Konten dari Pengguna

Perkembangan Media Sosial Instagram Berdasarkan Perspektif Teori Ahli

Putri Dwi Hastuti
Saya adalah mahasiswi semester 3 di Universitas Muhammadiyah Tangerang yang fokus pada jurusan Ilmu Komunikasi. Saya juga bekerja di salah satu perusahaan kosmetik yaitu PT Beauty Source Indonesia sebagai KOL Specialist.
5 Oktober 2024 14:32 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Putri Dwi Hastuti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Instagram pertama kali diluncurkan pada tahun 2010 oleh Kevin Systrom dan Mike Krieger sebagai platform berbagi foto yang fokus pada estetika visual. Menurut teori Uses and Gratifications dari Katz, platform seperti Instagram memberikan kepuasan kepada pengguna dalam bentuk hiburan, identitas pribadi, integrasi sosial, dan informasi. Popularitas Instagram yang melonjak di tahun-tahun awal dapat dijelaskan dengan teori ini, di mana pengguna menikmati pengalaman berbagi momen visual yang unik dan memuaskan kebutuhan mereka akan eksistensi di dunia digital. Pada tahun 2012, Facebook mengakuisisi Instagram seharga 1 miliar dolar AS, yang mempercepat evolusi platform ini secara signifikan.
ADVERTISEMENT
Perkembangan fitur-fitur Instagram yang inovatif didukung oleh teori Diffusion of Innovations dari Everett Rogers. Teori ini menjelaskan bagaimana suatu inovasi diperkenalkan dan diadopsi oleh masyarakat. Ketika Instagram memperkenalkan video pendek pada tahun 2013 dan "Instagram Stories" pada 2016, inovasi ini diadopsi dengan cepat karena relevansi dan kemudahannya. Menurut Rogers, karakteristik inovasi yang menentukan adopsinya termasuk keunggulan relatif, kompatibilitas, dan kemudahan penggunaan, semua karakteristik yang dimiliki Instagram dalam pengembangan fitur-fitur tersebut. Stories, misalnya, menawarkan cara yang lebih efisien dan temporer untuk berbagi momen, yang dengan cepat menjadi bagian integral dari budaya media sosial.
Logo Instagram (https://pixabay.com/illustrations/instagram-social-media-icons-logo-6560837/)
Dari perspektif pemasaran, perkembangan Instagram juga bisa dilihat melalui teori Social Influence yang menekankan pentingnya pengaruh sosial dalam interaksi online. Kehadiran influencer dan brand di Instagram mengubah platform ini menjadi alat pemasaran yang kuat. Menurut Solomon (2013), perilaku konsumen dipengaruhi oleh norma sosial dan kelompok referensi. Instagram memungkinkan interaksi antara influencer dan pengikut, di mana pengaruh sosial memainkan peran besar dalam membentuk keputusan konsumen. Fitur Instagram Ads dan Instagram Shopping, yang diperkenalkan pada 2017, semakin memperkuat posisi Instagram sebagai platform komersial, memberikan pengaruh besar pada perilaku belanja pengguna.
ADVERTISEMENT
Kemunculan konten video panjang dengan IGTV pada 2018 serta video pendek dengan Reels pada 2020 memperkuat relevansi teori Convergence Culture dari Henry Jenkins. Menurut Jenkins, media baru merupakan hasil dari konvergensi berbagai bentuk media yang ada. Instagram, dengan inovasi videonya, mengintegrasikan berbagai format media – dari foto hingga video panjang dan pendek – untuk menciptakan pengalaman pengguna yang lebih kaya. Reels, misalnya, muncul sebagai respons terhadap tren video pendek seperti TikTok, menunjukkan bagaimana media sosial terus berkembang dengan memadukan format-format baru dan yang sudah ada.
Dari sudut pandang Self-Presentation Theory oleh Erving Goffman, Instagram telah menjadi alat penting bagi individu untuk membentuk identitas mereka secara online. Goffman menyatakan bahwa orang-orang berusaha untuk mengendalikan kesan yang mereka berikan kepada orang lain melalui "penampilan" dan "performa." Di Instagram, setiap unggahan foto atau video adalah bagian dari bagaimana pengguna ingin dilihat oleh audiens mereka. Fitur-fitur seperti filter foto, Stories, dan Highlight memungkinkan pengguna untuk mengkurasi citra diri mereka dengan cara yang sangat terkontrol, sesuai dengan bagaimana mereka ingin dipersepsikan oleh dunia luar.
ADVERTISEMENT
Instagram telah berkembang menjadi salah satu platform media sosial paling berpengaruh dengan lebih dari 1 miliar pengguna aktif di seluruh dunia. Mengikuti teori Networked Publics dari Danah Boyd, Instagram menciptakan ruang publik yang saling terhubung di mana identitas, interaksi, dan komunitas online terbentuk. Pengguna Instagram berinteraksi dalam ruang publik ini untuk berbagi cerita, pengalaman, dan terhubung dengan orang lain, baik secara personal maupun profesional. Dengan demikian, Instagram tidak hanya menjadi tempat untuk berbagi foto, tetapi juga ruang sosial dinamis yang terus berkembang sesuai dengan kebutuhan dan inovasi teknologi.