Konten dari Pengguna

Menguak Misteri Trauma Masa Kecil Penderita Dissociative Identity Disorder

Putri Khoirina Nuzullah
Undergraduate Education Management at Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
11 Juni 2024 11:59 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Putri Khoirina Nuzullah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dissociative Identity Disorder atau yang lebih biasa dikenal dengan istilah Gangguan Identitas Disosiatif (GID) adalah gangguan mental di mana seseorang memiliki dua atau lebih identitas atau kepribadian yang berbeda dan terpisah yang secara bergantian mengendalikan perilaku individu tersebut. GID biasanya terkait dengan trauma berat atau berulang pada masa kanak-kanak, seperti kekerasan fisik, pelecehan seksual, atau emosional. Trauma pada masa kanak-kanak adalah bayang-bayang yang seringkali mengendap dalam perjalanan hidup seseorang.
Dokumentasi pribadi
Namun, terkadang trauma tersebut menjadi lebih dari sekadar bayang-bayang; itu menjadi poin balik yang mengubah kehidupan secara fundamental. Individu dengan penderita GID akan memiliki dua atau lebih identitas yang berbeda. Setiap identitas dalam GID mungkin memiliki nama, umur, jenis kelamin, dan karakteristik unik yang berbeda-beda. Identitas-identitas ini dapat memiliki preferensi, perilaku, dan bahkan aksen yang berbeda. Beberapa identitas mungkin merasa lebih kuat atau lebih lemah, lebih tua atau lebih muda, dan memiliki peran tertentu dalam melindungi atau menghadapi dunia luar.
ADVERTISEMENT
Individu dengan GID sering mengalami perasaan terlepas dari diri sendiri atau lingkungan sekitar, sebuah fenomena yang dikenal sebagai disosiasi. Ini bisa mencakup perasaan seperti melihat diri sendiri dari luar tubuh, seolah-olah menjadi penonton dari tindakan dan pengalaman mereka sendiri. Disosiasi ini adalah mekanisme pertahanan untuk melindungi diri dari rasa sakit yang tak tertahankan dari trauma masa lalu. GID sering dianggap sebagai mekanisme pertahanan diri yang ekstrem, di mana pikiran dan perasaan yang terlalu menyakitkan untuk dihadapi secara sadar dipisahkan menjadi identitas yang berbeda. Namun, di balik tirai identitas-identitas itu tersembunyi cerita-cerita masa kecil yang menggetarkan jiwa. Masa kanak-kanak, ialah periode di mana fondasi identitas diri sedang dibangun, seringkali menjadi masa yang paling rentan terhadap trauma. Mulai dari pelecehan fisik, seksual, hingga penelantaran, pengalaman traumatis ini dapat menghancurkan kepercayaan dan keamanan anak-anak. Di sinilah benih-benih Gangguan Identitas Disosiatif sering kali ditanam karena proses identitas pribadi merupakan bagian penting dalam perkembangan individu yang dimulai sejak masa kanak-kanak. Pada usia awal ini, anak-anak akan mulai membentuk pemahaman tentang siapa mereka, apa yang mereka sukai, dan bagaimana mereka berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka. Namun, ketika individu mengalami trauma ekstrem pada periode perkembangan ini, hal itu dapat mempengaruhi perkembangan identitas pribadi mereka dan trauma ekstrem yang dialami pada masa kanak-kanak, sering kali sebelum usia 6-9 tahun, ketika identitas pribadi sedang berkembang.
ADVERTISEMENT
Gangguan Identitas Disosiatif, sering kali terjadi ketika individu tersebut mulai mengalami gejala yang mengganggu, seperti kehilangan memori atau kebingungan tentang identitas diri mereka. Proses pengungkapan ini memperkenalkan individu pada labirin ingatan yang tersembunyi dan rahasia yang terlupakan, membawa mereka melintasi jejak-jejak trauma masa lalu yang menghantui. Identitas baru atau alter yang muncul akan mendominasi kesadaran individu, mengendalikan perilaku, dan ingatan selama periode waktu tertentu. Pada banyak kasus, individu dengan GID memiliki sedikit atau tidak ada kendali atas kapan identitas lain mengambil alih. Perubahan identitas dapat terjadi secara spontan dipicu oleh situasi yang mengingatkan individu pada trauma masa lalu atau menimbulkan stres dan ketakutan yang besar dapat memicu pergantian identitas. Sering kali, individu tidak sadar atau memiliki sedikit ingatan tentang apa yang terjadi ketika identitas lain mengambil alih. Ini menciptakan kesenjangan memori yang signifikan.
Blogger.com
Sebagai contoh ilustratif, apabila seorang individu dengan GID yang mengalami tindak kekerasan dari orang tuanya di masa kanak-kanak. Ketika dihadapkan pada situasi yang mengingatkan mereka pada trauma masa lalu, seperti suara keras atau seseorang yang berteriak, mereka mungkin beralih ke identitas anak kecil yang diciptakan selama masa trauma. Identitas ini mungkin merasa takut dan mencari tempat aman untuk bersembunyi. Setelah pemicu berlalu, identitas utama mereka mungkin kembali tanpa ingatan tentang apa yang terjadi selama perubahan identitas tersebut, namun dalam beberapa kasus, identitas yang berbeda dapat berkomunikasi satu sama lain secara terbatas, seperti melalui catatan tertulis atau pesan internal.
ADVERTISEMENT
Menghadapi trauma masa kecil merupakan perjalanan yang rumit dan penuh tantangan. Terapi trauma-fokus, terapi kognitif-perilaku, dan terapi integratif menjadi pilar-pilar utama dalam mendukung individu yang mengalami Gangguan Identitas Disosiatif. Proses ini bukan hanya tentang penyembuhan, tetapi juga tentang menggali kembali keutuhan diri yang hilang dan merangkul keseluruhan identitas yang sempurna. Mengetahui tentang Gangguan Identitas Disosiatif adalah langkah awal dalam memahami kompleksitas trauma masa kecil dalam kehidupan seseorang. Melalui kesadaran, kita dapat membangun jembatan empati dan pengertian yang mendalam, membantu mereka yang mengalami kondisi ini merasa didengar, dilihat, dan didukung.