Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Apakah Makan Gratis Pada Anak Bermanfaat?
13 November 2024 9:41 WIB
·
waktu baca 3 menitDiperbarui 20 November 2024 18:55 WIB
Tulisan dari Putri Ayu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Identifikasi dengan Analisis Empiris
Salah satu program yang akan dilakukan presiden RI adalah menyediakan makan gratis kepada anak-anak. Apakah itu berhasil? Sehingga perlu dilakukan analisis mendalam terkait hal tersebut. Perlu analisis mendalam terkait hal ini.
ADVERTISEMENT
Salah satu referensi menunjukkan pemberian nutrisi yang baik bisa menurunkan resiko terjadinya anemia pada anak.
Grafik 1 menunjukkan bahwa data prevelensi anemia anak pada usia di bawah lima tahun paling tinggi berada bagi negara bagian low income, yaitu diatas 60% jumlah anak usia dibawah lima tahun. Diikuti oleh negara lower midle income diatas 50%, kemudian negara low and midle income, negara midle income, upper midel income dan terakhir high income. Negara berpendapatan tinggi (high income) memiliki prevelensi dibawah 30 % tetapi slope menunjukkan peningkatan.
Saya melakukan riset apakah terdapat hubungan antara makan gratis terhadap prevelansi anemia anak. Variabel makan gratis diganti dengan variabel yang diduga bisa mempengaruhi pemberian makan gratis, karena belum ada implementasi makan gratis tersebut di Indonesia. Jumlah anak di bawah lima tahun yang terkena anemia sebagai variabel terikat. Jumlah anak terkena stunting, kekurangan gizi, kelebihan berat badan, literasi wanita dewasa, pendapatan perkapita dan partisipasi angkatan kerja wanita bekerja sebagai variabel bebas. Data yang digunakan bersumber dari World Bank Data pada enam kelompok berdasarkan gambar diatas dengan model fixed effect.
Sumber: Hasil Diolah penulis (2024)
ADVERTISEMENT
Hasil riset menunjukkan bahwa pada 24 observasi dari 6 kelompok negara berdasarkan pendapatan pada jangka waktu 4 tahun, semua variabel bebas signifikan positif meningkatkan prevelensi terjadinya anemia pada anak di bawah lima tahun, kecuali literasi perempuan dewasa signifikan negatif terhadap anemia pada anak dibawah lima tahun. Faktor resiko yang sangat berpengaruh adalah kekurangan gizi, yang ditandai dengan koefisien paling tinggi dibanding variabel bebas lainnya yaitu 1.688, diikuti oleh sunting 1.272, selanjutnya oleh variabel kekurangan berat badan, wanita bekerja, literasi membaca wanita, dan baru terakhir pendapatan perkapita.
Apakah program makan gratis baik? jika dikaitkan dengan hasil riset saya maka diperoleh kesimpulan:
1. Anak yang stunting dan kurang gizi signifikan positif meningkatkan terjadinya anemia pada anak dibawah lima tahun. Jadi, program dalam menurunkan stunting, dan kekurangan gizi pada anak bisa dilakukan dengan program makan gratis pada anak.
ADVERTISEMENT
2. Pendapatan signifikan positif terhadap meningkatnya terjadinya anemia pada anak, artinya negara berpendapatan lebih rendah akan meningkatkan resiko anemia pada anak, program makan gratis bisa membantu masyarakat memenuhi kebutuhan sehari-hari karena kekurangan pendapatan dalam memenuhi nutrisi, sehingga akhirnya mampu mengurangi anemia pada anak.
3. Literasi wanita signifikan negatif, artinya semakin tinggi literasi wanita maka anemia pada anak akan turun, hal ini mengartikan bahwa, pemberian makan gratis juga akan diterima bagi ibu-ibu yang melek huruf atau tingginya literasi dikarenakan bisa menurunkan angka anemia pada anak, bukan memikirkan hal negatif tentang kenapa anak saya diberi makan oleh pemerintah.
4. Wanita bekerja positif terhadap resiko terjadinya anemia pada anak, diharapkan pemberian makan gratis pada anak, menjadikan ibu-ibu di rumah yang kekurangan pendapatan tidak perlu bekerja dalam memenuhi nutrisi anak.
ADVERTISEMENT
Jadi, program makan gratis jika dianalisis berdasarkan faktor yang diduga akan mampu terpengaruh, seperti stunting, kurang gizi, ibu bekerja dan literasi ibu, maka program ini akan bagus jika efektif. Perlu adanya ahli gizi, praktisi dan akademisi dalam merancang program ini. Misalnya, proses memasak dilakukan di satu tempat dan dipantau oleh ahli gizi atau bisa dengan membelikan bahan makanan yang bisa langsung dimasak oleh keluarga, bagaimanapun Presiden RI idealnya sudah menganalisis dan merancang programnya dengan baik. Semoga kebijakan tersebut berhasil dan tidak merugikan negara.