Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Wayang Kayon: Simbol Kehidupan
12 Desember 2023 9:01 WIB
Tulisan dari Aulia Putri Wulandari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Wayang merupakan harta kebudayaan bangsa Indonesia yang sangat berharga. Seperti yang dikutip dari Kustopo, dalam bukunya yang berjudul Mengenal Kesenian Nasional 1 Wayang, kata wayang berasal dari bahasa Jawa “wewayangan” yang berarti bayangan. Dikatakan begitu karena untuk melihat wayang, penonton berada di belakang layar yang disebut kelir sementara dalang memainkan wayang diterangi lampu sehingga menimbulkan bayangan yang menempel pada kelir pertunjukan. Penonton hanya bisa menyaksikan bayangan wayang seolah-olah mereka merupakan manusia yang hidup.
Pementasan wayang mengandung banyak makna di dalamnya yang sirat akan nilai, norma, dan pelajaran hidup. Selain mengandung nilai estetika yang tinggi, bagaimana wayang dibuat, diukir, dan dilukiskan pun ternyata memiliki arti tersendiri. Misalnya saja bentuk wayang lakon Gatutkaca yang memiliki wajah berawarna hitam, hidung benthulan, dan mata thelengan. Hal ini menandakan bahwa watak dari Gatutkaca adalah gagah, perkasa, teguh, kuat, dan sakti. Ia juga memiliki watak bijaksana, luhur, dan bertanggung jawab.
Selain berbentuk orang, wayang juga memiliki jenis lain yang disebut wayang kayon. Jenis ini biasa disebut dengan gunungan karena memang bentuknya menyerupai gunung (merucut ke atas dan melebar ke bawah). Wayang ini diciptakan oleh Sunan Kalijaga, walisanga pada zaman Keraton Demak, untuk membantu dalam penyebaran agama Islam.
ADVERTISEMENT
Kayon digunakan sebagai tanda dimulai dan diakhirinya suatu pagelaran wayang, juga saat pergantian adegan pada cerita. Hal ini sesuai dengan makna terminologinya yaitu berasal dari bahasa Arab “Al Khayu” yang artinya hidup. Dalam bahasa Kawi, “kayun” juga diartikan sebagai karsa, karep, kehendak, ataupun keinginan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siapapun yang masih memiliki keinginan atau kemauan, maka ia masih memiliki kehidupan.
Dalam pagelaran, apabila gunungan sudah digerakkan, itu tandanya kehidupan atau pagelaran sudah dimulai. Dalang akan mulai bercerita, dengan diiringi alat musik dan sinden. Apabila gunungan sudah diletakkan kembali pada posisi semula, maka itu tandanya kehidupan atau pagelaran telah berakhir.
Kayon memiliki banyak sekali pahatan dan bercorak warna-warni. Seperti yang dilansir dari buku Pedalangan karya Supriyono dkk, terdapat tujuh bagian dalam kayon yang menggambarkan hari dalam satu minggu; Minggu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, dan Sabtu. Tujuh isian tersebut berupa pohon, binatang, samudra, gapura, penjaga, warna, dan juga gapit.
ADVERTISEMENT
Pohon yang menjulang ke atas menjadi lambang bahwa manusia harus selalu maju dan menjadi lebih baik. Pohon juga melambangkan perlindungan Tuhan terhadap manusia. Gambar binatang seperti burung atau unggas, harimau, dan banteng menggambarkan macam tingkatan hidup yang ada di dunia ini. Samudra, adalah sumber kehidupan, yang digambarkan dengan kolam di bawah pohon, berarti salah satu tafsir terjadinya manusia.
Di bawah pohon, terdapat gerbang sebuah rumah atau gapura. Hal ini sebagai simbol pintu masuk ke alam kebahagiaan yang abadi. Gerbang ini dijaga oleh dua raksasa yang menggambarkan nafsu. Untuk dapat masuk ke kebahagiaan yang abadi, manusia harus dapat mengalahkan nafsunya.
Kayon mempunyai dua bentuk, segitiga dan segi empat. Bentuk segitiga dari atas ke tengah, menggambarkan perjalanan kehidupan yaitu permulaan, pertengahan, dan akhir. Kehidupan bermula dari ketiadaan, menjadi ada, lalu akan tiada kembali. Sedangkan bentuk segi empat dari tengah ke bawah menunjukkan arah mata angin yang masing-masing menggambarkan empat nafsu manusia; aluamah (kekejaman), supiah (material), mutmainah (kebaikan), amarah (murka).
Warna-warna yang terdapat dalam gunungan adalah merah (api), biru (air), hitam atau coklat (tanah), dan putih (angin). Keempatnya merupakan unsur yang diperlukan manusia.
ADVERTISEMENT
Yang terakhir, adalah gapit. Ia merupakan tangkai untuk pegangngan pada wayang agar wayang dapat digerakan. Gapit pada wayang kayon melambangkan daya berpikir manusia pada saat hidup wajib untuk berusaha sesuai dengan kemampuan agar tercapai apa yang di harapkan.
Intinya, selain berfungsi untuk melancarkan jalannya pagelaran wayang, wayang kayon juga berfungsi untuk menggambarkan dan melambangkan berbagai hal yang tak dapat diwujudkan secara nyata dalam wayang. Ia memiliki banyak nilai filosofi yang patut untuk dipelajari dan diterapkan. Gunungan mengajarkan kita semua untuk berusaha menjadi manusia yang senantiasa mengabdi pada alam dan Tuhan agar kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik.