Konten dari Pengguna

Mengapa Penting Evaluasi Ekonomi Hijau di Sektor Industri Sumatera Barat?

Putri Ayu
Dosen Ekonomi Pembangunan Kampus Payakumbuh, Fakultas Ekonomi Universitas Andalas
28 Juli 2024 9:32 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Putri Ayu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator tercapainya kesejahteraan (Mankiw, 2010). Akan tetapi, semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi menyebabkan semakin tinggi pencemaran yang terjadi akibat sampah yang dihasilkan dari kegiatan ekonomi (Spearman, 2011). Tanggal 30 November sampai dengan 11 Desember tahun 2015, pertemuan ke -21 dari United Nations Framework Convention on Climate Change di Paris, Perancis mengungkapkan adanya kesepakatan untuk mengurangi emisi karbon (UNFCCC, 2015) . Perjanjian Paris selanjutnya mendefinisikan konsep global tata kelola iklim sebagai pembangunan hijau rendah karbon. Jalan menuju lingkungan hijau rendah karbon pembangunan merupakan salah satu pilihan bagi pembangunan manusia di masa depan dan menjadi gagasan inti tata kelola iklim global (Shuai and Fan, 2020). Oleh karena itu, pengembangan ekonomi hijau telah menjadi tujuan strategis negara- negara di seluruh dunia untuk menjamin pembangunan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Salah satu upaya mencapai pembangunan ekonomi berkelanjutan dilakukan analisis evaluasi efisiensi hijau (Song and Wang, 2014). Efisiensi hijau umumnya didefinisikan sebagai rasio nilai ekonomi barang dan jasa yang memenuhi kebutuhan manusia terhadap beban lingkungan (Schmidheiny, 1992; Henriques and Catarino, 2017). Namun, Kortelainen (2008) mendefinisikan efisiensi hijau sebagai rasio nilai tambah terhadap input yang merugikan lingkungan. Selain itu, efisiensi hijau umumnya didefinisikan sebagai rasio kerusakan lingkungan minimum yang layak pada tingkat input yang diamati (Reinhard, Knox Lovell and Thijssen, 2000). Evaluasi efisiensi hijau diusulkan oleh para ahli dengan beberapa model kuantitatif untuk memecahkan masalah lingkungan yang kompleks (Jebaraj and Iniyan, 2006; Zhou, Ang and Poh, 2006). Evaluasi efisiensi hijau /lingkungan dapat memberikan informasi kuantitatif kepada perancang dan pembuat kebijakan publik untuk evaluasi kinerja, analisis kebijakan, dan komunikasi public (Wang and Nguyen, 2021).
ADVERTISEMENT
Beberapa metode evaluasi efisiensi lingkungan telah diusulkan dalam beberapa dekade terakhir. Environmental Performance Index (EPI) memainkan peran penting dalam evaluasi efisiensi lingkungan, yang lebih sederhana dan komprehensif, tergantung pada kondisi nyata evaluasi efisiensi (Dı́az-Balteiro and Romero, 2004; Färe and Grosskopf, 2004; Zhang et al., 2008). Metode lain dari evaluasi efisiensi lingkungan adalah Life Cycle Analysis (LCA) yang menganalisis dampak lingkungan dari penggunaan bahan baku dan konsumsi energi selama siklus hidup produksi yang diberikan (Miettinen and Hämäläinen, 1997; Finnveden and Ekvall, 1998; Ayalon, Avnimelech and Shechter, 2000; Färe and Grosskopf, 2004). Metode evaluasi lain adalah Stochastic Frontier Analysis (SFA) yang merupakan pendekatan parametrik mengenai kerusakan lingkungan sebagai variabel atau input independen dengan perlu adanya output (Aigner, Lovell and Schmidt, 1977; Reinhard, Knox Lovell and Thijssen, 2000). Baru -baru ini, Data Envelopment Analysis (DEA) telah mendapatkan popularitas dalam analisis efisiensi hijau/lingkungan.
ADVERTISEMENT
Industri manufaktur berperan penting di dalam perekonomian. Hal ini terlihat kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia industri manufaktur. Gambar 1. Memperlihatkan kontribusi lapangan usaha terhadap PDB, dimana sebesar 19,24 persen pada tahun 2021 lapangan usaha industri pengolahan memiliki kontribusi paling besar terhadap total PDB, diikuti oleh lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 13,28% dan lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar (12,96%). Akan tetapi, selain memberikan dampak positif terhadap perekonomian, kegiatan industri tentu dapat menimbulkan permasalahan lingkungan.
Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia (2024)
Gambar 1. Distribusi PDB Indonesia berdasarkan Lapangan Usaha tahun 2021
Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang Proporsi Nilai Tambah Sektor Industri Manufaktur Terhadap PDB sebesar 9.03% (BPS Sumatera Barat, 2023). Jika dilihat dari distribusi PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Lapangan usaha Pertanian, kehutanan dan perikanan tetap mendominasi struktur perekonomian Sumatera Barat dengan share terhadap PDRB sebanyak 21,69 persen disusul lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor dengan kontribusi sebesar 15,84 persen, Transportasi dan pergudangan sebesar 10,29 persen, dan Konstruksi sebesar 10,18 persen. Selanjutnya adalah sektor industri pengolahan dengan kontribusi terhadap PDRB Provinsi Sumatera Barat sebesar 8,79 persen. Bisa dilihat lapangan usaha industri pengolahan termasuk lima besar berkontribusi terhadap PDRB Sumatera Barat.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, dalam menghasilkan output industri manufaktur berdasarkan data BPS Sumatera Barat menunjukkan bahwa terdapat sejumlah bahan bakar yang digunakan dalam produksi. Pada tahun 2022 tiga besar bahan bakar terbesar yaitu Batu bara sejumlah 148.226.056 ton, Minyak solar sejumlah 17,744.976 liter dan bio solar 2.929.416 liter. Sehingga, penggunaan bahan bakar tersebut tentunya akan berdampak secara tidak langsung dengan output tak diinginkan yaitu berupa emisi karbon (polusi).
Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Barat (2023)
Gambar 2. Pemakaian dan Nilai Pemakaian Bahan Bakar pada 3 tertinggi di Sumatera Barat Tahun 2022.
Tentunya sektor industri memberikan kontribusi yang kelima terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat. Akan tetapi, sektor ini juga memberikan dampak buruk bagi lingkungan melalui emisi yang dihasilkannya. Sehingga, agar dapat menjaga tren produktivitas sektor industri sekaligus mengurangi dampak negatifnya terhadap lingkungan, maka diperlukan evaluasi pengukuran efisiensi lingkungan atau green efficiency di sektor industri Sumatera Barat. Analisis evaluasi efisiensi hijau dilakukan bisa dengan metode baru yaitu dengan Data Envelopment Analysis.
ADVERTISEMENT