Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Joker dan Kisah Orang-orang Baik
2 Juni 2022 12:07 WIB
Tulisan dari Maila Kholisotul Amalia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bukan orang baik ketika kebaikannya tidak dihargai lalu ia berhenti berbuat baik.
ADVERTISEMENT
Umat Islam tentu sudah mengenal al-Quran. Mengenal saja, sekadar tahu saja, meski tak mau membaca, tentu sudah paham: al-Quran adalah kitab suci umat Islam. Untuk sekarang, engkau yang muslim silakan berwudhu, mengambil al-Quran yang ada di tempatmu sekarang dan bukalah halaman paling awal juz 15. Baiknya untuk menghadap kiblat, duduk yang baik dan di tempat yang baik dan bacalah al-Faatihah dengan taawudznya.
Sudah dibuka?
Bacalah, boleh dari awal surah atau langsung pada ayat yang dimaksudkan: ayat ke-7 Surah al-Isra’, tempatnya agak bawah. Coba baca berulang-ulang, resapi dan sudahkah kau menemukan apa yang terkandung?
Belum?
Baiklah, sekarang carilah terjemah dari ayat tersebut. Kalau al-Quranmu ada terjemahannya, tinggal geser pandangan lebih ke kanan bawah. Atau kalau tidak, coba ketik di mesin pencarian di seluler : terjemah surah al-Isra’ ayat 7. Apa yang muncul, coba klik salah satu, satu saja dahulu.
ADVERTISEMENT
Mungkin terjemahnya sama, begini:
“Jika kalian berbuat baik, (berarti) kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri; dan jika kalian berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi diri kalian sendiri; dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kalian dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuh kalian memasukinya pada yang pertamakah dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.”
Cukup fokuskan pada arti yang dicetak tebal.
Semua kebaikan kita, bantuan-bantuan remeh yang kita berikan pada orang lain, kepekaan kita membuang sampah pada tempatnya, tawaran kita pada nenek bungkuk atau ibu hamil agar duduk di tempat kita, air mineral yang kita berikan pada tuna grahita dan semua kebaikan kita = kembali pada diri kita. Allah SWT akan membalas amal kita, baik itu secara langsung di dunia atau disimpan untuk akhirat kita kelak.
ADVERTISEMENT
Tidak percaya? Ah, nggak keren.
Ibarat kata, hidup kita hampir sama, sedikit nyrempet dengan politik balas budi. Ambillah contoh ketika kita mendapat bantuan orang, apapun bentuknya, tentu dalam nurani kita akan terbersit rasa syukur atas orang-orang baik dan keinginan kita untuk membantu kembali, membalas kebaikan orang tersebut dengan cara yang lebih baik.
Tetapi konteksnya tidak sama dengan itu. Kebajikan yang kita lakukan pada orang lain haruslah Lillahi taala. Karena amal yang didalamnya terdapat pengharapan pada selain Allah maka menimbulkan kemusyrikan. Bolehlah kita berharap balasan, tetapi HANYA dari Allah semata. Biar, biar Allah saja yang membalas budi bajik kita. Entah di dunia, entah di akhirat, Allah lah sebaik-baik pemberi balasan.
Tetapi tentu saja, kejahatan kita, keburukan kita, tangan yang mencuri, lidah yang mencela, merusak alam, menggambari mobil orang, enggan membantu, dan kejahatan amal juga akan kembali pada kita. Akan ada hukun setimpal atas perbuatan buruk kita. Oleh karena itu, minimalkan perbuatan buruk kita hari ini, esok hingga masa habis dunia kita.
ADVERTISEMENT
Orang jahat adalah orang baik yang tersakiti.
Statement ini dikenal oleh hampir semua orang. Dan hampir semua orang itu setuju. Tapi, benarkah demikian?
Banyak orang baik yang tersakiti, lantas dapatkah itu menjadi alasan dia untuk berubah jahat?
Dongeng penghantar tidur anak-anak akan menceritakan puteri salju yang mendapat perlakuan buruk keluarga tirinya. Apakah putri salju berubah jahat? Cerita fiksi Bawang Putih, Cinderella, Klenting Kuning, dan ceruta lainnya tidak menghendaki peralihan protagonis menjadi antagonis.
Jokerman? Contoh yang banyak diambil untuk menegaskan kalimat diatas. Kita semua tahu ceritanya. Tetapi benarkah Joker dulunya benar-benar orang baik? Ah, saya menyebutnya orang yang nasih tersembunyi kejahatannya. Karena manusia, ketika dirinya benar-benar memiliki budi pekerti yang baik, diperlakukan seburuk apapun oleh dunia tidak lantas membuatnya berubah menjadi jahat.
ADVERTISEMENT
Masalah dihargai atau tidak dihargai kebaikannya, peluh lelah perjuangannya untuk masyarakat, meski tidak dihargai dan kadang mendapat cemooh, tidak akan menyurutkan semangat kebaikannya. Tidak akan membuatnya menjadi Voldemort.
Nabi Yusuf as. Dan saudara-saudaranya yang penuh kedengkian, Salman al-Farisi dan nasibnya menjadi budak, Lady Diana dengan kisah kerajaannya, tidak menyurutkan atau mengubah kebaikan mereka menjadi antagonis dunia.
Ini lah yang perlu kita jadikan contoh.
Saya sudah mengusahakan agar selalu berbuat baik, tetapi kenapa perlakuan baik tidak jua saya dapatkan?
Beberapa hal, memang dibutuhkan prinsip yang teguh. Namun beberapa yang lain, selayak merpati terbang, ada lelah yang menjemukan. Boleh kita merasa lelah pada semua hal. Karena mau diturut satu-satu pun, logikamu akan jujur mengaku ‘sudah lelah dengan semua ini’. Kemudian, tanpa sadar, alam bawah sadarmu yang sudah kau biasakan dengan budi luhur, jiwa yang selalu membantu, kepedulian nyata, akan memaksamu tuk terus mencobai seluruh kebaikan yang ada.
ADVERTISEMENT
Kecewa?
Tentu saja. Kebaikan semua orang tidak semuanya untukmu. Pengertian semua orang tidak seluruhnya ditujukan padamu. Karena semua orang punya kehidupan yang bukan hanya dirimu isinya. Kesadaran itu perlu kau bangun, saat wangi pengharapan pada manusia mulai membibit-tumbuh-mekar dalam kehidupanmu.
Jika kita berbuat baik pada si A, belum tentu balasan baik datang lewat dia. Kan Allah Maha Kuasa agar satu kebaikanmu pada A dibalas melalui paman yang selalu memberi support, atau pekerjaan lancar, atau beasiswa ke luar negeri dan hal lain bisa saja menjadi balasan satu kebaikan kita, tanpa kita ketahui.
Dihargai atau tidak dihargai, orang baik tidak akan berhenti berbuat bajik.