Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.7
26 Ramadhan 1446 HRabu, 26 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Tradisi Mudik dan Harga Mahal Jejak Karbon Indonesia
25 Maret 2025 11:50 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Putri Riska tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mudik adalah tradisi yang sangat melekat erat pada masyarakat Indonesia khususnya menjelang hari raya. Tidak hanya Idul Fitri, juga Natal, Imlek, dan hari raya keagamaan lainnya.
ADVERTISEMENT
Mudik diambil dari kata ”mulih dhisik” berarti pulang dulu dalam bahasa Jawa, menggambarkan kebiasaan orang-orang untuk kembali pulang ke kampung halaman bertemu keluarga dan sanak saudara untuk merayakan hari raya.
Tradisi mudik ramai dilakukan khususnya pada saat menjelang Idul Fitri, dimana mayoritas orang Indonesia beragama Islam merayakan Idul Fitri atau lebaran.
Ternyata di tengah suka cita menyambut hari raya, ada realita lingkungan yang kerap terlupakan: lonjakan jejak karbon akibat perpindahan jutaan orang secara serentak.
Selama periode puncak arus mudik dan arus balik, penggunaan transportasi pribadi meningkat tajam. Data survey dari Kementerian Perhubungan pada tahun 2024 diperkirakan sekitar 35,42 juta orang menggunakan mobil pribadi dan 31.12 juta orang menggunakan sepeda motor untuk mudik di puncak hari mudik yaitu 6 – 8 April 2024 yang lalu.
ADVERTISEMENT
Sementara, pada enhanced NDC atau Nationally Determined Contribution, Indonesia sebagai negara pihak UNFCCC telah berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 31.89% dengan usaha sendiri, dan hingga 43,2% dengan dukungan internasional pada tahun 2030.
Lonjakan pengguna kendaraan pribadi yang masif ini berkontribusi signifikan terhadap peningkatan emisi karbon, diluar dari penggunaan kendaraan pribadi yang memang masih terhitung terlalu banyak di Indonesia.
Pentingnya transportasi umum yang efisien dan ramah lingkungan menjadi kunci dalam mengurangi lonjakan emisi dan jejak karbon saat masa mudik.
Sebenarnya pada tahun 2024 tercatat juga peningkatan pengguna kereta api saat mudik lebaran. Meskipun begitu, jumlahnya masih kalah jika dibandingkan jumlah pengguna kendaraan pribadi.
Oleh karena itu, diperlukan upaya lebih lanjut untuk meningkatkan kapasitas, kenyamanan, dan aksesibilitas transportasi umum yang mendorong masyarakat untuk lebih memilih menggunakan transportasi umum pada saat mudik lebaran 2025.
ADVERTISEMENT
Selain itu, edukasi masyarakat tentang dampak lingkungan dari penggunaan kendaraan pribadi saat mudik perlu ditingkatkan.
Kampanye mudik hijau dan insentif bagi pengguna transportasi umum dapat menjadi langkah efektif. Dengan demikian, tradisi mudik bisa terlaksana tanpa mengorbankan komitmen Indonesia dalam menurunkan emisi karbon dan menjaga kelestarian lingkungan.