Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
6 Ramadhan 1446 HKamis, 06 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Parentifikasi: Ketika Anak Mengambil Peran yang Bukan Miliknya
5 Maret 2025 9:22 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Putroe Naila 'Alayya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bertanggung jawab sejak usia dini adalah hal yang baik. Namun, ada kalanya beban tanggung jawab yang seharusnya diemban oleh orang tua malah jatuh ke tangan anak-anak. Fenomena ini dikenal sebagai “parentifikasi” atau dalam bahasa Inggris disebut "parentification".
ADVERTISEMENT
Bayangkan jika seorang anak kecil yang seharusnya bermain riang bersama teman-temannya justru harus mengurus saudara kandungnya, memasak, mencuci, bahkan mencari nafkah untuk keluarga.

Tanpa kita sadari, mungkin hal ini sering terjadi di sekitar kita. Oleh karena itu, di sini kita akan membahas lebih dalam terkait pengertian, jenis-jenis, penyebab, konsekuensi, serta dampak parentifikasi bagi anak. Dengan pemahaman yang lebih baik, kita dapat membantu anak-anak yang mengalami kondisi ini dengan memberikan dukungan yang tepat dan mencegah dampak buruk yang lebih besar.
Pengertian Parentifikasi
Parentifikasi adalah kondisi ketika anak harus berperan seperti orang dewasa dalam keluarga. Misalnya, anak harus mengurus adik, melakukan pekerjaan rumah, atau mendengarkan keluhan masalah dari orang tua.
Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Boszormenyi-Nagy dan Spark pada tahun 1973. Parentifikasi sering terjadi ketika orang tua tidak bisa menjalankan perannya dengan baik karena alasan fisik, sosial, mental, kecanduan, penceraian, atau ekonomi seperti kemiskinan. Dalam situasi ini, anak merasa harus menggantikan peran orang tua, padahal itu bukan tugasnya.
ADVERTISEMENT
Jenis-Jenis Parentifikasi
1. Parentifikasi Instrumental
Ini terjadi ketika anak diberi tugas-tugas praktis, seperti memasak, mencuci baju, menjaga adik, atau bahkan mencari uang. Anak merasa harus bertanggung jawab atas kebutuhan sehari-hari keluarganya.
2. Parentifikasi Emosional
Ini lebih berat dibandingkan jenis instrumental. Anak harus mendengarkan keluhan orang tua dan memberikan dukungan emosional, meskipun anak tersebut belum tentu memiliki kemampuan untuk menghadapinya. Sering kali, jenis ini terjadi bersamaan dengan parentifikasi instrumental sehingga anak terbebani secara fisik dan emosional.
Penyebab Parentifikasi
Parentifikasi sering kali dianggap wajar jika hanya terjadi sementara saat keluarga menghadapi krisis. Misalnya, saat salah satu orang tua sakit. Namun, ini menjadi masalah serius ketika berlangsung lama. Anak yang terus-menerus harus berperan sebagai orang dewasa bisa merasa tertekan dan mengorbankan masa kecilnya. Apalagi jika anak itu punya sifat peduli dan tanggung jawab yang tinggi, dia bisa lebih mudah merasa terbebani.
ADVERTISEMENT
Dampak Parentifikasi
1. Dampak Negatif
Anak yang mengalami parentifikasi cenderung mengalami stres, kesulitan belajar, dan sulit bergaul dengan teman-temannya. Beberapa anak juga bisa menunjukkan perilaku agresif atau mudah marah. Selain itu, mereka bisa mengalami pseudo-maturity, yaitu cenderung berperilaku jauh lebih dewasa dibandingkan anak seusianya, tetapi sebenarnya rapuh secara emosional. Dampak buruk ini mungkin tidak langsung terlihat, tetapi dampaknya sering muncul di kemudian hari.
2. Dampak Positif
Meski lebih banyak dampak buruknya, ada juga sisi positif dari parentifikasi. Anak yang merasa perannya adil, mendapatkan apresiasi, dan dukungan dari orang tuanya bisa menjadi lebih mandiri, bertanggung jawab, dan pintar menyelesaikan masalah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak yang bisa mengelola peran ini dengan baik bisa tumbuh menjadi orang dewasa yang kuat dan mampu menghadapi tantangan hidup.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Parentifikasi adalah masalah serius yang bisa berdampak buruk bagi anak jika berlangsung terlalu lama. Namun, jika anak mendapatkan dukungan yang cukup, pengalaman ini bisa membuatnya lebih mandiri dan tangguh. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan lingkungan sekitar untuk memahami kondisi ini dan memberikan dukungan yang tepat.
Referensi:
Das, Ashapurna & Rana, Radhika. (2021). Parentification: A Review Paper. The International Journal Of Indian Psychology. 9(1), 44-50.