonesia dalam KTT BRICS 2024 yang diselenggarakan di Kazan, Russia. Foto: Dok. Pemerintah
ADVERTISEMENT
Indonesia dengan segala potensinya, tengah mempertimbangkan langkah strategis untuk bergabung dengan BRICS. Namun, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh aliansi ini? Apa saja tantangan dan peluang yang akan dihadapi Indonesia jika menjadi anggota? Pertanyaan-pertanyaan ini semakin relevan seiring dengan semakin meluasnya pengaruh BRICS di panggung global.
ADVERTISEMENT

Pendahuluan

Dalam beberapa tahun terakhir, BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) semakin menarik perhatian negara-negara berkembang lainnya untuk bergabung. Negara-negara seperti Arab Saudi, Iran, Mesir, dan Argentina baru-baru ini mengungkapkan minat mereka untuk menjadi bagian dari kelompok ini, mencerminkan semakin meluasnya pengaruh BRICS di panggung ekonomi global. Alasan mereka sangat beragam, mulai dari ingin memperluas akses ke pasar yang lebih besar, meningkatkan kerja sama ekonomi, hingga mencari alternatif terhadap dominasi lembaga-lembaga keuangan internasional seperti IMF dan Bank Dunia, yang sering dianggap mewakili kepentingan negara-negara maju. Selain itu, ketegangan geopolitik yang meningkat, khususnya terkait dengan kebijakan ekonomi negara-negara besar seperti Amerika Serikat, mendorong negara-negara ini untuk mencari aliansi baru yang lebih menguntungkan secara ekonomi dan strategis. Oleh karena itu, BRICS bukan hanya sekadar kelompok ekonomi, tetapi juga simbol dari pergeseran kekuatan global yang lebih inklusif, memberikan suara lebih besar kepada negara-negara berkembang dalam urusan internasional.
ADVERTISEMENT

Latar Belakang BRICS

Konsep BRICS pertama kali diperkenalkan oleh ekonom Goldman Sachs, Jim O'Neill, pada awal abad ke-21 (Nova, 2023). O'Neill melihat potensi besar dari empat negara—Brasil, Rusia, India, dan China—yang diprediksi akan menjadi kekuatan ekonomi utama di masa depan. Prediksi O'Neill terbukti akurat, karena pada tahun 2006, kelompok ini mulai membentuk sebuah forum informal yang bertujuan untuk meningkatkan kerja sama ekonomi dan memperkuat posisi negara-negara berkembang di kancah internasional. Pada tahun 2010, Afrika Selatan resmi bergabung, menjadikan BRICS sebagai sebuah kelompok yang terdiri dari lima negara dengan perekonomian terbesar di dunia yang berasal dari negara berkembang. Tujuan utama BRICS sejak awal adalah menawarkan alternatif terhadap dominasi kebijakan ekonomi global yang dijalankan oleh negara-negara maju (Molou, 2024). Sejak saat itu, BRICS telah berkembang menjadi kekuatan yang lebih besar, baik secara ekonomi maupun politik, dan menarik minat banyak negara lain untuk bergabung.
ADVERTISEMENT

Mengapa Banyak Negara Tertarik Bergabung dengan BRICS? dan Apa Potensi Keanggotaan Bagi Indonesia?

Banyak negara di dunia yang tertarik untuk bergabung dengan BRICS karena mereka melihat potensi besar untuk meningkatkan perdagangan dan hubungan investasi. BRICS menawarkan kerangka kerja yang lebih inklusif, memberi kesempatan untuk memperkuat pengaruh politik global, dan memberikan alternatif terhadap dominasi negara-negara Barat dalam banyak aspek ekonomi dan politik internasional. Negara-negara ini sering merasa terpinggirkan oleh kebijakan yang didorong oleh negara-negara maju, sehingga bergabung dengan BRICS menjadi langkah strategis untuk memperbesar posisi mereka dalam tatanan global.
Beberapa faktor yang membuat BRICS sangat menarik antara lain adalah potensi pasar yang besar. Negara-negara BRICS mewakili lebih dari 40% populasi dunia dan hampir 25% dari PDB global, yang menciptakan peluang signifikan untuk ekspansi ekonomi dan perdagangan (Indrayani, 2020). Selain itu, BRICS menawarkan kerja sama dalam pembangunan ekonomi, teknologi, dan infrastruktur, yang menjadi daya tarik besar bagi negara-negara yang membutuhkan investasi dan transfer teknologi. BRICS juga memberikan alternatif terhadap lembaga-lembaga keuangan internasional yang selama ini didominasi oleh negara-negara Barat, seperti IMF dan Bank Dunia.
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini, Indonesia menyatakan ketertarikannya untuk bergabung dengan BRICS. Keanggotaan ini menawarkan peluang besar bagi Indonesia, terutama dalam meningkatkan akses ke pasar negara berkembang lainnya, seperti China dan India, yang merupakan dua dari lima negara anggota BRICS. Keanggotaan ini juga membuka peluang bagi Indonesia untuk menarik lebih banyak investasi, khususnya di sektor-sektor strategis seperti infrastruktur, energi terbarukan, dan teknologi (Sofia, 2024). Selain itu, Indonesia dapat memanfaatkan platform BRICS untuk memperkuat posisinya dalam negosiasi perdagangan internasional dan meningkatkan peran serta pengaruhnya dalam peta ekonomi global.
Namun, keanggotaan BRICS juga membawa tantangan tersendiri bagi Indonesia. Salah satunya adalah meningkatnya persaingan dengan negara anggota BRICS lainnya yang mungkin memiliki keunggulan lebih besar dalam sektor tertentu, seperti China yang sudah menjadi kekuatan ekonomi global atau India yang memiliki sektor teknologi yang berkembang pesat. Untuk bersaing secara efektif dalam kelompok ini, Indonesia perlu menyesuaikan kebijakan domestiknya, baik dalam hal regulasi perdagangan, investasi, maupun sektor manufaktur, agar dapat memanfaatkan keanggotaan BRICS dengan optimal.
ADVERTISEMENT

