Konten dari Pengguna

Tuberkulosis di Kota Denpasar Serta Peran Pemerintah Dalam Menanganinya

Putu Dhyana
Mahasiswa Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Brawijaya Malang
14 Desember 2022 23:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Putu Dhyana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tuberkulosis (TBC) paru adalah penyakit yang sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat. TBC merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycrobacterium tuberculosis. Kuman ini menyerang bagian tubuh pernafasan paru-paru dan bronkus. Tuberkulosis sudah bukan hal baru lagi di Indonesia, mengingat jumlah kasus barunya yang menyebabkan Indonesia sebagai negara dengan kasus TBC terbanyak nomor dua setelah India. Tidak hanya di Indonesia dan India, TBC juga hadir dan menjadi masalah di negara-negara lainnya yang memiliki ciri khas iklim yang mirip dengan India dan Indonesia. Dikatakan bahwa TBC merupakan satu dari sepuluh penyakit berbahaya di dunia.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia penyakit Tuberkulosis menjadi salah satu fokus pemerintah Indonesia karena upaya penyelesaiannya sudah dilakukan sejak 77 tahun lalu sejak Indonesia merdeka. Bahkan vaksin serta obat-obatannya telah ada sejak lama namun penyakit ini masih belum bisa ditangani dengan baik (Kementrian Kesehatan Republik indonesia, 2022) . Dalam lingkup nasional usaha yang dilakukan pemerintah adalah dengan menghadirkan INA - TIME yang telah dilaksanakan setiap tahun dan menjadi sarana untuk mengetahui informasi terkini mengenai hasil dari penelitian tentang TBC yang dilakukan oleh para peneliti. Dalam program ini dibahas tentang bagaimana informasi terbaru serta rencana dalam menanggulangi TBC secara nasional. Maka telah diketahui dengan adanya program tahunan dan Indonesia sebagai negara nomor 2 di dunia sebagai negara paling banyak terjangkit TBC bahwa TBC adalah penyakit yang memiliki urgensi besar di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Secara struktural pemerintah telah menyediakan wadah forum diskusi hingga perhatian secara khusus kepada TBC secara nasional. Namun, daerah-daerah bahkan kota di Indonesia belum semuanya mendapat uluran tangan yang maksimal dari struktural pemerintah pusat. Pada tulisan ini akan memfokuskan kepada Kota Denpasar yang menjadi salah satu daerah fokus ekonomi besar di Indonesia. Sebagai kota yang selalu ramai dan aktif dalam pariwisata nyatanya dalam bidang kesehatan masih belum memadai juga mengingat penyakit yang banyak terjadi adalah TBC.
Kehadiran TBC ini didorong oleh banyak faktor dan dibagi 2 dari faktor pemerintah dan sanitasi masyarakat. Dalam profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2020 Tuberkulosis menjadi bahasan nomor satu dalam pengendalian penyakit menular langsung (Dinas kesehatan Kota Denpasar Tahun 2021, 2021) .
ADVERTISEMENT
Pemerintah telah memiliki program yang cukup tembus pandang. Ditunjukan bahwa walau dalam aspek pelayanan kesehatan TBC telah mencapai 100% atau memenuhi target tetapi di aspek lainnya terdapat poin-poin yang mengalami penurunan. Pada poin pertama terdapat case detection rate atau pendektesian penyakit TBC yang mengalami turunan hampir setengahnya dari tahun sebelumnya. Hal tersebut dapat menyebabkan penyakit TBC yang merupakan penyakit menular sulit untuk dipantau penyebarannya. Padahal cara paling baik untuk menangani penyakit menular adalah dengan memantau penderita penyakit tersebut guna memberhentikan atau meminimalisir penyebaran penyakit. Begitu pula penyebaran TBC pada anak yang juga mengalami penurunan. Padahal hal tersebut dipandang penting untuk mengetahui jejak penyebaran penyakit TBC. Angka keberhasilan pengibatan TBC paru juga mengalami penurunan walau tidak drastis. Poin terakhir yang paling krusial adalah jumlah kematian dalam penanganan TBC paru ini yang mengalami peningkatan yang amat drastis dari tahun sebelumnya. Seharusnya melalui data tersebut pemerintah dapat memberikan penanganan serta program yang mendukung menurunnya jumlah kematian disebabkan TBC paru.
