Konten dari Pengguna

Ketahanan Pangan Bukan Sekadar Produksi Beras, Tapi Juga Distribusi!

Putri Moelinda Fitriani
Mahasiswa Politeknik Statistika STIS
4 Februari 2025 19:35 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Putri Moelinda Fitriani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Potret Sawah Padi (sumber: dok. pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Potret Sawah Padi (sumber: dok. pribadi)
ADVERTISEMENT
Produksi Beras Nasional Tahun 2024: Fakta dan Data Penting
Beras merupakan komoditas vital di Indonesia, menjadi kebutuhan pokok bagi sebagian besar penduduk sekaligus memainkan peran krusial sebagai indikator ketahanan pangan nasional. Data terbaru pada tahun 2024 menunjukkan bahwa produksi beras nasional mencapai 30,34 juta ton, sedikit lebih tinggi dibandingkan kebutuhan konsumsi nasional yang sebesar 29,80 juta ton. Kendati terdapat surplus, tantangan distribusi tetap menjadi penghambat utama dalam memastikan ketersediaan beras merata hingga ke daerah yang mengalami defisit. Ketimpangan distribusi ini bahkan membuat beberapa provinsi masih bergantung pada impor atau suplai dari daerah lain.
ADVERTISEMENT
"Ketahanan pangan adalah kunci untuk menciptakan masyarakat yang mandiri dan sejahtera. Kami mendukung penuh upaya pemerintah untuk memperkuat sektor pertanian sebagai pilar utama ekonomi nasional," ujar Sumail Abdullah dalam keterangannya, Selasa (7/1/2024).
Namun, tantangan nyata tetap ada. Produksi beras pada 2024 mencatat penurunan sebesar 0,37 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini mencerminkan berbagai hambatan, seperti alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan industri dan permukiman, dampak perubahan iklim, serta bencana alam. Selain itu, produktivitas juga menurun di beberapa wilayah penghasil utama, seperti Jawa Timur dan Jawa Tengah. Dengan demikian, meskipun Indonesia sering mencapai swasembada beras secara nasional, ketahanan pangan tidak hanya ditentukan oleh jumlah produksi, tetapi juga bergantung pada pemerataan distribusi dan keberlanjutan produksi jangka panjang.
ADVERTISEMENT
Ketimpangan Distribusi: Tantangan Besar Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan nasional tidak hanya ditentukan oleh jumlah produksi, tetapi juga aksesibilitas dan keberlanjutan. Berdasarkan Global Food Security Index (GFSI) 2022, Indonesia berada di peringkat ke-69 dari 113 negara, tertinggal dari negara Asia Tenggara seperti Malaysia dan Vietnam. Kendala utama terletak pada sistem logistik yang belum optimal, rantai distribusi yang panjang, dan tingginya margin perdagangan.
Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, menegaskan pentingnya kolaborasi antara kementerian, pemerintah daerah, dan legislatif untuk mendukung ketahanan pangan. "Ketahanan pangan tidak hanya soal ketersediaan, tetapi juga distribusi dan akses masyarakat terhadap bahan makanan bergizi," jelasnya.
Distribusi beras menjadi tantangan besar, terutama karena ketidakseimbangan antarwilayah. Meski Jawa Timur dan Jawa Tengah mencatat surplus produksi, daerah seperti Kepulauan Riau, yang hanya memproduksi 189,77 ribu ton dari kebutuhan 1,2 juta ton, sangat bergantung pada pasokan dari daerah lain. Kondisi ini menunjukkan bahwa surplus nasional tidak menjamin ketahanan pangan regional, sehingga penguatan logistik dan distribusi menjadi prioritas utama.
ADVERTISEMENT
Mengatasi Ketimpangan Distribusi: Kunci Ketahanan Pangan yang Merata
Untuk mengatasi tantangan distribusi, diperlukan pendekatan terpadu yang melibatkan peningkatan kapasitas produksi di daerah defisit, penyempurnaan sistem logistik, serta penguatan kebijakan diversifikasi pangan. Dalam jangka panjang, implementasi teknologi dan analisis berbasis data besar diharapkan mampu menciptakan sistem distribusi yang lebih efisien dan merata.
Langkah strategis lain yang harus diambil mencakup peningkatan produktivitas melalui penggunaan varietas padi unggul, efisiensi irigasi, dan penerapan teknologi pertanian modern. Selain itu, diversifikasi pangan juga menjadi penting untuk mengurangi ketergantungan pada beras dengan mempromosikan konsumsi alternatif seperti jagung, sagu, dan umbi-umbian. Efisiensi distribusi harus menjadi prioritas utama agar harga beras tetap stabil dan pasokan dapat menjangkau daerah yang membutuhkan dengan cepat dan merata.
ADVERTISEMENT
Dengan langkah strategis dan sinergi antar pihak, program ketahanan pangan tidak hanya menjadi solusi jangka pendek, tetapi juga investasi besar untuk masa depan bangsa.
Ditulis oleh : Ananda Galuh IP, Muhammad Ruhul I, Putri Moelinda F (Mahasiswa Politeknik Statistika STIS)