Transisi Energi Menuju Bumi yang Lebih Bersih

putrinurinlms13
Hello! I'm Putri Nuri, a student majoring in Physics at Universitas Padjadjaran with a special interest in the fields of energy and materials.
Konten dari Pengguna
24 Februari 2024 16:55 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari putrinurinlms13 tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jakarta - Energi bersih dari sumber terbarukan atau energi baru terbarukan (EBT) merupakan kunci penting dalam upaya menyelamatkan bumi dari dampak negatif perubahan iklim. Indonesia memiliki potensi EBT yang sangat melimpah, namun pemanfaatannya masih jauh dari target.
ADVERTISEMENT
Hingga akhir tahun 2023, realisasi bauran EBT baru mencapai 13,1% dari target awal 17,9%. Sementara itu, berdasarkan Perpres No. 98 Tahun 2021, target bauran EBT seharusnya sudah mencapai 23% pada tahun 2025.
Untuk mengejar ketertinggalan tersebut, pemerintah tengah mengimplementasikan berbagai program percepatan EBT, seperti pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap, pembangkit EBT skala besar, co-firing biomassa di PLTU, penyediaan akses EBT di daerah 3T, program mandatori biodesel B35 serta pemanfaatan EBT off-grid. Selain itu, ntuk mendukung transisi energi ke energi terbarukan pemerintah juga mendorong kemajuan energi maju seperti hidrogen, Sustainable Aviation Fuel (SAF) dan Blue Ammonia.
Namun demikian, tantangan yang dihadapi dalam implementasi EBT tidaklah mudah. Diperlukan transisi di berbagai elemen, seperti teknologi, kebijakan, SDM, pendanaan, hingga pola pikir masyarakat. Stigma keliru soal EBT yang dianggap mahal dan kurang handal masih menghambat percepatan transisi energi.
ADVERTISEMENT
Faktanya biaya pokok produksi EBT seperti PLTS dan PLTB sebenarnya lebih rendah dari pembangkit berbahan bakar fosil dalam jangka panjang. Perbedaan biaya ini diperkirakan akan semakin lebar ke depannya karena sumber daya fosil semakin langka.
Transisi menuju EBT bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi merupakan milik seluruh lapisan masyarakat. Dibutuhkan sinergi semua elemen untuk mewujudkan kedaulatan energi sekaligus menyelamatkan bumi, satu-satunya rumah manusia.