ADVERTISEMENT
Dalam menangani TBC pemerintah Kota Denpasar juga bekerja sama dengan pihak swasta. Bentuk penanganan TBC ini adalah program percepatan penemuan kasus TB BTA (+). Pemerintah bekerjasama dengan swasta dalam percepatan penemuan kasus ini. Namun masih banyak masyarakat yang tidak memilih swasta sebagai pengobatan secara rutin bagi penderita TBC. Penderita lebih sering melakukan tindakan selanjutnya di rumah sakit atau puskesmas. Sesuai dengan kebijakan Dinas Kesehatan Provinsi Bali dan kota Denpasar perluasan DOTS dilaksanakan pada lebih banyak rumas sakit swasta dan praktisi swasta di samping juga memperluas di petugas puskesmas pembantu di Bali khususnya Denpasar. Adanya bantuan pihak swasta yang membantu program ini mempercepat penemuan kasus yang menandakan program kemitraan di Denpasar ini telah berhasil. penderita TBC yang
ADVERTISEMENT
sekarang lebih cepat ditemukan akan memberikan pengaruh kepada lebih cepatnya penanganan yang diberikan sehingga menahan laju penyebaran TBC.
Melihat suskesnya program kerja sama antar pemerintah dan pihak swasta pada program ini membuat peran Dinas Kesehatan lebih dibutuhkan lagi. Peran Dinas Kesehatan dibutuhkan guna melebarkan lagi kerja sama dengan swasta yang ternyata memberikan dampak baik bagi penanganan penyakit TBC terutama dalam aspek penemuan. Walau dengan adanya program ini tetap belum menurunkan biaya yang dikeluarkan oleh pasien dalam proses pengobatan baik sesudah memperoleh pengobatan DOTS (Luh Putu Sri Armini, Yodi Mahendradhata, & Adi Utarini, 2007) .
TBC paru dalam penyebarannya yang menjadi faktor maraknya TBC di Kota denpasar dapat dilihat juga dari sanitasi kualitas fisik rumah. Dalam Jurnal Kesehatan Lingkungan disebutkan beberapa faktor yang menjadi penyebab juga bukan menjadi penyebab maraknya TBC di Kota Denpasar. Terdapat hubungan antara pencahayaan, ventilasi, kelembaban, dan suhu rumah yang kurang di dalam rumah masyarakat dengan TBC (Ni Komang Suari Melinda Dewi & Anysiah Elly Yulianti, 2019) . Sanitasi atau kebersihan masyarakat juga kesadarannya memberikan peran penting dalam pencegahan kenaikan jumlah TBC di Kota Denpasar.
ADVERTISEMENT
Faktor kekambuhan dapat didorong dari beberapa faktor. Pertama adalah kebiasaan merokok atau terpapar asap rokok dapat mendorong kekambuhan TBC bagi para penderitanya. Kedua adalah tingkat ventilasi kurang dari 10% dari luas lantai juga menjadi faktor risiko kekambuhan TBC. Kurangnya ventilasi dikatakan berkaitan dengan kadar karbondioksida dalam rumah yang meningkat dan dapat menimbulkan perkembangan bakteri yang signifikan. Kontak serumah dengan penderita TBC juga menjadi faktor kekambuhan dari TBC. Namun penelitian yang dilakukan masih timpang di mana dalam penelitian di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta dan Rawalpindi Medical College India dikatakan kontak serumah dengan penderita TBC dapat menjadi faktor kekambuhan, namun penelitian di BPKM Semarang tidak mengatakan adanya hubungan. Status gizi yang buruk menjadi faktor kekambuhan dari TBC (N.L.P. Karminiasih, I.W.G Artawan Eka Putra, Dyah Pradnyaparamita Duarsa, I.B. Ngurah Rai, & Mangku Karmaya, 2016) .