Dampak dan Tantangan Global

Perluasan anggota BRICS berpotensi mengubah peta kekuatan global dengan memberikan lebih banyak negara berkembang platform untuk mempengaruhi kebijakan internasional. Dengan bertambahnya jumlah anggota, BRICS bisa memperkuat posisi tawar negara-negara berkembang, memungkinkan mereka untuk mengambil peran lebih besar dalam pengambilan keputusan ekonomi dan politik global. Hal ini dapat menggeser tatanan dunia yang sebelumnya dikuasai oleh negara-negara maju, membawa dampak yang signifikan terhadap hubungan perdagangan dan ekonomi internasional.
Illustrasi kenaikan tarif 100% untuk barang-barang dari negara anggota BRICS. Foto:Tima Miroshnichenko (https://www.pexels.com/)
Salah satu dampak yang paling signifikan dari perluasan BRICS adalah pengaruhnya terhadap dominasi dolar AS. Negara-negara BRICS dapat mengembangkan sistem pembayaran alternatif yang mengurangi ketergantungan pada dolar, mengingat pentingnya stabilitas mata uang AS dalam perdagangan internasional. Inisiatif seperti ini, jika berhasil, bisa menantang sistem moneter global yang ada dan memperkenalkan model baru yang lebih multipolar. Namun, langkah ini juga menghadapi tantangan besar, seperti ancaman yang baru-baru ini dilontarkan oleh mantan Presiden AS, Donald Trump, yang memperingatkan akan memberlakukan tarif 100% terhadap barang-barang dari negara-negara BRICS yang ada posting di platform sosial miliknya, Truth Social, Trump menyebutkan: (Truth Social, n.d.)
ADVERTISEMENT
Ancaman tarif tinggi ini menunjukkan ketegangan yang dapat muncul antara negara-negara BRICS dan negara-negara Barat, serta bagaimana perluasan BRICS dapat memicu respons proteksionis yang lebih agresif dari negara-negara besar, mengingat dominasi ekonomi dan perdagangan global yang masih dimiliki oleh negara-negara maju.

Kesimpulan

Perluasan keanggotaan BRICS merupakan langkah strategis yang dapat memperkuat posisi negara-negara berkembang dalam tatanan ekonomi dan politik global. Dengan menarik negara-negara seperti Arab Saudi, Iran, Mesir, dan Argentina, BRICS berpotensi menjadi kekuatan yang lebih besar dalam pengambilan keputusan internasional, serta menawarkan alternatif terhadap dominasi lembaga keuangan dan kebijakan ekonomi yang didorong oleh negara-negara Barat. Meskipun Indonesia telah menunjukkan minat yang kuat untuk bergabung dengan BRICS, hingga saat ini negara kita belum menjadi anggota resmi. Bagi Indonesia, bergabung dengan BRICS membuka peluang signifikan, mulai dari akses ke pasar yang lebih besar, hingga peningkatan investasi dan kerja sama dalam berbagai sektor. Namun, keanggotaan ini juga membawa tantangan, terutama dalam hal persaingan dengan negara anggota BRICS lainnya dan penyesuaian kebijakan domestik untuk bersaing secara efektif.
ADVERTISEMENT
Selain itu, dampak perluasan BRICS terhadap peta kekuatan global juga tidak bisa diabaikan. Jika BRICS berhasil mengurangi ketergantungan pada dolar AS dan mengembangkan sistem pembayaran alternatif, hal ini dapat mengguncang sistem moneter global yang ada, meskipun dihadapkan pada tantangan dan respons proteksionis dari negara-negara besar, seperti yang tercermin dari ancaman tarif tinggi yang dilontarkan oleh Donald Trump. Oleh karena itu, Indonesia perlu mempertimbangkan baik peluang maupun tantangan ini dengan bijak, untuk dapat memanfaatkan potensi yang ditawarkan oleh BRICS sambil mengelola risiko-risiko yang mungkin muncul.

Daftar Pustaka

Indrayani, I. (2020). Kerjasama Keanggotaan Afrika Selatan Masuk Brazil, Rusia, India, China, Dan Afrika Selatan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Periode 2011-2013. Populis: Jurnal Sosial dan Humaniora. unas.ac.id
ADVERTISEMENT
Kaanita, I. (2024, November 30). Trump threatens 100% tariff on BRICS countries if they pursue creating new currency. https://www.cnn.com/2024/11/30/politics/trump-brics-currency-tariff
Molou, M. F. (2024). Strategi BRICS Menyeimbangkan Tata Kelola Global Melawan Dominasi Hegemoni Barat. uki.ac.id
Nova, E. (2023). Pengaruh Good Governance dan Trade Openness Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Studi Kasus pada Negara-Negara BRICS Tahun 2014-2020). unila.ac.id
Sofia, H. (2024, November 7). Masa depan ekonomi Indonesia di era BRICS. Antara News.https://www.antaranews.com/berita/4450965/masa-depan-ekonomi-indonesia-di-era-brics#google_vignette
Truth Social. (n.d.). Truth Social. https://truthsocial.com/@realDonaldTrump/posts/113573130299319701