Anak Autis Diet? Bagaimana Dampaknya ?

Fitria Mustikawati
Ibu rumah tangga dengan 2 orang putri juga berwirausaha di bidang kuliner dan pariwisata. Lulusan dari Manajemen Pemasaran Pariwisata Universitas Pendidikan Indonesia. Mantan bankir salah satu Bank swasta di Indonesia.
Konten dari Pengguna
2 Agustus 2021 17:04 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fitria Mustikawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Terdengar asing mungkin untuk sebagian orang mengenai kata autis atau autisme. Autisme muncul sebelum usia tiga tahun dengan gejala yang muncul antara lain hambatan dalam berkomunikasi, penarikan diri yang ekstrem dari lingkungan sosial, dan tingkah laku yang terbatas dan berulang (Hallahan & Kauffman, 2017).
ADVERTISEMENT
Begitu pun dengan putri saya, Nindy, yang sekarang berusia tujuh tahun. Gejala autis muncul terlihat nyata saat masuk usia tiga tahun. Jika dilihat secara kasat mata, Nindy terlihat normal seperti anak-anak sebayanya, namun sifat gangguan autisme ini kompleks dan mengenai hampir seluruh aspek perkembangan pada anak, maka gangguan autisme tidak dapat dipandang sebelah mata.
Anak dengan gangguan autisme memerlukan perhatian dan penanganan yang khusus dari orang tua maupun orang-orang di sekitar anak. Kami orang tua khususnya saya sebagai ibu dari anak dengan gangguan autisme harus mampu memahami kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh anak, harus mampu menyadari apa yang bisa dan belum bisa dilakukan oleh anak, sehingga mampu mengupayakan alternatif penanganan sesuai dengan kebutuhan anak.
ADVERTISEMENT
Sebagian besar anak autis mengalami gangguan metabolisme dalam tubuhnya. Untuk itu orang tua perlu memperhatikan asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh anak yang mempunyai gangguan autisme. Kenapa saya memilih diet CFGFSFSF? Cerita berawal pada tahun 2018, ketika mengikuti pelatihan ABA (applied behavior analysis) bersama orang tua yang memiliki anak autis. Dari situlah saya berkenalan dengan salah satu ibu yang berhasil menerapkan pola diet CFGFSFSF (casein free, gluten free, sugar free, soya free) kepada anaknya. Kasus putranya yang hampir mirip dengan Nindy, seperti masalah pencernaan dan pola tidur terganggu membuat saya penasaran dan terus menggali informasi mengenai pola diet tersebut.
Ternyata diet di sini bukan berarti mengurangi porsi makan anak, akan tetapi mengubah pola makan anak. Anak tidak boleh mengkonsumsi makanan yang mengandung gluten dan kasein serta soya atau kedelai. Makanan tersebut dapat meningkatkan hiperpermeabilitas usus yang mengakibatkan gluten dan kasein tidak tercerna dengan baik dan ada yang mengalir ke aliran darah dan otak sehingga mempengaruhi perilaku dari anak autis tersebut (Ramadayanti, S. dalam Journal of Nutrition College. 2013; 2(1): 35–43.).
ADVERTISEMENT
Sebelum menerapkan diet kepada putri saya, saya berdiskusi terlebih dahulu dengan suami, karena saya membutuhkan dukungan dan peran serta darinya. Akhirnya di tahun 2019 saya mulai menerapkan diet tersebut kepada Nindy. Jujur melakukan diet untuk putri saya sangat berat. Namun, begitu saya tahu ini merupakan salah satu ikhtiar kami sebagai orang tua saya harus taat dan semangat demi kemajuan perkembangan putri saya.
Awal diet, saya benar–benar membuat makanan tanpa ada gula, terigu, susu, kedelai dan turunannya. Saya memberikan makanan utama seperti nasi, lauk dan sayur dengan bumbu garam dan bawang putih. Cemilan pun saya hanya memberikan buah–buahan seperti alpukat, jambu kristal dan bengkuang. Untuk buah pun harus yang rendah phenol.
ADVERTISEMENT
Apabila anak autis alergi phenol, dapat langsung terlihat efek sampingnya. Anak tersebut sering tertawa – tawa sendiri tanpa ada sebab, dan lebih sering terjadi pada malam hari. Selain itu muncul ruam pada tubuh, suasana hati yang tidak karuan, sering bangun pada malam hari, mengalami masalah buang air besar, sakit kepala dan sering buang air kecil.
Alhamdulillah Nindy berhasil melewati hari pertama, dengan catatan tidak ada makanan apa pun yang terlihat kecuali makanan Nindy karena saat awal diet, Nindy masih sering tergoda dengan makanan lain yang bukan miliknya. Tetapi sekarang, memasuki dua tahun Nindy menjalani diet, saya bersyukur dia sudah cenderung cuek dengan makanan lain, namun apabila orang lain mengkonsumsi makanan yang sama dengannya, Nindy pasti langsung menagih makanan walaupun sudah makan.
Makanan rendah kalori. Foto: Thinkstockphotos
Dampak yang terlihat pada tubuh Nindy setelah menjalani diet CFGFSFSF ini :
ADVERTISEMENT
1. Pola tidur membaik, hal ini terlihat setelah dua minggu melakukan diet.
2. Imunitas tubuh membaik. Sebelum menjalankan diet, Nindy sering demam disertai flu dan batuk. Alhamdulillah semenjak diet, daya tahan tubuhnya membaik.
3. Menjadi lebih tenang dan patuh, kontak mata bagus sehingga dapat menerima informasi dengan baik. Sebelum diet, Nindy tidak dapat duduk tenang, senang berlarian kesanakemari
4. Pencernaan membaik.
Kotoran menyengat, berbau khas dan tajam seperti bau kimia sebelum menjalani diet. Memang semenjak bayi, Nindy bermasalah dengan pencernaan nya. Satu bulan setelah diet, alhamdulillah bab nya membaik. Warna dan bau fesesnya sekarang sudah sama seperti warna dan aroma feses anak pada umumnya
5. Dapat berbicara
Kurang lebih setelah enam bulan menjalani diet dan terapi, kami sebagai orang tua dari Nindy bersyukur dapat mendengar Nindy berbicara mulai dari satu kata yang bermakna sampai sekarang sudah dapat mengucapkan satu kalimat lengkap bermakna. Bahkan sekarang dapat bernyanyi dan melantunkan ayat suci Al Qur’an.
ADVERTISEMENT
Menjalankan program diet untuk anak autis merupakan suatu pilihan bagi para orang tua yang harus dihargai. Tulisan ini bukan bermaksud menggurui akan tetapi merupakan pengalaman saya saja sebagai orang tua dan sudah dibuktikan kepada putri saya. Semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan semangat untuk para orang tua yang diamanahi anak autis.