Konten dari Pengguna

Analisis Feminisme Dalam Novel Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer

Putri Izzarul Isma
Mahasiswa S-1 Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Airlangga.
16 Mei 2023 22:16 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Putri Izzarul Isma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Cover  novel Bumi Manusia. Sumber: Spirit Mahasiswa
zoom-in-whitePerbesar
Cover novel Bumi Manusia. Sumber: Spirit Mahasiswa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Novel Bumi Manusia dapat digolongkan sebagai novel dengan ideologi feminis pascakolonial. Aliran pemikiran ini didasarkan pada gagasan bahwa pengalaman perempuan di negara dunia ketiga atau bekas negara jajahan berbeda dengan pengalaman perempuan di negara dunia pertama. Latar belakang dari novel Bumi Manusia adalah awal abad ke-20 yang diceritakan saat Indonesia masih menjadi koloni Belanda dengan nama Hindia Belanda. Ideologi feminis pascakolonial mencoba mengamati perkataan, tindakan, dan pemikiran tokoh utama terhadap dirinya sendiri maupun terhadap tokoh lain. mengalami penindasan antar bangsa, suku, ras dan agama. Fokus utama aliran ini adalah mendeskripsikan peran kolonialisme dalam penindasan perempuan. Kolonisasi, baik secara fisik maupun dalam hal pengetahuan, nilai, cara pandang, dan cara berpikir masyarakat, menjadi perhatian feminisme pascakolonial. Seperti pada kutipan teks berikut.
ADVERTISEMENT
"Kau mimpi. Aku takkan jadi bupati.”
“Dengarkan dulu. Aku akan bertanya: Hai, philogynik, mata kranjang, buaya darat, mana haremmu?"
“Rupa-rupanya kau masih anggap aku sebagai Jawa yang belum beradab.”
“Mana ada Jawa, dan bupati pula, bukan buaya darat?"
”Aku takkan jadi bupati.”
Kutipan di atas berasal dari percakapan Minke dengan Robert Suurhof. Robert menyebut Minke buaya darat dan bertanya tentang harem. Minke membantah kata-kata sugestif ini, mengklaim bahwa perilaku seperti itu terbatas pada orang Jawa yang tidak beradab. Karena selir,harem, bahkan prostitusi sudah ada jauh sebelum kolonialisme. Melalui karakternya, penulis menyampaikan gagasan feminis bahwa wanita simpanan tidak memiliki standar kesopanan atau sopan santun. Kata adab mengacu pada kualitas yang menyiratkan bahwa seseorang bertindak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan daripada kehendak dan keinginan. Hal ini sejalan dengan tujuan feminis untuk mengakhiri penindasan dan tindakan sewenang-wenang terhadap perempuan. Minke menganggap mereka yang terus melakukannya sebagai orang Jawa yang tidak beradab. Hal ini menunjukkan bahwa jika kita menyadari bahwa perempuan adalah manusia yang memiliki hak hidup yang sama dengan laki-laki. Tidak hanya itu saja penulis novel Bumi Manusia juga menggambarkan peran perempuan dalam dunia kerja dan tidak selalu berkaitan dengan urusan dapur semata. Seperti pada kutipan teks berikut.
ADVERTISEMENT
Aku sendiri masih termangu melihat perempuan meninggalkan dapur rumah tangga sendiri, berbaju kerja. mencari penghidupan padaperusahaan orang, bercampur dengan pria! Apa ini juga tanda jaman modern di Hindia?
“Kau heran melihat perempuan bekerja ?”
Aku mengangguk. Ia menatap aku seakan hendak membaca keherananku.
Di dalam kutipan tersebut Minke dibuat terkejut melihat seorang perempuan bekerja di perusahaan Nyai Ontosoroh karena dalam pemikirannya pekerjaan adalah milik laki-laki. Di zaman kolonial perempuan tidak memiliki hak dan dianggap tidak mampu bekerja. Hal ini tidak terjadi pada novel Bumi Manusia. Penulis memberikan contoh dan praktik dari Eropa yang menerima dan memungkinkan hak perempuan untuk bekerja. Tidak ada perbedaan mencari nafkah antara laki-laki dan perempuan.
Tidak hanya perihal bekerja saja yang menjadi fokus pandangan feminisme, bagi yang sudah membaca novel Bumi Manusia akan tahu bahwasannya perempuan Jawa dipandang kurang pantas jika berbicara tentang harga diri. Budaya ini terkesan aneh karena menganggap perempuan kasar dan tidak sopan jika menyangkut harga diri. Hal ini menunjukkan bahwa banyak budaya terus menindas dan merendahkan perempuan. Perempuan harus mengakui dan memperjuangkan kehormatan dan martabat mereka. Modal berjalan di muka bumi ini adalah harga diri dan nama baik. Wanita yang percaya diri dan memiliki harga diri yang tinggi dapat mencoba hidup dari usaha dan keringatnya. Nyai Ontosoroh memperjuangkan hak anak-anaknya di tengah penjajah. Pramoedya penulis dari novel Bumi Manusia menunjukkan bahwa memerangi penindasan dan ketidakadilan terhadap perempuan memiliki konsekuensi yang abadi dan bertahan lama. Hal ini diwariskan kepada generasi mendatang dan akhirnya menjadi rahasia umum bahwa perempuan seperti laki-laki adalah makhluk yang harus dihormati. Sang ibu harus meletakkan dasar agar sang anak tidak merasa dilahirkan dengan sia-sia.
ADVERTISEMENT
Esensi feminisme adalah perlawanan terhadap perlakuan yang tidak setara terhadap mereka yang lahir sebagai perempuan. Penulis terus menerus meledakkan perlawanan dalam novel Bumi Manusia di setiap aspek novel. Pembaca selalu mendapat gambaran bagaimana seorang perempuan dilihat dan diposisikan dalam masyarakat. Tujuan dari semua ini bermuara pada impian untuk menciptakan masyarakat ideal di mana perempuan adalah bagian penting darinya, bukan hanya warga tambahan yang secara alami tetap sejalan dan sesuai dengan kemampuan dan karakternya sebagai seorang perempuan.