ADVERTISEMENT
Dalam penanganan TBC keteraturan penggunaan obat hingga perberhentian penggunaan obat juga menjadi alasan terhambatnya kesembutan TBC di Kota Denpasar. Motivasi untuk sembuh adalah salah satu faktor yang mendorong keteraturan penggunaan obat TBC. Hal yang berasal dari diri sendiri adalah faktor paling penting dalam pengobatan. Peran keluarga juga menjadi faktor penting dalam pengobatan TBC. Peran penting selanjutnya dalam keteraturan penggunaan obat adalah peran petugas kesehatan dan pengawas minum obat atau PMO. Selain peran diri sendiri, keluarga, dan pihak kesehatan serta pemerintah dalam memajukan penanganan TBC dalam pengobatan penderita TBC, modalitas transportasi juga menjadi poin berpengaruh (Manik Parmelia, Dyah Pradnyaparamita Duarsa, & Komang Ayu Kartika Sari, 2019)
Potret INA-TIME Ke-4 di Bali, 8-10 September 2022. (Sumber Youtube : INATIME Bali 2022)
Indonesia menempati posisi kedua sebagai negara pengidap TBC tertinggi di dunia. Pemerintah Indonesia juga telah melakukan berbagai upaya guna mengurangi TBC di Indonesia dengan berbagai program salah satunya INA - TIME yang telah dilaksanakna setiap tahun dan menjadi sarana untuk mengetahui informasi terkini mengenai hasil dari penelitian tentang TBC yang dilakukan oleh para peneliti. Tetapi masih banyak desa-desa bahkan kota yang belum terjangkau dari adanya program tersebut. Maka pentingnya bentuk sosialisasi yang dapat dibentuk oleh pemerintah dengan sebuah program yang dikemas menarik agar masyarakat tertarik dalam mengikuti hal ini. Bentuk program yang dibuat dapat dimulai dari pemerintah kota dan turun ke pelayanan- pelayanan kesehatan.
ADVERTISEMENT
TBC pada nyatanya dalam kehidupan sehari-hari masih menjadi penyakit yang tidak jarang dijumpai. Tidak sedikit pula pada pada masyarakat masih belum paham betul mengenai cara pencegahan serta perawatannya. Upaya pemerintah yang dapat dilakukan paling utama adalah dengan melakukan sosialisasi yang mendalam pada lapisan masyarakat agar penyakit TBC dapat dipahami oleh masyarakat dalam cara pengobatannya maupun pencegahannya pula. Sebab melihat Indonesia yang menempati posisi ke-dua di Dunia sebagai negara dengan penderita TBC terbanyak di dunia. Maka pemerintah seharusnya dapat berupaya lebih maksimal dalam memberantas serta menghadirkan sosialisasi mengenai TBC kepada masyarakat.
Daftar Pustaka
Kementrian Kesehatan Republik indonesia. (2022, September 9). Retrieved from Melalui Kegiatan INA – TIME 2022 Ke-4, Menkes Budi Minta 90% Penderita TBC Dapat Terdeteksi di Tahun 2024: http://p2p.kemkes.go.id/melalui-ina-time-2022-ke-4-menkes-budi-minta-90-penderita-tbc-dapat-terdeteksi-di-tahun-2024/
ADVERTISEMENT
Dinas kesehatan Kota Denpasar Tahun 2021. (2021, September 9). Retrieved from Profil Kesehatan Denpasar 2020: https://diskes.baliprov.go.id/download/profil-kesehatan-denpasar-2020/
Ni Komang Suari Melinda Dewi, & Anysiah Elly Yulianti. (2019). HUBUNGAN KUALITAS FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TBC PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR SELATAN TAHUN 2018. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.9 No.1 38-55.
N.L.P. Karminiasih, I.W.G Artawan Eka Putra, Dyah Pradnyaparamita Duarsa, I.B. Ngurah Rai, & Mangku Karmaya. (2016). Faktor Risiko Kekambuhan Pasien TB Paru di Kota Denpasar: Studi Kasus Kontrol. Public Health and Preventive Medicine Archive.
Luh Putu Sri Armini, Yodi Mahendradhata, & Adi Utarini. (2007). DAMPAK KEMITRAAN PRAKTISI SWASTA TERHADAP KETERLAMBATAN DAN BIAYA PENANGANAN TUBERKULOSIS DI KOTA DENPASAR, BALI. JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN, VOLUME 10 Halaman 166 - 172.
ADVERTISEMENT
Manik Parmelia, Dyah Pradnyaparamita Duarsa, & Komang Ayu Kartika Sari. (2019). FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PUTUS OBAT PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KOTA DENPASAR. JURNAL MEDIKA UDAYANA,, ,VOL. 8 NO.9.